POY 7: Tangisan yang Kembali Hadir♡°

14 1 0
                                    

"Janganlah mementingkan ego dibandingkan kata hati, karena ego selalu berakhir pada penyesalan."

▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪

Kejadian kemarin masih teringat jelas oleh Amberelyn, di mana ia mendapat ratusan komen positif dari para pembacanya.

Author mana yang tidak bahagia saat cerita yang baru setengah dipublis tiba-tiba melambung dengan sangat drastis?

Kini, Amberelyn tengah duduk di meja belajarnya dengan terus memandangi layar ponsel sembari tersenyum-senyum melihat komenan itu lagi.

Ingin rasanya ia berteriak dengan kencang di tepi tebing dan mengatakan 'Halo dunia!'. Tapi ia menahannya.

Dreet! Dreet!

Amberelyn menoleh pada ponselnya yang bergetar di sampingnya. Tangannya menjulur untuk mengangkat panggilan dan menempelkannya pada telinganya.

"Halo?"

"Amber. Ini aku, Joshe."

Amberelyn mengeryitkan dahi dengan melihat lagi siapa yang menelfonnya. Di sana tertera jelas nama 'Joshe', tapi apa yang membuat pria itu menelfonnya? Joshe sangat jarang menelfon.

"Iya? Ada apa?"

"Aku ingin melanjutkan cerita mimpiku," sahut Joshe di sebrang sana dengan menekan intonasi bicaranya.

"Joshe ... ku mohon padamu, jangan main-main," kesal Amberelyn dengan mengerucutkan bibirnya.

"Aku tidak main-main. Percayalah! Di sana aku juga---"

Tuttt.

Amberelyn dengan langsung mematikan sambungan teleponnya. Ia kadang tidak mengerti pola pikir Joshe yang kadang berubah-ubah. Mimpi? Memang apa yang terjadi dengan mimpi? Itu hanya bunga tidur.

Dreet!! Dreet!!

Amberelyn menghembuskan nafas gusar saat telfonnya kembali berdering. Ia dengan cepat meraih dan menjawabnya, tanpa melihat siapa yang meneleponnya saat itu.

"Joshe, sudah ku bilang, berhentilah menonton film horor jika kau takut!" hardiknya saat panggilan itu baru saja tersambung.

"Joshe? Siapa itu Joshe?"

Amberelyn membelalakkan matanya dengan segera melihat siapa yang meneleponnya. Begitu ia lihat, ia pun segera menepuk keningnya dengan keras.

"Kak Siva, ah ... maaf, Kak. Ku pikir kakak itu Joshe," terang Amberelyn sambil meringis.

"Haha ... tidak apa-apa. Sepertinya kau sangat dekat dengan si Joshe itu, ya?" goda Siva di sebrang sana.

"Apa maksudmu? Tidak kak, Joshe itu teman kecilku." Amberelyn kembali kesal untuk kedua kalinya.

"Ok, ok. Ku dengar cerita fantasymu sudah melambung tinggi, ya?" ujar Siva yang berhasil menaikan mood Amber seketika.

"Hum!" gumam Amber dengan semangat sambil mengangguk keras. "Apakah bagus?" lanjutnya dengan semangat.

"Bagus? Itu brilian honey! Astaga, aku bahkan tidak percaya kau cepat populer daripada aku."

Amberelyn terus mendengarkan dengan senyum yang semakin lebar di wajah. Secara rasional, tadi seniornya mengatakan bahwa dirinya lebih unggul dari dia.

"Kau tahu? Aku yakin berita ini akan menjadi kabar yang paling membahagianmu seumur hidup. Ceritamu sampai terdengar oleh para senior lainnya di grub angkatanku. Mereka membicarakan karyamu, Amber!"

Point of You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang