3. HALLO, GWEEN! BOLEH MINTA MINUM?

120 16 1
                                    

Prompt 1: Tetangga vampir mengetuk pintu, meminta darahmu. Kau mengiyakan danberkata, "Silakan. Tapi darah di tubuhku adalah soda." Dan kau tidakberbohong.  

Khanran

————××———— 

Gween berjalan pulang dari tukang jagal ayam sambil melompat-lompat. Menyenandungkan lagu Little Heart dari Amarante. Lagunya selow sih, tapi kalau Gween yang menyanyikan malah terdengar seperti lagu rap. Dengan sekantung ayampotong yang ia genggam erat-erat, napas Gween sama sekali tidak terengah-engah setelah melompat dan bernyanyi hampir dua kilometer jauhnya. 

Penduduk akan melihatnya sebagai orang gila. Kadang tertawa tidak jelas dankadang bertindak ekstrem tiba-tiba. Sesekali Gween yang mendekati mereka hanya karena ingin bermain. Sebagian kabur, sebagian terpaksa menurut karena takut. Namun setelah itu, Gween justru punya banyak kenalan. Seolah ia akhirnya diakui,meski sebenarnya ia hanya dimanfaatkan karena tidak pernah menolak permintaan apapun. 

Apapun. 

Misalnya, barusan dia disuruh om-om ogre tukang masak di warung lesehan untuk membelikannya empat kilo ayam potong bersih di sebuah tempat dengan dua keping uang. Gween mengiyakan. Sekalian jalan-jalan pikirnya. Begitu sampai ditempatnya, si dwarf tukang jagal bilang dua keping itu sangat kurang. Namun Gween bersikeras mendapatkan empat kilo ayam sampai berteriak lalu berlari berputar-putardi tempat itu. 

Ketika Gween akhirnya meraih pisau dan menusuk ayam-ayam berbulu yangtergantung, si dwarf mempersilakannya ikut menjagal ayam dan membiarkannya membawa empat kilo ayam. Gween langsung berteriak histeris. Ini hari keberuntungannya, pikirnya. Apalagi saat si ogre memberikannya sebungkus makanan walau baunya aneh. Eh, tapi kalau ulat bahkan mau memakannya, berarti ini enakkan? 

Gween pulang ke rumahnya dengan bungkusan bau itu. Lagunya berubah lagi menjadi Different Colours dari Angela dengan sentuhan rock. Seorang gadis yangsedang bertumpu di pagar sebelah rumahnya dengan payung plastik menatapnya sambil tersenyum. Lalu ia melambaikan tangan sambil berkata, 

"Halo, Gween! Boleh minta minum?" 

Gween memajukan bibirnya. "Nanti. Mau makan." Ia kemudian segera masukke rumahnya yang beratap rendah, pengap, dan gelap. 

"Aku akan datang nanti malam." 

Gween tidak menggubrisnya. Ia sudah masuk ke rumah gubuknya. Hanyaterdiri dari satu kamar mandi dan satu ruangan kecil. Ruangan kecil itu punya tempattidur lapuk beralaskan beberapa helai kain, meja besar dengan satu kursi besi berkarat,lemari berlubang yang patah berisi baju-baju kumal, serta meja lain dengan kompor rusak dan makanan busuk di atasnya. Lampu kuning yang menerangi ruangan itu jugaredup. Gween tidak pernah mau membuka jendela-jendela kecilnya.

 Bungkusan bau itu ia letakkan di atas meja. Gween duduk dengan kaki menendang-nendang karena ia memang tidak bisa diam. Meraih nasi lembek yang basah dan gumpalan coklat berulat dalam satu genggaman tangannya danmenjejalkannya dalam mulutnya. Begitulah caranya makan. Sembari mengunyah dengan belepotan, Gween mengingat bagaimana ia dengan gadis tadi saling kenal. 

Kalau tidak salah dia pernah mengetuk pintunya malam-malam. Kelihatan lemah dan mau mati. Gween menutup pintu untuk mengambil pisau berkarat. Niatnyamembantu biar cepat mati sekalian tanpa menderita. Lalu Gween membuka pintunya lagi. Namun gadis itu sudah berlutut dan dengan wajah memelas ia bilang ingin meminta darahnya. 

"Kumohon." Suaranya waktu itu terdengar parau. 

Akhirnya Gween menggunakan pisau itu untuk menusuk lengannya. "Silakan."Ia berjongkok di depannya. "Tapi ini soda." 

Gadis itu langsung menarik lengannya dan menjilatnya dengan lahap. "Lebih enak dari Cola, Sprite, dan Fanta." 

Gween menatap dengan mata bulatnya. "Aku tim Pepsi." Sontak membuat gadis itu tertawa. 

Gara-gara itu dia jadi sering datang minta minum. Kalau tidak diberi, gadis ituakan mencoba menusuknya atau mengigitnya. Gween sendiri padahal selalu minumair kamar mandi. Tidak ada yang berani memutus sambungan air dan listriknya, takut Gween bakal menerobos rumah orang seenak jidat. 

Gween juga punya gawai. Walau versi KitKat. Ia suka bermain game kelinciberlari dan mendengarkan lagu keras-keras. Gween menari dengan lagu Blah Blah Blah, Armin van Buuren, yang diulang-ulang hingga malam tiba. Ia berhenti saat pintunya didobrak paksa. Gween segera mengambil pisau karatnya dan membuka pintu. 

"Halo, Gween. Aku haus betulan. Aku butuh minum darimu." 

"Nggak enak ditusuk terus. Gantian." Gween kemudian menyeret gadis itumasuk. Tak disangka, ia langsung menerjangnya dan berusaha menghujamkantaringnya di lehernya. 

"We don't even care about what they say—" Gween masih bisa mendengar lagunya. "—Cuz, yayayaya!" pekik Gween tertawa sambil menendang perutnya dengan lutut. 

Gadis itu jatuh berguling ke samping. Gween segera bangkit dan menendang perutnya lalu mengangkat pisaunya. Gadis itu terbatuk keras, tapi tetap berhasil memutar kakinya seperti windmill. Sayang itu tidak cukup untuk menjegal Gween. Ia dengan sigap melompat menghindar lalu tiarap di lantai dan mengarahkan pisaunya untuk menusuk kepalanya. Membuat gadis itu berteriak ngeri dan Gween ikut-ikutan sambil tertawa.

Lagunya sudah mulai mencapai beat drop lagi. Gween kembali mengikuti alunannya sambil melompat-lompat menunggu si gadis bangkit. Sesekali berteriak saat liriknya Blablabla. Akhirnya dia bangun, menarik lengannya, berusaha mencakardengan kuku palsu yang rapuh dan mendekatkan mulutnya di bagian kulitnya yang terbuka.

"All we ever hear from you bla bla bla.

"Gadis ini pernah bicara sesuatu selain minta? Tidak, umpat Gween lalu ia diam. Apapun yang terjadi, ia tidak suka ditusuk terus. Gween suka menusuk. Lama-lama ia kesal. Apalagi saat taringnya menusuk lengan kiri atasnya. Amarah Gween langsungmeledak-ledak. Tepat saat lagunya kembali mengulang dari awal, Gween mengangkatpisaunya lagi dan menusuknya di lehernya.

Gween berputar lalu menjambak rambutnya. Menarik kepalanya ke atas danmenghantamkannya ke lantai berkali-kali. Gween berusaha menariknya sekuat tenaga agar gadis itu tidak bisa meronta lagi. Setelah gadis itu terbaring, Gween duduk dipinggangnya dan menusuk-nusuk bahu dan punggungnya. Semakin sakit lengan kirinya, semakin dalam Gween menghujamkan pisaunya.

"Aku haus." Dia terisak di tengah riuhnya musik. "Cuma kamu yang maumemberiku minum."

Sayang Gween tidak bisa mendengarnya. Ia sibuk menghujamkan pisau hinggabkepala, lalu merembet ke dahi, mata, dan mulut. Sampai akhirnya memotongkepalanya. Kalau sudah begini, Gween harus meletakkannya di rumahnya di sebelah. Menunggu apa besok dia akan muncul dan begini lagi, atau akan pergi ketakutan seperti beberapa orang lain.

Sejenak Gween mengamati luka di lengan kirinya. Ia sering terluka, tapi lebih cepat sembuh dari pada vampir. Gween pernah juga mencicipi darahnya. "Padahal rasanya seperti soda kalengan satu keping." Kenapa dia mau sampai sejauh ini?   

                  ————××————

WIA October Fest 2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang