Chapter 17

46 8 2
                                    

Minggu pagi, rumah keluarga Parker masih terlihat sepi, ketiga anak Parker tampak masih di kamar, belum terbangun dari mimpi. Kediaman Parker itu sepi, tidak terlihat tanda-tanda kehidupan yang terbangun. Bahkan tidak ada lampu yang menyala semalam, begitu pun pintu yang tidak terkunci semalaman. Beruntung tidak ada yang mencoba untuk masuk.

Di pukul tujuh tepat, anak tertua mulai membuka matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk; gorden memang tidak tertutup sejak kemarin. Perlahan, Toby bangun dengan keadaan yang lebih baik, memori tentang bagaimana tubuhnya tidak berenergi sedikit pun. Toby berdiri dengan wajah kebingungan meski tubuhnya sudah lebih baik, ia berjalan ke lemari melihat dirinya depan cermin yang masih menggunakan pakaian kerjanya.

Toby dengan sigap mengganti pakaiannya lalu turun ke bawah, membuat sarapan meski Toby tidak yakin apakah Andrew akan sarapan atau tidak. Beberapa menit lalu, di dalam kamar, terlihat orang ini memiliki gerak-gerik yang sama, kamarnya dilihat dengan linglung, dan matanya membelalak pakaiannya masih sama. Pemuda itu turun dan menemui kakak tertua sudah selesai menyiapkan sarapan; hanya roti panggang dan scrambled egg karena Toby tidak memiliki keterampilan memasak, sudah bertahun-tahun tinggal bersama May, Toby tidak sempat untuk membantunya di dapur.

"Aku membuat roti panggang, kau mau?" Tawar Toby sembari mengangkat sepiring scrambled egg dan dua potong roti, itu piring kedua yang sedang disajikannya.

Andrew mengangguk tanpa mengatakan sepatah kata, lalu bergegas untuk membersihkan dirinya meninggalkan Toby yang heran karena tidak biasanya Andrew sarapan. Setelah tiga piring sudah disajikan di meja makan, bersamaan Toby duduk dan Andrew yang baru saja selesai mengganti pakaiannya, anak bungsu yang masih dengan rambut yang berantakan dan baju yang sama saat dipakai ke tour Stark Expo turun dengan ekspresi yang lucu. Toby yakin Tom belum sepenuhnya terbangun.

"Tom, cepat turun. Andrew, ayo duduk."

Tom yang, benar, belum sepenuhnya sadar langsung duduk tanpa mengatakan apa-apa dan mulai ikut makan bersama dengan dua kakaknya. Mereka makan dengan hikmat, hening, hanya ada dentingan piring dan alat makan bersamaan dengan detik jam yang dekat dengan ruang tengah.

Masing-masing memiliki sesuatu untuk dikatakan, meski ragu bagaimana dengan tanggapannya yang akan didapatkan. Sesuatu yang tidak biasa terjadi, yang entah bagaimana ke depannya.

Usai sarapan, Tom bergantian mencuci perabotan dan langsung bersiap-siap. Toby yang hendak membuang sampah rumah hanya menggeleng kepalanya, sedang Andrew di dalam kamarnya sedang memperhatikan makhluk kecil yang dibawanya kemarin; laba-laba yang sudah tidak bernyawa. Ia terkejut begitu ponselnya bergetar, tidak mengharapkan ada yang mengirimnya pesan di minggu pagi.

Nama kontaknya muncul di layar, menunjukkan pesan dari Harry yang mengajaknya bertemu; bukan soal pekerjaan. Andrew langsung teringat dengan laba-laba yang tidak sengaja mengikutinya ke rumah untuk berakhir tidak bernyawa di tangannya. Pemuda itu ragu untuk mengatakan yang sebenarnya, mengatakan kebenaran bahwa ia tidak ada niatan untuk mengambil kepemilikan perusahaan sahabatnya itu. Tapi besar dengan didikan Ben; meski tidak lama, Andrew dan kedua saudaranya diajarkan untuk tidak berbohong.

Ajakan itu diterimanya dan Andrew bergegas bertemu Harry di tempat biasa. Andrew bermaksud pula untuk mengatakan fakta yang terjadi, bahkan sampai di cafe biasa lebih awal dengan segelas minuman favoritnya, ia menunggu Harry sembari menyembunyikan betapa gugupnya ia.

Andrew baru menyesap kopinya saat Harry datang dengan wajah kusut, pasti lelaki itu akan bercerita jika seperti ini pikir Andrew. "Ada apa?" Tanyanya sesudah Harry duduk di seberang meja, sebelum akhirnya mencoba untuk tidak menunjukkan betapa gelisah dirinya dibalik gelas minuman.

Harry menghela nafas, "pekerjaan, acara kemarin berjalan lancar hanya ada beberapa masalah." Terdengar lelaki itu memang resah saat berbicara, Andrew bingung bagaimana caranya untuk menghibur dikala laba-laba dari perusahaannya belum lama mati karenanya. "Pekerjaku melakukan kesalahan dan ada kerusakan pada sistem keamanan." Jelas Harry.

Three ParkersWhere stories live. Discover now