Part 19

573 67 0
                                    

Happy reading

***

"Aksa, Febi, kalian ngapain?!" tanya Damar sedikit kaget saat melihat kehadiran dua manusia itu, darimana mereka datang mungkinkah dari pintu kemana saja milik doraemon? Tidak mungkin.

"Meong, kita kucing bukan Aksa sama Febi,"  jawab Aksa menirukan suara kucing, padahal tidak ada miripnya sama sekali, tidak ada kucing yang bisa bicara kecuali dalam kartun atau cerita fantasy. Damar Aksa ada-ada saja.

"Kucing jaman sekarang hebat loh Mar, bisa ngomong bahasa manusia," sahut Vina masih dengan wajah kesal bin sebalnya itu.

"Meong, iya dong, zaman udah maju, masa iya kalian masih jomblo aja," sahut Febi.

"Apa hubungannya njir? Lo juga masih jomblo kali," jawab Vina sinis.

"Meong, hubungannya gak jelas, katanya sih cuman temenan, tapi nyatanya beuh," sahut Febi.

"Meong, cinlok ya cing?" tanya Aksa yang di angguki oleh Febi.

"Setres," sahut Damar seraya geleng-geleng kepala melihat tingkah aneh kedua temannya itu.

"Kita pergi aja yuk Mar?" ajak Vina seraya memegang tangan Damar.

"Yuk, kalian diem aja ya jangan ngikut ini urusan manusia," ujar Damar dengan jari telunjuknya yang teracung memberikan peringatan.

"Wahai manusia, asal kalian tahu kemanapun kalian pergi akan kami ikuti," sahut Aksa.

"Yakin? Kalau kita ke neraka kalian mau ikut juga?" tanya Vina.

"Akh untuk masalah yang satu itu saya tidak ikut-ikut, tapi kalau dia mungkin iya," sahut Aksa seraya menunjuk Febi.

"Heh, gue juga gak mau ngikut kali," jawab Febi.

"Ekh bukannya itu tempat tinggal lo ya?" tanya Aksa.

"Ekh anjim, jangan solimi ya kamu!"

Di saat Aksa dan Febi tengah berdebat, itu menjadi kesempatan emas untuk Damar dan Vina pergi dari tempat itu agar tidak di ikuti oleh dua makluh jadi-jadian itu.

"Lah, si Vina sama si Damar kemana?" tanya Aksa saat sadar bahwa objek yang ia ikuti menghilang.

"Akh mereka kabur, gara-gara lo nih ngajak ribut sih," dengus Febi.

"Enak aja nyalahin gue, lo juga salah!"

"Udah akh mending kita cari mereka," ujar Febi lalu berdiri dari duduknya.

Di tempat lain, Damar dan Vina baru saja duduk di salah satu bangku taman dengan napas yang ngos-ngosan, pasalnya mereka Lari dari kedua makhluk Mars itu.

"Padahal kita bukan selebriti kenapa di kejar-kejar coba," ujar Vina seraya mengatur napasnya.

"Tahu tuh, kepo banget sih mereka," jawab Damar.

"Iya, padahal gak ada yang istimewa dari kita."

"Nanti jangan sebut nama mereka ya, bisa-bisa mereka muncul tiba-tiba lagi."

Vina menganggukan kepalanya mengiyakan ucapan Damar.

"Tunggu bentar ya, aku nyari minum dulu," ujar Damar karena ia kehausan, lagi-lagi Vina hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

Damar berjalan setengah berlari mencari warung untuk membeli minuman. Untung saja tidak jauh dari sana ada penjual minuman, Damar langsung membelinya lalu ia bergegas kembali ke tempat tadi.

"Vin, ini," ujar Damar seraya memberikan Vina sebotol minuman.

Vina menerimanya dengan senyuman yang merekah.

"Makasih Damar," ujar Vina.

"Sama-sama," jawab Damar lalu duduk di sebalah Vina.

Keheningan kembali menyelimuti mereka.

"Vin, aku mau bicara serius sama kamu," ujar Damar membuat jantung Vina kembali berdebar hebat.

Nerd Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang