Five

3K 386 4
                                    

Malam ini, Sakura bersama kedua orang tuanya mendatangi undangan pesta dirumah partner bisnis ayahnya. Bibi Kushina berjanji untuk menemui mereka dirumah itu karena mereka juga diundang. Karena itulah akhirnya Sakura ikut dengan senang hati. Naruto juga akan ada disana. Biasanya Sakura akan pergi dengan muka ditekuk.

Begitu sampai, mereka disambut oleh seorang pelayan yang langsung mengantarkan mereka ketaman belakang kediaman itu. Ada lambang kipas besar di gerbang rumah. Dan halamannya sangat luas. Rumah itu berbentuk rumah jepang kuno yang besar. Pasti orang yang tinggal disana sangat kaya. Sakura tidak begitu mendengar saat ayahnya menceritakan partner bisnisnya saat didalam mobil. Gadis itu sedang sibuk membalas pesan teman-teman Koreanya.

Mereka mendekati Minato dan Kushina yang sudah sampai duluan. Sakura baru saja akan bertanya dimana sepupunya saat seseorang mendekati mereka.

“Tuan Lee...” Sapa seorang laki-laki berperawakan tinggi besar. Mata hitamnya terlihat tidak asing bagi Sakura.

“Ah, Fugaku san...” Ayahnya dan orang yang bernama Fugaku itu bersalaman. “Perkenalkan ini istriku, Mebuki dan anakku, Sakura, Lee." Ayahnya berbalik ke arah Sakura dan ibunya. "Dia adalah Fukagu-san. Tuan rumah pesta ini.”

Sakura dan ibunya memberi salam dan mengenalkan diri mereka masing-masing. Sakura langsung bisa menilai pastilah Fukagu ini adalah orang yang sangat dingin dan cuek.

“Ah, mari kuperkenalkan... Ini adalah istriku, Mikoto dan anak sulungku, Itachi Uchiha.” Sakura dan kedua orang tuanya langsung memberikan salam saat kedua sosok itu mendekat.

“Uchiha?” Tanya Sakura tanpa sadar.

Ayahnya menatap Sakura malas, tau putrinya pasti tidak mendengarnya dimobil tadi.

“Appa sudah mengatakannya dimobil bukan?”

Sakura menatap ayahnya lalu menghela nafas. Apa dia harus kembali bertemu dengan orang itu disini? Tapi marga Uchiha bukan hanya Sasuke saja kan? Pikir Sakura.

“Dimana Sasuke?” tanya Fukagu yang membuat Sakura mendongak menatap orang itu.

Baiklah... Sepertinya aku akan bertemu orang dingin itu disini. Keluh Sakura dalam hati. Pantas saja mata Fukagu sangat tidak asing. Mata itu persis sama dengan mata Sasuke. Bagaimana dia sangat mengenalnya? Dia tidak tau. Bahkan gadis itu pun tidak menyadarinya.

“Ada disana... Seperti biasa...” Kata mikoto lembut, sangat berbeda dengan Fukagu yang terlihat keras.

Sakura melihat arah yang ditunjuk oleh Mikoto dan mencari sosok Sasuke, mungkin saja sepupunya ada disana.

Merasa bosan dengan percakapan bisnis ayah, Minato dan ayah Sasuke, Sakura  berbisik pada ibunya.

“Bolehkah aku kesana?”
Ibunya melihat arah yang ditunjuk anaknya lalu mengangguk. Berpikir gadisnya lapar dan ingin makan hidangan yang ada di meja disana.

Agar tidak terlalu kentara ingin mencari sasuke, Sakura mengambil beberapa potong makanan dimeja sambil mengedarkan pandangannya. Gadis itu menemukan keberadaan si pangeran es tak jauh dari tempat orang tua mereka berbincang. Sambil masih membawa piringnya, Sakura mendekati Sasuke sambil sesekali mengedarkan pandangannya. Dia tidak melihat sosok Naruto dimanapun.

“Hai...” kata Sakura menegur Sasuke yang berdiri diam bagai patung. Tampak jelas ketidak nyamanan laki-laki itu disana.

“Hn...” Balas Sasuke cuek, laki-laki itu bahkan tidak menoleh kearahnya atua malah dia tidak menyadari kedatangan Sakura sama sekali dan hanya refleks membalas sapaan Sakura saja.

Sakura tak ambil pusing karena dia tau kalau laki-laki itu memang irit berbicara. Entah karena kosakata yang dikuasainya hanya itu saja atau memang malas bicara.

Tak jauh dari mereka beberapa perempuan tampak berbincang-bincang semangat sambil sesekali melirik Sasuke. sepertinya itulah sumber ketidak nyamanan laki-laki itu. Sakura tertawa kecil saat menyadarinya.

Sasuke yang mendengar tawa kecil disebelahnya menoleh dan langsung terdiam saat melihat Sakura dalam balutan gaun manis berwarna peach lembut itu. Rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai indah, make up tipisnya membuat gadis itu tampak semakin manis. “Sakura...” gumamnya pelan.

“Dimana Naruto?” tanya Sakura langsung. “Aku tidak melihatnya dimanapun padahal paman dan bibi ada disini.” Kata Sakura lagi saat sorot tajam sasuke menusuknya.

“Jadi kau kesini karena mencari Naruto?” Tanya Sasuke dingin. Itu adalah kalimat terpanjang sasuke yang pertama kali untuk Sakura. Dingin dan tajam.

Sakura berdeham beberapa kali, kaget karena tak menyangka akan mendapat balasan yang lebih panjang walau kata-kata itu seakan menyindirnya. “Aku bosan berada diantara orang dewasa.” Kata Sakura ringan. Dan aku tidak ingin mengorbankan egoku untuk mendekatimu. Sakura menambahkan dalam hati.

“Dia tidak datang.” Kata Sasuke akhirnya. Lalu kembali membisu.

Inilah yang sangat dibenci oleh Sakura. Gadis itu menyadari betapa dirinya sangat sulit untuk memulai obrolan, karena itulah dia lebih suka berada diantara orang-orang heboh dan mudah berteman dari pada berada dengan orang yang pendiam, dingin, dan cuek.

Sakura tidak menyadari keanehan Sasuke karena laki-laki itu bisa menutupi nya dengan sangat sempurna dibalik sikap tenangnya.

Jika saja ada Naruto disana, dia akan langsung tau kalau ada sesuatu yang tidak beres dengan sahabatnya. Terlalu lama bersama sasuke membuatnya sangat paham akan laki-laki itu walau pun hanya sebuah kilatan dimatanya.

Sakura menyuap kuenya untuk mengenyahkan rasa tak nyamannya sampai gadis itu merasa haus. Beberapa pelayan yang lewat hanya menyediakan minuman berakohol yang tak bisa ditelannya. Selain masih dibawah umur, gadis itu sama sekali belum pernah mencoba minuman itu. Dia tak ingin mengambil resiko.

“Dimana aku bisa mendapatkan minuman yang normal?” Tanya Sakura pada Sasuke.

Laki-laki itu hanya memandangnya tanpa mengucapkan apa-apa, membuat Sakura menyesal sudah bertanya.

“Hhmm... Aku akan mencarinya.” Kata Sakura beranjak dari tempatnya tapi tangan Sasuke yang terasa kuat menarik lengannya.

“Disana.” Katanya menunjukkan meja lain. Laki-laki itu merasakan suatu perasaan asing saat tangannya menyentuh kulit halus Sakura. bukan perasaan yang mengganggu. Tapi menyenangkan dan membuatnya tak ingin melepaskan. Semacam candu?

Sakura menatap tangan Sasuke yang masih ada dilengannya lalu mendongak. “Baiklah...” katanya, menunggu Sasuke untuk melepaskan cekalannya dan kembali menatap tangan itu.

Sasuke yang menyadari pandangan Sakura mendesah pelan. “Ayo...” katanya melepaskan cekalannya dan menggantinya dengan menggenggam tangan lembut Sakura. laki-laki itu merasakan jantungnya yang bekerja dua kali lebih cepat hanya dengan menggenggam tangan Sakura, sementara Sakura nyaris tersedak dengan apa yang dilakukan si pangeran es. Untung saja dia sedang tidak makan sesuatu.

Gadis itu merasa gelisah. Sesuatu yang dihindarinya saat ini sedang terjadi. Jantungnya tiba-tiba saja berdetak kencang, membuatnya nyaris susah bernafas. Gadis itu menatap Sasuke, baru kali ini Sakura benar-benar menatap Sasuke, memperhatikan lebih tepatnya. Garis tegas wajahnya, mata hitamnya yang tajam dan keseluruhan wajah itu. Tampan. Tentu saja...

Sakura mengeluh dan berusaha menarik tangannya, percuma saja. Genggaman Sasuke begitu kuat tapi juga lembut disaat bersamaan.

Sementara itu, pandangan Fukagu dan Mikoto yang sejak kedatangan Sakura di dekat anaknya mulai terbagi, langsung menatap fokus begitu melihat Sasuke menggandeng anak partner bisnisnya itu. Itachi yang peka langsung memancing obrolan lain pada orang tua Sakura agar mereka tidak mengikuti arah pandangan kedua orang tuanya walau dirinya pun ingin sekali melihat apa benar laki-laki yang menggandeng Sakura adalah adiknya?

Selama ini Sasuke terkenal akan sikap cuek dan dinginnya pada semua wanita yang ada kecuali sang ibu. Tentu saja pemandangan sasuke menggandeng seorang wanita akan membuat setiap orang yang mengenalnya terkejut.

Fukagu dan Mikoto saling tatap lalu dengan cepat menguasai diri dan kembali melanjutkan obrolan mereka yang tertinggal sebelum pamit untuk menyapa tamu yang lain.

- TBC-

I Will Get You ✔Where stories live. Discover now