Part 1 : Es

2K 181 53
                                    

"Ana, ini sudah malam. Kamu pulang ya? Athalla juga pasti bakal sedih kalau kamu nangisin dia terus. Pasti dia bakal sembuh dan sadar secepatnya kok."

Gadis bernama lengkap Ananta itu mengangguk lalu mulai beranjak dari kursinya. "Jika ada perkembangan sedikit aja, Ana minta tolong kasih tau Ana ya tan"

"Pasti. Sekarang kamu cepetan pulang. Tante anter ya?"

Ana menggelengkan kepalanya lalu ia menatap Athalla-sang kekasih yang terbaring koma dengan peralatan media yang melekat pada tubuhnya. "Ana bisa pulang sendiri kok. Tante jagain Atha aja, kasihan dia gak ada yang nemenin. Ana bisa jaga diri kok" balas Ana meyakinkan Anggie agar mengizinkannya pulang sendiri.

Bukan tanpa alasan, Ana hanya tidak mau Athalla ditinggal sendirian di kamar rumah sakit yang luas ini. Lagi pula dirinya butuh waktu sendiri.

"Nanti kalo kamu kenapa-napa, gimana?" tanya Anggie khawatir.

Ana hanya tersenyum simpul. "Gapapa tan, Athalla lebih butuh tante sekarang"

Ana melihat jelas raut khawatir dari Anggie. Tante dari Athalla itu memang sudah ia anggap seperti keluarga kandungnya sendiri. Sifatnya yang lemah lembut membuat Ana sangat nyaman jika didekat Anggie.

"Yasudah, kamu hati hati ya? Kalau ada apa apa, segera hubungi tante"

Ana mengangguk pelan. "Ana ngerti tan. Kalau begitu Ana pamit dulu ya?"

Ana mendekati Anggie lalu memeluknya erat. Setelah itu ia beralih menatap sang kekasih yang masih setia memejamkan matanya. Dihampirinya hingga ia berdiri di samping kasur rumah sakit. Tangan mungilnya menggenggam tangan Athalla yang besar dan kekar. Betapa membuncahnya rasa rindu yang berada di lubuk hatinya.

"Aku pulang dulu ya? Besok aku janji bakal temenin kamu" dikecupnya kening Athalla dengan sayang.

"Aku pamit ya tan"

Sesudah mendapat respon berupa anggukkan serta dilengkapi dengan senyuman dari Anggie, Ana segera keluar dari kamar bernomor 768 itu.

Melangkah menyusuri lorong rumah sakit dengan perasaan sedihnya.

Sudah tiga bulan lamanya Athalla koma. Semenjak kecelakaan motor yang dialami Athalla malam itu, binar bahagia di mata Ana hilang begitu saja.

Ia rindu dengan semua kenangan yang mereka lalui bersama. Ia rindu dengan segala perhatian perhatian kecil yang Athalla lakukan untuknya.

Hatinya sangat sakit kala harus menghadapi rintangan yang begitu besar itu. Terlebih ketika ia mengingat nyawa Athalla yang hampir tidak terselamatkan.

Ana menghembuskan nafasnya berat. Rasanya ia tidak rela meninggalkan Athalla. Tetapi mau bagaimana lagi? Besok adalah hari pertama ia masuk sekolah menengah atas. Pasalnya jika Ana merupakan anak dari orang berada, mungkin ia akan seenaknya bolos besok. Tapi sayangnya ia hanyalah seorang yang beruntung mendapatkan beasiswa di sekolah elit yang akan ia jadikan tempat menempu pendidikan 3 tahun kedepan nanti.

Ana hanyalah seorang yatim piatu yang bahkan ia sendiri tidak tahu dimana keberadaan kedua orang tuanya.

Dulu ia selalu memikirkan keberadaan orang tuanya dan segala pikiran negatifnya tentang mengapa ia bisa tumbuh di panti asuhan. Ia selalu memikirkan 'apakah mereka membuangnya?' Atau bahkan 'apakah ternyata ia hanyalah anak dari sebuah kesalahan?'

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 25, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

FLORIANWhere stories live. Discover now