chapter 1 : adaptasi

23.5K 3.1K 540
                                    

Start!

"Woy! Letoy amat tu muka!"

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

























"Woy! Letoy amat tu muka!"

Clare hanya mendengus. Dia berjalan menyusuri kelasnya untuk mencari tempat duduknya bersama Wonyoung.

"Eh lo gapapa kan? Semalam lo pulang sendiri gaada yang luka, kan?" tanya Wonyoung memastikan sahabat karibnya itu baik-baik saja.

"Santai. Gue gapapa." jawab Clare tersenyum tipis.

"Eh tapi, tumbenan banget lo pakai acara gerai-gerai rambut segala. Biasa juga diiket." ucap Wonyoung sambil memainkan ujung rambut panjang milik Clare.

"Y-ya gapapa. Kan gue pengen nyobak aja." ucap Clare berusaha senatural mungkin.

"Sukak lo deh, eh?" Wonyoung terdiam. Rambut Clare tidak sengaja tersingkap tadi dan menampilkan leher Clare yang sedang diplester.

"Lo kenapa pakek plester di leher dah?" tanya Wonyoung curiga. Clare melotot setelah mendengat ucapan Wonyoung tadi.

"Err, itu! Kegaruk sampe luka hehe." ucap Clare dengan watadosnya.

"Serius? Lain kali hati-hati loh. Btw bukan cupang kan?" ucap Wonyoung tersenyum jahil.

"YA ENGGAK DONG ANJIR. GILA!"

🛸🛸🛸

"Makasih Woo udah mau nganter." ucap Clare sambil turun dari motor Jeongwoo. Disekolah tadi, Jeongwoo dengan senang hati menawarkan Clare untuk diantarkan pulang. Lagipula, Clare mana bisa menolak. Kapan lagi ada kesempatan dirinya bisa pulang bersama si mas crush?

"Sama-sama Clare." jawab Jeongwoo sambil tersenyum.

Clare merapikan rambutnya dan secara tidak sengaja Jeongwoo melihat plester di leher Clare.

"Eh? Leher lo kenapa?" tanya Jeongwoo.

"Eh itu kegaruk sampe luka hehe." ucap Clare dengan watados.

"Dasar, lain kali hati-hati loh." ucap Jeongwoo.

"Hehe iya. Udah deh, gue duluan ya Woo!" ucap Clare menjauhi Jeongwoo dan masuk ke gedung apartemen nya.

Sementara Jeongwoo masih terdiam di tempatnya menatap Clare yang sudah menjauh.

Senyuman miring tercetak di bibirnya. Are you think that i don't know, huh?

🛸🛸🛸

Clare memasuki ruangan apartemennya. Hening sekali.

"Kayaknya dia udah pergi. Bagus deh. Gue juga ta--"

"Siapa yang pergi?"

"UWAAAAAAA!!!"

Clare terlompat menubruk dinding ruangannya. Dia terkaget dikarenakan suara berat yang membisikinya tadi.

"Kenapa takut begitu, honey? Santai gue lagi ga butuh darah lo kok kali ini." jawab sang vampir santai, Haruto.

Clare melototkan matanya. Badannya sedikit bergetar. "L-LO KOK MASIH DISINI?!".

Haruto mengerjapkan matanya lucu. "Santai honey, gak usah jerit-jerit begitu. Lagian juga, gue udah bilang lo itu hak milik gue. Ya ga mungkin dong gue pergi gitu aja. Apalagi darah lo manis banget."

"HAK MILIK PALA LO DUA. PERGI GAK LO?!" usir Clare. Sungguh, kehadiran Haruto hanya membuatnya stres.

"Gak akan. Lagian gue kan gak ngerusuh disini." balas Haruto santai.

"Gak ngerusuh apaan? Kalau nanti gue mati gara-gara kehabisan darah gimana? Leher gue aja masih sakit banget anjir."

Haruto terbelalak. Si manis miliknya ini sungguh menyebalkan pikirnya.

"Lebay deh. Gue juga ga tiap saat butuh darah lo. Lagian juga gue sekali ngisep ga banyak-banyak amat." ucap Haruto santai sambil membuka kulkas Clare. "Dan juga, gue bakalan disini terus sampai kapanpun."

Clare menghela nafas. Haruto benar-benar membuatnya stres. Tapi disisi lain dalam dirinya berkata. Kapan lagi bisa bareng cogan?

Oke stop. Buang pikiran itu. Haruto adalah seorang vampir yang baru ia kenal. Terlebih Haruto adalah seorang laki-laki. Dia juga takut jika Haruto bisa saja membunuhnya.

"Tenang gue ga bakalan bunuh elo kok." Clare terkaget. Kenapa Haruto bisa tau apa yang ada dipikirannya?

"Gausah kaget. Gue nebak eskpresi lo aja. By the way, kulkas lo kosong. Dan gue laper." ucap Haruto sambil bersandar di pintu kulkas.

"Dasar ga tau malu. Lo maksa tinggal sama gue tapi malak makanan juga." sinis Clare.

Haruto terkekeh pelan. "Tapi gue laper beneran dong, atau mau darah lo jadi santapan gue?"

Clare dengan cepat menggeleng. Hei, lehernya masih terasa pedih sekali.

"Please, Ruto. Jangan ganggu gue. Lo bisa pergi sekarang."

Haruto menautkan alisnya bingung. Emangnya kehadiran dirinya sangat mengganggu ya? Begitu pikirnya.

"Ga akan. Hey, i've got new rules. Setiap lo terang-terangan ngusir gue, misuh-misuh karena gue, gue bakalan ngisap darah lo. Deal?"

Clare terbelalak. "GILA! GAK MAU!"

Haruto tersenyum miring. "Hooo, nantangin nih lo?" Haruto berjalan mendekati Clare. Wajahnya sudah tepat di sisi kiri kepala Clare.

"AAAA JANGAN!" jerit Clare. Jangan tanya lagi, Clare sendiri sudah terisak. Dia tidak suka digigit. Sakit banget soalnya :(

"Eh eh kok nangis? Yaelah gue bercanda kali beb. Gue kan bilang juga lagi ga butuh darah lo." ucap Haruto panik.

"Hiks."

"Maaf maaf, udah dong nangisnya, nanti cantiknya hilang."

Clare melotot. "APAAN LO GOMBAL-GOMBAL."

Vampir kok bisa gombal yak?




🛸🛸🛸

Hahay

👽hope u enjoy👽

[✔️] mine - haruto☘︎︎Onde histórias criam vida. Descubra agora