Chapter 18

49 7 0
                                    

Hari Sabtu minggu kemarin memang tidak dapat diprediksi apa yang akan terjadi, hari minggu paginya ketiga saudara yang tinggal di satu rumah ini mencoba untuk melupakan kejadian (canon) yang mereka tidak sadari karena suatu saat pertanggungjawaban besar akan menanti. Ditandai dengan keadaan yang saat ini sedang terjadi.

Toby yang tidak sadar saking sibuknya dengan pekerjaan tugas, ia tidak menyadari bahwa Andrew sudah pulang diikuti oleh Tom beberapa jam kemudian. Hari sudah sore, Toby berniat untuk menyiapkan makan malam meski dirinya bingung untuk memasak; semua makanan dimasak oleh May dan Toby tidak tahu harus bagaimana setelah kepergian wanita yang sudah seperti ibu bagi mereka.

Makanan paling simpel untuk Andrew dan Tom yang tidak memiliki banyak makanan yang bisa dimasak hanyalah sereal, tentu sebagai kakak tertua, ia mau adik-adiknya memiliki gizi yang seharusnya. Toby biasa mengisi kulkas dengan bahan makanan sehingga kebutuhan pangan ketiganya terpenuhi; tidak dapat dipungkiri memang kadang atau bisa dikatakan sering jika mereka akan memesan makan malam daripada memasak. Ada makaroni keju beku, Toby tidak yakin mereka akan memakannya, lalu sayur-sayur yang Toby pilih untuk dimasak, beberapa makanan instan sampai yang beku. Juga camilan dari yang pedas sampai manis. Lalu ada... roti isi daging dari tetangga, ketiganya enggan memakannya karena rasanya.

Baru saja Toby memotong sayuran, Andrew tiba-tiba turun ke lantai bawah dan langsung membuka lemari es, mengambil roti isi daging lalu melahapnya. Toby sampai menatapnya heran karena sejak kapan Andrew menyukai roti isi daging. "Andrew?"

"Aku lapar." Jawabnya seakan cukup untuk menjelaskan tingkahnya yang tiba-tiba.

"Kau tidak pernah suka dengan roti isi daging itu."

"Dan aku berubah pikiran sekarang."

Sembari memegang piring penuh roti isi daging, Andrew mengambil beberapa makanan dari lemari es, duduk di kursi meja makan dan mencoba tidak menghiraukan tatapan dari sang kakak; melihatnya dengan wajah terheran. Bahkan si adik bungsu turun kamar pun mereka tak sadar.

"Sejak kapan kau suka roti isi daging, Andrew?"

"Sejak tadi."

Mata Tom pun memberi isyarat jika dirinya terkejut meski tak ada satu kata lagi yang ia ucapkan.

"Berhenti menatapku."

"Bagaimana dengan menjelaskan kenapa kau tiba-tiba memakan roti isi daging?"

Satu potong roti isi daging sudah habis, Andrew berniat mengambil satu potong lagi namun berhenti untuk menjawab. Jauh dalam benaknya, ia sendiri tidak tahu kenapa dirinya secara tiba-tiba memakan roti isi daging tersebut, yang ia rasakan hanya rasa lapar; rasa lapar yang begitu kuat.

"Aku lapar. Dan kau belum selesai memasak makan malam."

"Lalu bagaimana dengan membantuku?"

Tom yang ikut duduk di samping Andrew langsung ditunjuk, "ada Tom."

"Aku bagian mencuci piring saja. Terima kasih."

Ugh, sejak kapan Tom menaruh sarkasme di kalimatnya?

"Sudahlah, jika kau mau habiskan roti isi daging itu tidak apa, jika kau mau makan malam juga tidak apa. Biarkan aku memasak dengan tenang."

Dan seisi rumah seperti kosong, tidak sebising dahulu, tapi mereka bertiga setuju untuk move on karena May juga Ben tidak ingin mereka tetap di tempat yang sama, untuk tidak pernah melupakan kalau mereka dulu tidak hanya bertiga saja, dan untuk tetap tegar meski memang kenyataan itu pahit. Tidak ada yang tahu kalau mereka bertiga tidak akan pernah siap untuk kehidupan mereka setelah... ini.

Three ParkersWhere stories live. Discover now