7

7 0 0
                                    

Sudah 5 menitan Devan menaruh kepalanya di bahu Aca.

"Devan" panggil Aca.

"Ca temenin gue ya" ucap Devan dengan suara beratnya pelan.

"Kemana?" tanya Aca dan akhirnya Devan mengangkat kepalanya, Aca merasa kepala Devan masih menempel di bahunya.

"Udah ikut aja, sana pakai baju yang benar" ucap Devan membalikkan badan Aca sambil tersenyum.

Entah setan apa yang merasuki tubuh Aca, ia mau aja di suruh-suruh Devan. Aca masuk ke kamarnya dan memakai hoodie yang menggantung di belakang pintu kamar nya dan segera keluar menemui Devan yang sudah menaiki motor ninjanya. Aca segera naik dan Devan mulai menjalankan motornya dengan kecepatan sedang. Aca melihat ada baretan di motornya Devan. Tapi Aca tak peduli.

Mereka telah sampai ke tempat yang sangat indah, pantai dengan udara yang sejuk dan ombak yang menenangkan pikiran. Tempatnya sepi, gada orang lain selain Aca dan Devan.

Devan turun dari motornya dan berjalan ke arah pinggir pantai. Diikuti Aca dibelakangnya.

Angin yang menerpa wajah Aca itu membuat ia tenang, rasanya menyenangkan, tapi Aca masih bingung sama sikap Devan sekarang.

Devan segera duduk di pinggir pantai dan terdiam. Devan yg sadar Aca tidak di samping nya menoleh ke belakang dan mengisyarat kan agar Aca duduk di samping nya. Melihat Devan yang menepuk pasir di sampingnya, Aca paham dan segera duduk

Sudah beberapa menit mereka berdua saling diam sambil menikmati senja.

"Tumben" ucap Devan tanpa menoleh ke arah Aca.

"Hah" balas Aca.

"Tumben ga bacot, ada mode kalemnya ya?" smirk Devan.

Belum pernah kena bogem ni orang.

"Heh gue daritadi ngebacot dalem hati tau"

"Ngebacot apaan"

"Lu tuh aneh banget tau ga" ucap Aca pada akhir kalimat ia menekankan suaranya gemes ingin mencekik Devan.

"Maaf ya buat lu bingung"

"Heh, kerasukan apelu"

"Kerasukan cinta"

"Hilih bucin" Aca menoleh ke arah Devan dan melihat ada luka lecet di tangan Devan.

Tanya ga ya.

"Itu... kenapa tangan lu" tanya Aca ragu-ragu.

Devan yang mendengar itu langsung melihat ke arah tangannya dan benar ada luka lecet.

"Oh mau tau?"

"Ga"

"Gue jatoh gegara tadi diperjalanan mau ke rumah lo, gue ngebut"

Aca memukul Devan. Itu membuat Devan bingung.

"Kenapa lu ngebut-ngebut si? Kan bisa nyantai, gue ga bakal kabur kali"

"Gapapa pengen cepet-cepet aja ada di samping lu"

"Hanya karna itu?! Lo jadi luka-luka gini tau! Gue benci lu"

Aca kesal dan meninggalkan Devan sendirian di pinggir pantai. Devan tau Aca bakal marah karena perilakunya yang berlebihan.

Beberapa menit kemudian Devan beranjak dari tempatnya dan berjalan ke arah motornya. Tapi Devan melihat Aca dari kejauhan. Aca yang berjalan menggebu-gebu terlihat lucu dimata Devan.

"Balik duduk!" tegas Aca.

Devan menuruti perkataan Aca. Dan Aca juga ikutan duduk, lalu Aca mengeluarkan obat yang tadi ia beli di apotek.

"Sini tangan lu!" tegas Aca.

Dan Aca mulai mengobati Devan dengan wajah cemberut. Devan yang melihatnya terkekeh.

"Kenapa ketawa!" Aca merasa kesal + berdebar karena tatapan Devan yg serius memerhatikannya.

"Kelakuan lu bikin gue makin cinta sama lu, diem-diem lu sosweet ya"

"Sosweet pala bapa kau, gu-gue cuma merasa bersalah! Makanya jangan buat hal berlebihan apa!"

Devan masih terkekeh.

"Iya manis"

Aca melirik dan melihat Devan yang senyum-senyum melihat dirinya.

"Gosah senyum!"

"Emangnya kenapa hm? Hm?" Devan tetap tersenyum dan memperlihatkannya pada Aca.

Plak!

"Au!"

Aca memukul luka Devan karena kesal melihat tingkah Devan.

Mereka berdua tertawa bersama sampai langit gelap.

Sebelum mereka pulang, Devan mengajak Aca ke pasar malam. Saat itu keadaan pasar malam sangatlah ramai. Pasar malam yang ada di jalanan, Aca ga pernah ke tempat seperti ini, ini pertama kalinya untuk Aca. Aca dan Devan melangkah bersama melewati orang-orang yang berjualan bermacam-macam. Aca melihat hal yang bersinar yaitu, gulali. Makanan favorit Aca.

"Van gue mau kesana" ucap Aca sambil menunjukkan tempat gulali itu berada.

"Ayo" Devan menggenggam tangan Aca, itu membuat Aca berdebar ga karuan.

Gue benci Devan gue benci Devan gue gamau sampai jatuh cinta sama ni orang.

Aca melepaskan genggaman Devan perlahan itu membuat Devan langsung menggenggamnya lagi.

"Devanjing lepas" ucap Aca menatap tajam ke arah Devan.

"Gamauu" ucap Devan sambil memonyong-monyongkan bibirnya meledek Aca.

Aca melepaskannya lagi sambil berdecak dan mengerutkan alisnya. Devan juga berdecak sambil menggenggam lagi tangan Aca dan memasukkannya kedalam kantong hoodie milik Devan. Aca merasakan rasa hangat dan nyaman. Tapi batin Aca ia gaboleh sampai lengah.

Seketika Aca dan Devan berhenti melangkah, karena mereka melihat Varo dan Sasya yang berjalan berlawanan arah.

Varo melirik.

"Mampus!"

The Walking SoulWhere stories live. Discover now