11

4 0 0
                                    

    Hari itu hari dimana Varo dan Sasya putus dan itu membuat Varo kembali seperti Varo yang dulu lagi. Tapi devan meminta Varo agar tidak memberitahukan apa yg sebenarnya terjadi.

<nomor tak di kenal>

Anda membuka blokir.

Gue bakal nurut sama lu dari mulai besok lusa.

IYAKAH?

Tapi jangan sakitin Aca atau pun menyentuh dirinya sedikitpun.

Okeyy sayang! Besok lusa dan seterusnya kamu akan menjadi milikku-!
read

Ga sabarnyaa-!
read

    "Huft, kenapa ya gue bisa sesuka itu sama Aca, dari pertama kali liat, gue ngerasa Aca tuh beda dari cewe-cewe yg pernah gua temuin, tapi dia malah nolak gue mentah-mentah, begonya gua... Hal itu malah ngebuat gua makin suka sama dia" ucap Devan sambil menyenderkan kepalanya pada dinding kamarnya.

    Tersenyum, lalu mengingat-ingat wajah ceria Aca. Besok akan menjadi hari terakhir nya ia dalat melihat Aca sebagai wanita yang ia sukai. Keluar dari kehidupan Aca, apa Aca akan senang jika ia tak mengganggu kehidupannya lagi? Entahlah.

Keesokan harinya

    Sekolah mengadakan tur ke puncak. Seperti biasa, Varo dan Arjun mendobrak pintu kamar Aca. Mereka menyeret dan memasukan Aca ke kamar mandi, membuat Aca mengomel-omel setengah nyawa, setengahnya lgi masih di alam mimpi.

    Setelah selesai mandi Aca bersiap-siap dan segera turun ke bawah, terlihat sosok Varo dan Arjun yang sedari tadi menunggunya. Tanpa ba-bi-bu mereka langsung gas ke sekolah kali ini menggunakan 2 motor.

    Disana sudah ada beberapa mobil bus yang terparkir. 1 bis = 1 kelas. Jadi Aca, Devan, Arjun, dan Varo 1 bis.

    Saat mereka bertiga memasuki bis, Devan yang melihatnya langsung menyuruh mereka duduk bersamanya di barisan paling belakang yang bangkunya berderet panjang.

    Devan duduk di dekat jendela, sampingnya Aca, lalu Varo, Arjun, dan Rara.

    "Eum Ra" panggil Arjun.

    "Ya?" jawab Rara menatap Arjun yang sedang salah tingkah.

    "Lo ditempat gue aja biar gue yang dekat tangga turun" ucap Arjun.

    Lalu Arjun menoleh kesebelah kanannya, terdapat buaya darat yang menyebalkan. Kalau Rara duduk di sebelah Varo bisa bahaya.

    "Woi Ca mending lu di tempatnya Varo, biar si kunyuk ini di sebelah Devan" ucap Arjun.

    "Wah wah ada apani Arjun sama Aca" ucap Varo memanas-manaskan suasana.

    "Goblok" Arjun takut Rara salah paham.

    "Ga, Aca tetap disamping gue" ucap Devan sambil melihat Arjun dan Varo sinis.

    "Aduch, gini ya rasanya di perebutkan oemji" Varo yang mendengar ucapan Aca sekarang ingin membuang Aca secepatnya.

    "Idih najis, udah sono lu sama pak Jajang noh di depan kesepian, menunggumu wahai Acanjing" ucap Varo mendorong-dorong Aca agar kedepan menemui pak Jajang.

    "Udah Ra lo di situ aja, kalau mau senderan, senderan aja ke bahu gue" ucap Arjun sambil mengeluarkan senyumannya yang bagaikan madu.

    Mendengar hal itu membuat wajah rara memerah sekaligus memanas ditambah lagi ini pertama kalinya arjun bersikap manis seperti ini

    "Hah?- eh Ahahaha iya, makasi tawarannya"

    "Acieee ada apa ini Arjun sama Rara"ucap Aca sambil beranjak dari bangkunya karna mau membenarkan roknya.

    Tapi tiba-tiba bisnya jalan dan itu membuat tubuh Aca tak seimbang dan terjatuh tepat di tubuh Devan. Seketika suasana di belakang bis hening.

    Lalu Aca segera bangun dan duduk kembali ke tempat duduknya.

    "Weh ada yang bangun hahaha" ucap Varo meledek.

    Devan yang salting menggeplak kepala varo, membuat varo meringis kesakitan

    "Ada yang bangun? Apanya yang bangun?" tanya Rara polos.

    "Gilaaa Rara polos banget, termasuk tipenya Arjun nih, tipe gue juga si" ucap Varo.

    "Semua cewe lu bilang tipe lu" ucap Arjun lalu menoleh ke arah Rara.

    "Ra lu ga perlu tau ya, yang di bilang si kunyuk itu, lupain aja" ucap Arjun.

    "I-iya"

    Gue tau jantung lu lagi goyang dumang Ra.- batin Aca.

    Dalam perjalanan menuju puncak, seisi bis sangat ramai, tapi lama kelamaan suasana menjadi sunyi. Karena lelah dengan bacotan diri mereka sendiri.

    Devan yang melihat Aca sedang tidur di pundak Varo, langsung menggeserkan kepala Aca dan menaruhnya di pundaknya. Aca langsung bergerak dan memeluk Devan seperti ia memeluk guling. Itu membuat wajah Devan memerah dan salting.

    Sayangnya besok gue bakal pergi dari kehidupan lu Ca, jaga diri baik-baik ya.- batin Devan.

The Walking SoulWhere stories live. Discover now