Chapter 1

621 62 1
                                    

06.00

Di salah satu rumah, hening hanya untuk detik jam bergema di seluruh ruangan, terlihat salah satu wanita hampir kepala lima sedang bergegas untuk shift pagi di rumah sakit terlihat dari pakaian kerjanya. Heningnya seluruh rumah terpatahkan dengan adu mulut salah dua anggota keluarga yang hanya membuat lekukan ke atas di wajah wanita itu begitu mendengarnya.

"Aku duluan, Tom." Ucap yang lebih tua dengan handuk di pundaknya.

"Tapi aku hanya butuh lima menit untuk selesai," sahut yang lebih muda, terlihat tidak mau mengalah dengan abangnya.

"No, aku ada kelas pagi."

"Please, biarkan aku dahulu, aku yang lebih muda."

"Aku sampai ke sini lebih dulu, your youngest card can't be used right now."

May, wanita itu hanya terkekeh melihat kedua remaja itu merebutkan kamar mandi, setiap hari pasti ada saja yang diributkan meski hanya sekedar candaan. Rumah ini pasti tidak pernah sepi dengan ketiga anak Parker yang sudah ia anggap seperti anak sendiri. Tiga anak laki-laki di dalam satu rumah tidak akan pernah sepi namun May merasa bahwa hal itulah yang membuat suasana terasa hidup, setelah apa yang telah terjadi.

"Sudah, salah satu di kamar Toby." May mencoba menengahi khawatir mereka berdua akan telat, tidak biasanya memang jika Andrew ada kelas pagi karena sebagian besar jadwalnya lebih sibuk di jam sepuluh ke atas.

"Di kamar Toby sempit, May." / "May, peralatan mandiku di sini." Keduanya pun tetap menyahut.

"Sempit atau tidak masih bisa digunakan. Tinggal bawa saja peralatan mandimu ke atas."

Seorang pemuda terdengar turun tangga menuju dapur dekat kamar mandi lantai bawah, mengerut dahinya mendengar keributan di pagi hari. Jika May memaklumi anak tengah dan anak terakhir yang pasti ada saja yang diributkan, pemuda satu ini justru akan menghela nafas tanpa rasa benci ke arah dua adiknya itu. "Well, itu cukup besar untuk digunakan bersama."

"Thank you but no." / "You're not high, right?"

Tobey, meski banyak yang memanggilnya Toby begitupun keluarganya, hanya menghela nafas, entah harus berkata apa lagi. Bagaimanapun mereka, Toby menyanyangi keduanya tanpa terkecuali, Andrew bukan yang tertua namun Toby tahu ia bisa diandalkan, Tom sebagai bungsu menggemaskan kecuali jika ia ada maunya namun Tom tidak pernah membuat masalah. Hanya mereka bertiga yang Toby miliki sekarang, saling memiliki satu sama lain, memikirkan hal itu membuatnya teringat bahwa Tom bahkan tidak ingat persis wajah orang tua mereka, hidup ketiga anak Parker itu lebih banyak bersama May dan Ben ketimbang orang tua kandung mereka. Meskipun Ben juga harus pergi tidak lama kemudian.

Dan Tom tak pernah menanyakan lebih banyak; mungkin ia belum siap untuk Tahu lebih banyak karena tidak banyak yang disisakan untuk mengenang kedua orang tua mereka. Berbeda dengan Andrew yang lebih memilih tidak untuk mengingat masa lalu lebih sering, Toby tahu ia membenci orang tua mereka yang mungkin menjadi alasan kenapa ia tidak sehyper aktif Tom, dan Toby sekali mendengar bahwa Andrew merindukan mereka di tengah isak tangis suatu malam. Toby memilih diam, paham akan adik pertamanya itu. Karena seperti Andrew, Toby dan Tom juga merindukan orang tua mereka, meski kenyataan pahit bagi Tom kenangan bersama orang tuanya terlalu buram untuk diingat.

Toby beruntung mereka masih memililki May dan Ben -meski sekarang hanya ada May saja- di saat kecelakaan itu terjadi. Sebagai kakak tertua, Toby tidak tahu harus bagaimana, apa yang haris ia perbuat demi kedua adiknya jika tidak ada May dan Ben. Walau harus ia akui kedua orang tua mereka meninggalkan material cukup namun tanpa sosok orang tua pasti akan sangat sulit. Andrew dan Tom memahami dan hal itu membuat Toby can't ask more but enough.

Three ParkersWhere stories live. Discover now