10

7 0 0
                                    

Kantin

    Dengan senyum lebar aca berlari menghampiri meja arjun dan Devan.

    "Nah kan si monyet aktif" ucap Arjun.

    Mendengar ucapan arjun aca menatapnya tajam. Tanpa basa-basi Aca menjelaskan kalau dia mendapatkan bukti foto tersebut dari teman sebangkunya sendiri. Rara.

    "Wah rara, salut gue, udah bocah nya pinter, cantik, kalem, klo gua panggil bilang hah dlu lagi" ucap arjun sambil memangkukan dagu di tangannya.

    "Jun, lu... Suka? Sama Rara?" ucap Aca penuh tanya dan rasa penasarannya.

    "Kaga" ucap Arjun sambil mengalihkan pandangannya pada Aca.

    "Mana Ca buktinya?" tanya Devan mengalihkan topik.

    Aca langsung membuka layar ponsel nya dan seketika ponsel aca di rampas oleh seseorang yg tiba tiba muncul dari belakang.

    "Ups maaf ya, ini harus di hapus" ucap Sasya.

    "Balikin ga?" Aca cukup pendek dari Sasya. Ia melompat-lompat meraih handphonenya yang di angkat tinggi-tinggi oleh Sasya.

    "Bantuin ga?" tanya Arjun pada Devan, Devan hanya melirik dan beranjak dari tempat duduknya. Berjalan menghampiri keributan tersebut, tapi langkahnya terhenti karena seseorang sudah meraih handphone milik Aca.

    Suasana yang tadinya ribut seketika menjadi hening, semua orang menatap seseorang yg sudah meraih handphone milik aca

    "Va-Varo?" Sasya tergagap-gagap, kini di depan matanya nampak sosok Varo yang tengah serius menatap layar handphone milik Aca.

    Lalu Varo melempar handphone tersebut ke arah Aca, Aca pun langsung menangkap handphonenya. Varo berbalik badan dan berjalan meninggalkan kantin dengan wajah yang dingin. Orang-orang yang dikantin kini sedang berbisik-bisik sambil menatap Varo yang berjalan keluar kantin. Disusul lah Varo oleh Sasya. Langkah Varo kini semakin tergesa-gesa karena tahu Sasya mengejarnya disaat itulah Varo berhenti melangkah dan itu membuat Sasya gabisa mengerem dirinya, alhasil Sasya menabrak belakang tubuh Varo. Sasya mengelus-elus dahinya yang kesakitan. Tapi Sasya ga peduli dengan rasa sakitnya, digenggamlah tangan Varo oleh Sasya.

    "Varo..." Sasya memberanikan diri untuk berbicara pada Varo yang diam tanpa menghadap ke arah Sasya.

    "Jangan per..."

     "Dengan bodohnya gue lebih percaya sama lo daripada orang yang udah hidup bertahun-tahun bersama gue, sekarang kita putus!" Varo lanjut jalan tanpa mempedulikan Sasya.

    Sasya berlari dan berhenti tepat dihadapan Varo. Varo mentapnya tajam lalu mengalihkannya ke arah lain.

    "Yang kamu lihat itu semuanya bohong!" Sasya memeluk Varo samb menangis bombay.

    Varo melepas pelukan Sasya dengan perlahan dan tetap tak menatap Sasya.

    "Gue emang bodoh, gue nyesel deket sama lo, dengan bodohnya gue terpedaya sama lo, cewe psikopat" ucap Varo sambil menatap Sasya dengan tatapan jijik.

    Makasi Devan.

    Flashback on

    Beberapa jam yang lalu.

    Toilet

    Varo berdiri diam menatap wajahnya di cermin toilet. Setelah kejadian Varo bertengkar dengan Aca, Varo merasa bersalah, dia ga pernah bertengkar sehebat itu sampai Aca mengalami hal yang ia dan Arjun tak di inginkan. Varo sudah sering melihat Aca merasakan sakit kepala saat Aca sedih. Jadi ia berusaha agar Aca tak mengalaminya lagi, tapi ia malah membuat Aca seperti itu. Memikirkan kejadian tersebut membuat Varo pusing dan tak tahu harus berbuat apa. Dia merasa Sasya ga sejahat itu sampai melukai Aca. Varo pacarnya, ia tahu sifat Sasya. Varo pun membasahi kepalanya agar kepalanya terasa dingin.

    "Apa yang di ucap Aca itu benar" Varo membelalakkan matanya dan membalikkan badannya mencari suara tersebut.

    Sosok Devan muncul dari dalam toilet dan melangkah mendekati Varo, Devan berdiri tepat di sebelah Varo, membelakangi cermin.

    "Sasya itu..." Varo terdiam menunggu Devan melanjutkan omongannya.

   "Yah gue harus bilang yang sebenarnya, kemarin gue bicara sama Sasya, nih dengerin sendiri" Devan melempar handphonenya ke arah Varo, Varo pun menangkap handphone tersebut dan melihat ke layar handphone Devan, disana tertera rekaman suara. Tanpa basa-basi Varo memulai rekaman suara tersebut.

    'Aku senang kamu mau ajak aku bicara, semenjak 2 tahun yang lalu... terakhir kali kamu bicara ya, kamu masih marah? cuma karena itu masa kamu marah?'-sasya.

    'Cuma karna itu?! Lo bilang cuma karna itu?! Lu nyepelein kejadian itu?! Kejadian dimana lo bunuh adik perempuan kandung gue sendiri?! Lawak lo!'-devan.

    'A-aku cuma gamau kamu jadi sayang ke adik kamu daripada ke aku Devan'-sasya.

    'Cih, berlebihan, terus kenapa lo buat keributan lagi? Kenapa lo memperdaya Varo?'-devan.

    'Yah aku akan kasih tahu ke kamu, kalau kamu menjauh dari yang namanya Aca'-sasya.

    'Mau gue deket sama siapapun gada urusannya sama lo, jadi jangan larang-larang'-devan.

    'Ouh okey, terserah si, yah aku deket sama Varo karena aku pengen buat Aca sengsara, karena dia udah deket-deketin kamu, aku tau Varo dan teman satunya lagi Arjun itu hal yang paling berharga bagi Aca, dan itulah kelemahan Aca, kehilangan kedua sahabatnya itu. Kalau kamu gamau Aca kenapa-kenapa... xixixi, kamu gausah deket-deket Aca lagi dan jadi milik aku selamanya'-sasya.

    Rekaman tersebut pun selesai. Varo yg mendengar hampir tidak menyangka sasya dapat mengatakan hal seperti itu

    "Gue bakal nurutin kemauan Sasya" ucap Devan serius.

The Walking SoulWhere stories live. Discover now