Part 18

573 72 6
                                    

Happy reading

***

Lano pergi menjauhi anak-anak remaja itu, dia duduk agak jauh dari mereka, Lano tersenyum tipis, baru kali ini Lano melihat Vina seperti itu, karena sebelumnya Vina tidak pernah seperti ini.

"Vin, jahat banget sih, kasian loh damar," sahut Aksa dramatis dengan bibir melengkung.

"Iya, nih Vina, sabar ya Mar, gapapa kok Vina gak suka sama lo, masih ada gue kan ya," ujar Febi seraya mendekati Damar.

"Ikh, ngapain sih lo deket-deket sama Damar?!" tanya Vina kesal sendiri.

Posisi Vina saat ini benar-venar tidak menyenangkan, mundur kena maju juga kena, mau jujur Vina belum siap untuk jujur, kalau bohong Vina juga belum siap menahan kesal kalu liat Damar dekat dengan yang lain, walau Febi sekalipun.

Cinta memang terkadang membuat kita serba salah, seperti halnya cemburu, diungkapkan jadi masalah dipendam sendiri lama kelamaan sakit hati, lalu depresi.

"Lah, kenapa marah bukannya lo gak suka 'kan sama Damar?"

"Ya gak gitu," jawab Vina.

"Berarti lo suka 'kan sama Damar," tuduh Aksa seraya terkikik geli, entahlah Aksa senang memojokan Vina.

"Ini kalian kenapa sih?! Belum pada makan obat, ya?" tanya Damar kesal seraya berdiri dari duduknya, menatap teman-temannya satu perasatu.

"Kebanyakan makan obat nanti overdosis loh Mar," sahut aaksa.

"Iya, tapi gak makan obat kalian jadi setres."

"Udahlah Mar, mending kita pergi dari sini," ajak vmVina seraya memegang tangan Damar agar ikut berdiri lalu meninggalkan tempat latihan. Damar hanya ikut saja, lagian kelamaan duduk bersama mereka, bisa-bisa Damar ikutan setres.

"Heh, kalian mau kemana?" tanya Febi.

"Ke pluto," jawab Vina tanpa membalikan badannya.

"Kita ikut ya?!"

"Gak, gak boleh!" jawab Vina tegas seraya memicingkan matanya tajam.

"Udah, gak usah di ganggu yang mau pendekatan," sahut Lano diiringi kekehan geli.

"Lah, bener Bang," sahut Aksa lalu ikut tertawa, begitupun dengan Febi.

Vina hanya mendengus kesal seraya terus berjalan menggusur tangan Damar, gadis itu semakin mempercepat langkahnya seperti setengah lari.

Mereka berjalan tanpa arah, mereka juga sudah saling melepaskan pegangan tangan, keheningan menyelimuti mereka berdua. Keduanya sama-sama memikirkan topik yang asyik untuk dibahas.

"Ekhem," dehem Damar mencairkan suasana yang canggung ini.

"Kita mau kemana nih? Dah jalan berbulan-bulan, tapi kok belom ada kepastian?" tanya Damar.

"Hah?" tanya Vina, gadis itu bukan tidak mendengar pertanyaan Damar, ia hanya sedikit tercengang saja dengan pertanyaan aneh dari Damar.

"Aku gak mau ngulang dua kali," jawab Damar seraya tersenyum jenaka.

"Lah, nyebelin," sahut Vina seraya mengkerucutkan bibirnya.

"Gapapa, udah tanggung juga 'kan kamu gak suka sama aku tinggal dibuat benci aja," jawab Damar enteng seraya mengidikan bahunya.

"Ekh jangan, maksud aku gak gitu loh," sahut Vina cepat.

"Terus gimana dong?" tanya Damar seraya menaikan satu alisnya.

Mereka berhenti berjalan, lalu saling berhadapan.

"Aduh, gimana ya?" Bukannya menjawab Vina malah ikut-ikutan bertanya.

Vina bingung menjelaskannya bagimana, masa iya 'kan Vina harus bilang kalau dia sebenarnya menyukai Damar bahkan sudah dalam tahap cinta, tetapi untuk mengungkapkan perasaannya, itu terlalu tidak mungkin.

Gadis itu tidak seperti gadis-gadis dalam cerita wattpad, dia tidak mungkin menyampaikan perasaannya, karena menurut Vina lebih baik ia memendam daripada mengungkapkan duluan.

"Kalau kamu gak suka sama aku, its okey, tinggal buat kamu jatuh cinta aja," jawab Damar.

Jantung Vina berdebar cepat, pipinya terasa panas, ia harap pipinya tidak mengeluarkan rona merah, karena jika terjadi itu sungguh memalukan.

Damar tersenyum kecil melihat Vina yang tersipu dan salah tingkah seperti itu, dimatanya Vina terlihat sangat menggemaskan.

Ternyata dia hanya kelihatan garang di luarnya saja, jika diberi gombalan tetap aja kebaperan. Meskipun yang Damar lontarkan itu bukan gombalan, tetapi kenyataan.

"Ck, kelamaan temenan sama aksa jadi gini nih," sahut Vina.

"Gini gimana?" sahut seseorang membiat Damar maupun Vina langsung mengalihkan pandangan mereka ke bawah tempat asal suara.

Di sana terlihat Aksa dan Febi yang tengah duduk, seperti jin yang di sebut namanya langsung muncul, begitulah Aksa.

Vina menghembuskan napasnya kesal seraya menatap kedua makhluk yang tidak ada bosannya menganggu ketengan hidup Vina, sapa lagi kalau bukan Aksa dan Febi.

Nerd Boy Where stories live. Discover now