6

6 0 0
                                    

"Sumpah Ca gue liat si Varo sama-"

"Ssttt" Aca menempelkan jarinya telunjuknya ke mulut Devan dan menarik Devan keluar kelas.

"Gila lu ngomongnya di depan si Varo" ucap Aca pelan sambil sesekali melihat ke dalam kelas, takut tiba-tiba Varo berada di sampingnya.

"Tapi kan dia lagi tidur Ca"

"Heh dia itu kadang-kadang pura-pura tidur"

"Tau darimana lu?"

"Heh cepat masuk, ini ada tugas nih" ucap Arjun yang tiba-tiba datang membawa tumpukan kertas.

"Ish, ga penting gue tau darimananya, ntar kita bahas aja nanti" ucap Aca pelan sambil mengancungkan jempolnya.

Arjun yang melihat Aca dan Devan dari dalam kelas merasa bingung mereka membicarakan apa sampai bisik-bisik.

09.20
Kantin

Aca, Devan, dan Arjun yang tadinya ingin membicarakan masalah Varo sekarang terdiam sambil memakan makanan mereka masing-masing.

"Kok tumben sepi, biasanya ada yang nyerocos bae tuh mulut" ucap Varo sambil memakan makanannya dan melihat-lihat ke arah Aca, Devan, Arjun yang damai~

"Ekhem jadi gini Var gue mau ngomong ser-"

"Oi Varo ayo ngebasket lah" ucapan Aca terpotong oleh teman sebasketnya Varo yang tiba-tiba muncul entah darimana.

"Lah skuy, ayo Jun, Van, ngikut" ajak Varo.

"Duluan aja gue masih menikmati makanan gue ye ga Van" ucap Arjun.

"Yoi" jawab Devan masih serius dengan makanannya.

"Oh yaudah gue duluan" Varo beranjak dari tempat duduknya dan berlari meninggalkan mereka bertiga.

"ARGGHHH KENAPA ADA YANG NGALANGIN PAS GUE MAU NGOMONG SERIUS SI?" ucap Aca dengan nada tinggi dan meronta-ronta sana-sini.

"Kek lu mau nembak si Varo aja" ucap Devan datar.

"Heh! Oiya lu cemburu yee" ucap Aca senyum-senyum ngeledek.

"Iya" jawab Devan seadanya.

"Ish gausah terang-terangan napah, ga seru, huuu" Aca kesal karena Devan selalu membuatnya berdebar.

17.00

Tring!

Aca yang baru saja selesai mandi kini ia mengambil handphonenya karena ada bunyi notif.

Hah, nomor tidak dikenal, siapa nich.

08** **** ****

Ca angkat.

Tiba-tiba nomor tak dikenal tersebut mem vc Aca. Lalu Aca menolak panggilan tersebut.

Kenapa ditolak?

Siapa?

Devan.

Pantes kelakuan kek dakjal.

Angkat Ca.

Buat apasi?

Cuma mau liat muka lu.

Diem lu gw lagi pake handuk doang.

Devan langsung mem vc Aca lagi.

Dasar mesum.

Udah gila, mesum lagi lu.

Pesan Aca hanya di read oleh Devan.

"Akh bomatlah ga peduli" Aca melemparkan handphonenya ke atas kasur dan mulai berpakaian.

Ia memakai kaos putih berlengan pendek dan celana pendek. Setelah itu ada telpon dari seseorang nomor tak di kenal.

Pasti si Devanjing lagi. Mau apasi ni orang.

Aca menolak panggilan tersebut, dan dia gabut, pengen main sama kedua sahabatnya tersebut. Aca melangkah pergi keluar rumah. Saat pintu utamanya di buka, menampakkan sosok Devan yang berdiri sambil menyender di tembok, seperti menunggu seseorang.

"Ngapain lo?" tanya Aca bingung.

Devan menoleh ke arah Aca dengan tatapan sendu sambil tersenyum. Dan ia melangkah mendekati Aca, lalu Devan menaruh kepalanya di pundak Aca.

"Heh Devan, lu ngapain" tanya Aca.

"Bolehkan?..."

"...gue pinjem bahu lu sebentar"

The Walking SoulWhere stories live. Discover now