AKU.

Frasa dan Aku

17 September 2019

Aku menemukan cerita, menunggu kata untuk diberi rupa, sehingga tercipta dengan senada. Aku mendapat rasa, dari yang telah mengetuk lama namun tak pernah sanggup terbuka. Aku menanti asa, tertutup abu jauh dirawa, tertinggal dalam mati rasa. Aku tiada dan ada akan selalu sama tanpa cerita cinta pun cerita lama.

Aku yang menanti tanpa henti, selalu sendiri dalam sepi. Aku yang mencoba menghapus luka hati, selalu tersakiti dalam gelap malam ini. Aku yang membatin iri, selalu terlupa hilang dalam sunyi. Aku, sepi dan sunyi akan selalu bersama sampai mati, mengikuti dengan gigih tanpa pamrih dan dengki.

Semua masih tentang ku, yang memikirkan dunia tak lagi sama, bahwa dunia menjadi berbisa. Padahal dunia terus berusaha, hanya ada aku dengan tuntutan akan angan yang tak tertata, membuat tentang yang terbentang menjadi tentang yang terusang. Padahal dunia akan terus memberi asa, menuntun pada mimpi dijalan setapak tanpa fatamorgana, bukan jalan luas yang gersang dan tandus penuh nirvana.

Semua masih tentang ku, yang mendapat goresan luka dan ditimbun dengan fana, sehingga tak berdaya. Mengharapkan ia akan terkubur dalam-dalam menyisakan hal yang tiada, menjadi kekuatan dalam duka. Padahal luka akan selalu bersama dalam tiap langkah goresan tinta disetiap cerita, bukan hanya lenyap tiada tara.

Apakah hanya aku saja yang merasa? Beban berat yang terpikul, dibawa lalu tanpa malu.

Apakah hanya aku saja yang berfikir? Benang kusut yang menuntut, dibiarkan terhanyut selalu takut.

Apakah hanya aku saja yang tertatih? letih dalam penat yang mengikat, mencari dalam gelap dan tak terlihat, mencoba kuat hingga akhir hayat.

Akankah ada suatu percikan bunga api, yang bisa membakar habis penantian diri, memberi cukup warna titik baru dalam hati, mengasihi dengan kasih akan ketetapan diri, sehingga menenangkan jiwa dan raga ini?

Frasa dan aku. Frasa dan rasaku. Frasa dan asaku. Frasa dalam ajungan doaku.