19. Usaha

1.4K 85 19
                                    

Nadine menarik napas panjang sebelum mengetuk pintu rumah itu. Sebenarnya, tak pantas bagi seorang gadis mendatangi rumah pacarnya.
Namun, inilah usahanya untuk memenangkan hati sang calon mertua agar merestui hubungan mereka.

"Nadine?"

Sarah terbelalak saat melihat siapa yang datang. Dia sungguh tak menyangka jika pagi-pagi sang calon menantu menampakkan diri.

"Tante."

Nadine meraih tangan Sarah dan menciumnya sebagai tanda hormat. Bagiamanapun juga, adab tetap diutamakan. Itulah yang diajarkan oleh kedua orang tuanya sejak kecil.

"Ayo, masuk. Nanti Tante panggilkan Janu."

Sarah membuka pintu lebar-lebar dan mempersilakan Nadine masuk. Gadis menatap sekeliling ruangan dan duduk di sofa. Dia meletakkan bungkusan yang tadi dibawa ke meja.

Sementara itu, Sarah berjalan ke belakang dan memanggil putranya. Tak lama, dia keluar dengan seorang  ART yang mengikutinya dari belakang, dengan membawa sebuah nampan berisi minuman.

"Kamu ke sini sama siapa?"

Sarah bertanya dengan ramah. Dia memang suka dengan Nadine, karena setiap kali bertemu sikapnya sangat sopan.

"Sendirian, Tante," jawab Nadine gugup. Tangannya gemetaran dengan keringat yang menetes di dahi padahal ruangan itu full AC.

"Janu masih mandi. Tunggu aja, bentar lagi turun," jelas Sarah sembari mengulum senyum melihat kegelisahan gadis itu.

Nadine menunggu dengan hati berdebar. Hingga setengah jam berlalu, akhirnya sosok sang pujaan hati muncul dan berjalan mendekatinya.

"Aku kirain kamu becanda tadi. Eh, ternyata beneran datang."

Janu menatap kekasihnya dengan senang. Mimpi apa dia semalam kalau pagi-pagi begini sudah sarapan sesosok wajah cantik dengan bibir yang seksi.

"Nih!" Gadis itu menyerahkan sebuah boks yang dibungkus dengan paper bag.

"Apaan ini?"

"Buat Om. Mana tau suka," kata Nadine dengan sedikit ragu.

"Sini kasihkan ke Tante aja. Kalian ngobrol berdua, ya."

Sarah mengambil paper bag itu dan membawanya ke belakang. Lalu dia memanggil sang suami untuk makan bersama.

"Kamu masak apa?" tanya Janu sembari duduk di samping sang kekasih. Tangannya meraih jemari gadis itu dan menggenggamnya dengan erat.

"Gado-gado," jawab Nadine dengan percaya diri.

"Wah, Papa doyan, tuh," kata Janu seraya mengusap lengan kekasihnya.

Sikapnya itu membuat Nadine melotot. Apalagi senyum Janu kali ini berbeda, senyum khas seorang laki-laki yang sedang ada maunya.

"Cuma megang dikit, Ndin," ucap Janu menggoda. Rasanya dia sudah ingin menghalalkan sang kekasih saat itu juga, jika saja papa memberikan restu.

"Aku pulang dulu, ya. Cuma mau antar makanan," bisik Nadine.

"Ntar dulu, lah. Gak kangen?" tanya Janu manja.

"Nanti aja ketemu lagi. Aku takut sama papa kamu," ucap Nadine sembari melirik ke arah pintu.

"Papa pasti lagi makan. Itu tadi Mama sengaja ambil makanannya," jelas Janu.

"Masa'?" tanya Nadine penasaran.

"Gak percaya? Ayo, kita liat ke dalam."

Janu menarik lengan Nadine dengan sedikit memaksa karena gadis itu sempat menolak. Ketika tiba di dekat partisi ruangan, mereka mengintip dan mulai menguping.

Hello Dr. JackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang