POY 6: Mimpi♡°

20 1 0
                                    

"Semua mimpi kita akan terwujud, jika kita punya keberanian untuk mengejarnya."
-Walt Disney-

▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪

Dengan langkah yang lebar, Amberelyn segera keluar dari kos-kosannya dan berjalan menuju halte bus. Semua berjalan lancar seperti hari-hari biasa.

Halte bus sudah terlihat di depan mata. Tampak sepi, yah ... seperti biasa. Ia duduk disana dengan memeluk tasnya sendiri, menunggu bis yang biasa akan berhenti di depannya.

Suasana hening berhasil membuatnya bosan. Ayolah, siapa yang tidan bosan ketika harus menunggu lama? Amberelyn mencoba menghibur dirinya sendiri dengan menyanyikan beberapa bait lagu yang cukup ia hafal.

Kedua kakinya berayun-ayun seolah-olah mengikuti alunan lagu yang keluar dari bibir Amberelyn. Secara tidak sengaja, kepalanya berputar ke arah kanan, ia menemukan seorang kakek-kakek yang tengah membaca koran.

'Seperti tidak asing dengan kejadian ini,' batinnya.

Lama ia mengingat, akhirnya ia tahu kenapa ia merasa dejavu dengan keadaan ini. "Ternyata kakek yang kemarin itu," gumamnya pelan.

Alunan lagunya terhenti kala ia melihat sebuah bus berhenti tepat di halte bus itu. Ia pun segera menaiki bus itu dan duduk di belakang, seperti biasa. Tapi kali ini, tatapannya terarah ke luar bus. Matanya bisa menatap suasana di luar melewati sebuah kaca transparan yang menghalanginya.

Begitu bus berjalan, Amberelyn memutuskan untuk tetap menatap halte bus itu. Hingga tiba-tiba sosok kakek itu menghilang dalam satu kedipan matanya.

Ia membelalakkan matanya menatap kejadian sekilas itu. Bahkan ia mencari-cari sosok kakek yang tengah membaca koran itu.

"Tidak mungkin, kan, seseorang bisa pergi dengan cepat dalam satu kedipan mata. Aneh sekali," gumamnya.

Dalam keterdiamannya, ia mencoba untuk melupakan kejadian aneh tadi. Ia berusaha untuk menyingkirkan pikiran aneh itu dan berpikir positif. 'Mungkin saja kakek itu menyeberang jalan. Tapi ... zebra cross kan sedikit jauh dari sini,' batinnya.

Karena sedikit frustasi, ia pun menarik rambutnya dengan asal-asalan. "Berhenti berpikiran yang tidak-tidak, Amber," pintanya pada dirinya sendiri.

Tak lama kemudian, bus itu tiba di halte bus dekat sekolahnya. Ia pun segera turun dan segera berlari memasuki area sekolah. Mata pelajaran pertama akan segera di mulai dalam 5 menit lagi. Dengan cepat ia berlari menerobos beberapa murid yang tengah berlalu lalang, berbelok menaiki tangga, hingga akhirnya ia tiba di kelas yang sudah di dominasi oleh kebisingan teman-teman sekelasnya.

"Ami!" panggil Carlina sembari bangkit dari duduk nya dan segera berlari menuju dirinya.

"Ayo," ajaknya. Ia pun menarik tangan Amberelyn dengan cepat seperti menarik sapi.

Belum lagi Amberelyn menstabilkan pernapasannya, dirinya sudah di panggil bahkan ditarik oleh teman sebangkunya itu.

"Car, pelan-pelan," pintanya.

Setibanya di meja belajar mereka, Carlina mendudukkan Amberelyn dengan paksa dan meletakkan tasnya di atas mejanya.

Amberelyn yang di perlakukan seperti itu oleh Carlina, merasakan kejanggalan. 'Tidak biasanya Carlina seperti ini, pasti ada sesuatu,' batinnya.

"Ada apa?" tanya Amberelyn pada sahabatnya yang kini tengah tersenyum-senyum sembari menatap dirinya.

"Aku---"

Kring~ kring~

"Sial! Aku keduluan," gerutunya. Mau tidak mau, ia pun segera duduk di bangkunya sembari mengentakkan kakinya itu. Amberelyn hanya melongo melihat kelakuan sahabatnya.

Point of You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang