Part 02. Pesta Kelulusan

Start from the beginning
                                    

Elang menghela napas pelan. "Mama sama Papa nggak perlu repot-repot, sederhana kayak gini aja udah buat Elang seneng."

"Kamu ini tidak perlu segan ke Orang Tua sendiri. Sudah, lebih baik kamu istirahat saja biar besok ada tenaga bertemu dengan banyak orang," ucap Reno menepuk punggung anaknya itu.

"Kalau gitu Elang ke kamar dulu Pa, Ma," pamitnya. Dia melangkahkan kakinya menaiki anak tangga, kamarnya berada di lantai dua. Tidak ada yang berubah dari kamarnya sejak tiga tahun lalu, semuanya masih sama. Elang duduk di pinggir kasur sembari melihat ke sekeliling kamarnya. Dia benar-benar merindukan suasana rumahnya.

Elang tidak akan lama di sini karena setelah Papanya sembuh mungkin dia akan kembali lagi ke Australia.

***

Pukul tujuh pagi, Elang dan keluarganya sudah harus berangkat menuju acara sebelum jam delapan. Mereka yang punya acara tidak mungkin juga mereka terlambat. Elang dengan kemeja putih dibaluti oleh jas hitam semakin membuat ketampanannya terpancar. Semua tamu pasti akan terpesona melihatnya.

Mereka tiba di tempat acara atau bisa dikatakan acaranya disebuah gedung milik keluarga Elang sendiri. Ketika masuk Elang sedikit kaget karena acaranya sangat besar dan mewah, padahal ini hanya acara kelulusannya saja bukan pertunangan.

"Acaranya mewah banget, Ma. Apa ini nggak berlebihan?" Elang buka suara.

Jeni menepuk pelan lengan anaknya itu. "Nggak ada yang berlebihan. Semua ini pantes kamu dapat."

"Oke." Elang pun hanya bisa pasrah jika sudah di ambil alih oleh Mamanya.

Para tamu mulai berdatangan dan rata-rata undangan yang datang itu kerabat dekat Papa dan Mamanya. Tak sedikit yang datang dengan membawa putri mereka. Elang hanya berdecak ketika para Orang Tua ini menyuruh putri mereka untuk bersalaman dengannya. Jangankan untuk bersalaman, melihat wajah mereka saja sudah malas. Inilah salah satu alasan Elang tidak mau ada acara seperti sekarang.

Hazel keluar kamar hendak menghampiri Mamanya yang sepertinya sedang bersiap-siap. "Ma, Hazel boleh engga jadi ikut nggak?" tanyanya setelah membuka sedikit pintu kamar Orang Tuanya.

Lona yang sibuk menata alis seketika berhenti lalu menoleh ke arah pintu kamar. "Heh, mana bisa gitu. Pokoknya kamu harus temenin Mama ke acara itu, kamu tenang aja acaranya nggak akan lama kok."

"Huft... iya deh, Ma." Hazel menutup pintu kamar dan dia kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap.

Hazel duduk di kursi riasnya, dia hanya akan memakai lipstik dan sedikit bedak agar wajahnya tidak kelihatan pucat. Gaun putih sudah menjadi pilihannya untuk dia pakai ke acara itu. Hazel juga tidak terlalu memperhatikan penampilannya, toh, dia hanya menemani Mamanya saja. Mamanya sudah memanggilanya agar segera keluar, Hazel menata rambutnya sedikit barulah dia keluar dari kamar.

"Tumben pakai gaun putih? Biasanya pink kalau nggak hitam," komentar Lona.

"Lagi kepengen pakai gaun yang ini, Ma, soalnya udah lama engga aku pakai," balas Hazel.

Lona manggut-manggut, dia lihat gaun itu sangat cantik jika Hazel yang kenakan. Lona dan Hazel masuk ke mobil, yang menyetir tentunya Lona. Sepertinya pagi ini keberentungan berpihak pada mereka, biasanya dijam-jam seperti ini jalanan akan sangat macet tapi kali ini tidak.

Mereka sudah sampai di tempat acara.

"Ini acara apasih sebenarnya, Ma? Ramai banget udah kayak acara nikahan," cicit Hazel.

"Kan, Mama udah bilang semalam. Yakali acara pernikahan jelas-jelas calonnya aja masih di sini." Ucapan Mamanya itu sempat membuat Hazel ngelag tapi dia tidak terlalu ambil pusing.

Kak Elang: ELAZEL Where stories live. Discover now