51. Jeruji Besi

33.6K 3.1K 4.4K
                                    

51

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

51. Jeruji Besi

Hazel membuka kedua matanya saat hidungnya mencium aroma minyak kayu putih. Dia memegangi kepalanya yang terasa pusing. Seingatnya, tadi dia berada di dalam kamar mandi tapi kenapa ini seperti tidak di dalam kamar mandi.

"Ada yang sakit, hm?"

Hazel langsung menoleh ke asal suara itu, "Kak Elang? Bukannya tadi dia nggak di sini? " batin Hazel.

Kemudian dia beralih menatap perempuan yang ada di belakang Elang, "kenapa ada Darya di sini? Apa jangan-jangan Kak Elang tadinya lagi bareng Darya?" batinnya lagi.

"Lo bisa denger suara gue, kan?" tanya Elang.

Hazel menjawab dengan anggukan pelan.

"K–kepalaku sakit," ringis Hazel.

"Lo tadi pingsan di kamar mandi dan kepala lo kebentur dikit," beritahu Elang.

Hazel baru mengingat kejadian beberapa menit lalu. Awalnya dia hendak mandi, namun rasa pusing tiba-tiba menyerangnya dan setelah itu penglihatannya mengabur. Selanjutnya Hazel tidak tahu lagi hal apa yang terjadi selanjutnya, tau-tau dia sudah tiduran di kasur.

Melihat Hazel yang ingin duduk maka dengan sigap Elang membantunya. Tetapi, Hazel langsung menyingkap tangan Elang. Alhasil Elang membiarkan Hazel saja.

"Kenapa Kakak bawa dia ke sini?" tanya Hazel.

"Dia bakal sujud minta maaf di kaki lo," ucap Elang, membuat Darya melototkan kedua matanya.

"Gue nggak akan ngelakuin itu!" seru Darya. Baginya itu bisa membuat harga dirinya jatuh.

Elang berjalan mendekati Darya dan menariknya untuk berjongkok tepat di kaki Hazel. "Sebelum lo masuk jeruji besi, lo harus minta maaf ke Hazel! Lakuin sekarang!" perintah Elang.

"Najis! Jangan harap gue bakal sujud di kaki perempuan perebut ini!" teriak Darya.

"Jangan sekali-kalinya lo ngatain Hazel perebut. Dia jauh beda sama lo, gue bahkan bersyukur dijauhin sama perempuan kayak lo ini!" ucap Elang begitu menohok.

Hazel turun dari kasur dan ikutan berjongkok di depan Darya. "Aku pikir kita bisa jadi teman yang baik, ternyata enggak. Aku paham kok gimana susahnya ngelupain orang yang kita sayang. Kak Elang udah nikah dan kamu harus tahu diri untuk tidak berharap lagi ke dia," ujar Hazel masih berucap dengan lembut.

Darya tersenyum remeh memandangi Hazel. "Sampai kapanpun gue nggak akan ngelepas Elang. Dari awal dia itu punya gue dan di sini lo yang seharusnya ngelepasin dia buat gue!"

Kak Elang: ELAZEL (segera terbit, 25 Juni)Where stories live. Discover now