VII

2.3K 255 37
                                    

Happy Reading.

*

Mengingat Aliya yang sempat linglung Jimin jadi ingin tau lebih banyak lagi, sosok seperti Aliya sepertinya mempunyai banyak luka dan Jimin tidak tau. Terbesit keinginan untuk mencaritahu hanya saja Jimin takut. Aliya tidak bisa ditebak dan Jimin tidak mau ambil resiko.

Setelah kejadian malam itu Aliya kembali seperti biasa. Diam dan tidak tersentuh, hanya bicara dengan Jin Goo saja. Kadang pada Ahjumma Han, selebihnya tidak. Dan Aliya tidak pernah lagi berbicara dengannya. Bisu.

"Jim?"

"Ya Ahjumma" sontak Jimin menoleh. Ada Ahjumma Han yang sudah disampingnya. Astaga sibuk dengan pemikirannya Jimin tidak sadar jika ada Ahjumma Han. " Kau tampak memikirkan sesuatu. Pentingkah?" Jimin menggeleng dengan senyum tipis. Tidak ingin membebani Ahjumma Han dengan pemikiran anehnya.

"Jangan sungkan. Katakan jika perlu ditanyakan. Akan aku jawab" Jimin terlihat ragu, apa Ahjumma Han akan menjawab semua pertanyaannya.

"Ugm Nyonya..." hanya kata-kata itu yang Jimin fikirkan, dan Jimin bisa melihat wajah Ahjumma Han yang berubah ekspresi. Dan Jimin menyadari jika dirinya salah.

"Maaf Ahjumma aku..."

"Ingin tau tentang Nyonya?" sontak saja Jimin menahan nafasnya saat mendengar itu. Apa Ahjumma Han ingin menjawab pertanyaannya.

"Ahjumma aku..."

"Mereka bukan suami istri, nyonya dan tuan"

Prankkk! Gelas yang Jimin pegang sontak jatuh begitu saja. Bukan suami istri. Aliya dan Jin Goo? Sungguh bukan.

Kenapa Jimin senang dengan fakta itu, tunggu kenapa jantungnya berdegup sangat kencang? Apa artinya Jimin gembira.

Tapi bukankah mereka? Astaga dari mana status mereka itu? Apa semua ini sandiwara. Tuhan sejauh mana hubungan mereka.

Pantas saja Jin Goo tidak pernah menyentuh Aliya, ternyata Aliya bukan istrinya. Jimin faham dengan sikap dingin Jin Goo sekarang. Laki-laki itu menghormati Aliya. Astaga lalu apa alasan dari semua ini. Dan kenapa mereka membangun status ini?

"Nyonya adik ipar bukan istri" mata Jimin membola mendengar itu, adik ipar? Jadi kakak Aliya adalah istri Jin Goo? Tuhan skenario apa lagi ini.

*

Jimin sibuk memperhatikan Aliya yang duduk di halaman belakang. Mengingat halaman belakang Jimin tersenyum tipis, ingatanya berpacu pada kejadian dimana Aliya mencium dirinya. Dan Jimin yang menolak waktu itu. Jelas Jimin tidak akan lupa, dirinya selalu ingat akan kejadian memalukan itu. Tapi ada satu titik dihati Jimin yang senang. Spesifik bahagia.

Langkah kaki Jimin membawa tubuhnya untuk berdiri dibelakang Aliya yang duduk, diam memperhatikan punggung rapuh itu. Jimin menyukai momen ini. Sungguh.

Jin Goo tidak ada, sejak kemarin Jin Goo pergi dan Jimin merasa senang karena Jin Goo tidak berkeliaran disekeliling Aliya.

"Kenapa?" Jimin tersentak saat suara Aliya terdengar. Apa Aliya sadar akan kehadirannya. Sungguh.

"Kenapa kau kesini" saat tubuh itu berbalik Jimin hanya diam menatapnya, tatapan mata keduanya bertemu. Ekspresi yang susah diartikan. Siapa yang akan menjadi penerang untuk mereka.

"Nyonya?"

"Apa yang ingin kau tanyakan, biar aku jawab dengan jelas" Jimin terlihat ragu, entah kenapa takut berbicara. Rasa penasaran Jimin juga semakin tinggi, apalagi dengan kesedian Aliya yang mau menjawab semua pertanyaannya.

"Saya..."

"Katakan?"

"Bagaimana...."

*

"Bagaimana keadaan Alisha?"

"Belum ada kepastian Tuan" Tuan Kim mengusap wajahnya frustasi. Semua mulai tidak terkendali dan semakin ringan. Apa semua akan hancur dalam waktu dekat ini. Astaga, dirinya sudah merencanakan semuanya dengan baik dan hasilnya tetap saja hancur.

"Awasi juga Aliya. Anak itu susah dikendalikan, apalagi dengan ingatanya yang sudah kembali"

"Lalu Han?"

"Jangan sampai dia muncul lagi didepan Aliya"

"Saya mengerti tuan"

*

"Akan lebih baik jika nyonya sedikit tersenyum" Aliya tersenyum remeh mendengar suara Jimin. Mereka menghabiskan waktu berdua dengan duduk diatas Cap mobil dipinggir pantai, Aliya jenuh dirumah dan Jimin menawarkan diri untuk mengantar jalan-jalan.

Lagi pula Jimin tidak ada urusannya dengan masalah yang dirinya alami dan Aliya tidak berhak mendiami Jimin. Lagi pula Jin Goo terlihat sangat percaya dengan Jimin. Aliya juga butuh Jimin sebagai supir.

"Tidak penting" Aliya turun dari atas dan berjalan menuju bibir pantai, menikmati angin sore yang menerbangkan rambutnya. Aliya suka suasana ini.

Jimin tersenyum tipis melihat Aliya, ikut turun dan mendekati Aliya. Berdiri tepat dibelakang Aliya. "Menyenangkan menghabiskan waktu berdua dengan pasangan...akkk"

Aliya terkejut bukan main saat kedua lengan seseorang menyelinap dipinggangnya, melingkari pinggangnya dengan erat. "Anggap saja kita pasangan" nafas Aliya memburu kala merasakan dagu Jimin diatas pundaknya. Sangat dekat.

"Jim?"

"Kau bukan milik siapapun. Aku berhak dan lagi dulu kau yang mendekati aku. Sekarang aku yang melakukan itu" Aliya diam mematung mendengar itu. Apa itu sungguh Jimin? Yang terkenal diam dan tidak berani membantah.

"Kau...."

"Tidak ada status yang membenarkan kalian menikah. Jadi tidak ada larangan kan" mata Aliya terpejam kala merasakan bibir Jimin mencium pundaknya yang terbuka. Astaga apa ini Jimin yang sesungguhnya?

"Aku tertarik denganmu Nyonya"

*

"Kau akan baik-baik saja. Aku janji" sosok jakung laki-laki terlihat diam sambil melihat wanita yang berbaring diatas ranjang. Pandangan matanya lurus, seperti merindu dan ingin memeluk. Tidak pernah lepas dari wanita yang tidur dengan damai. Jika boleh jujur dirinya merindu dengan amat sangat, hanya saja ditahan dengan segala kekuatan. Karena sadar jika wanita itu bukan hak miliknya. Laki-laki itu hanya ingin balas budi.

"Aku janji semua akan membaik" mengambil posisi bangkit dari tempat duduknya dan bangkit, berjalan keluar dari kamar. Akan lebih baik jika dirinya keluar untuk mengambil udara segar.

*

Definisi gila adalah yang terjadi pada Jimin, laki-laki itu selalu menempel padanya dan tidak mau lepas. Benar-benar diluar dugaan. Sejak tau statusnya yang bukan istri Jin Goo, Jimin seperti sengaja mendekatinya. Aliya tidak tau jika Jimin akan seberani ini. Sungguh.

"Aneh ya?" Aliya hanya menggeleng pelan saat melihat wajah Jimin yang terlihat damai, membaringkan kepalanya dipaha dan terus menatapnya. Aliya rasa Jimin gila. Sangat gila.

"Aku hanya menempatkan sesuatu yang aku inginkan Aliya" suara Jimin menajam pada namanya. Kata Nyonya sudah tidak ada lagi yang disebut, Hanya nama Aliya saja tanpa embel-embel.

"Kau seberani ini? Didepan Jin Goo?" Jimin menatap lurus matanya. Menajam dan terus mengintimidasi, Aliya pun membalas dengan lurus. Jelas ingin jawaban dari Jimin.

"Aku memang bukan orang kaya, aku juga bukan orang berada. Aku hanya orang biasa, tapi untuk perempuan yang aku cintai aku akan mengambil resiko. Tunggu Tuan pulang, aku akan bilang jujur padanya" Aliya tidak bereaksi, dari jawaban Jimin, Aliya faham.

"Sejak kapan?"

"Cinta?"

"Sejak wajah datar yang selalu aku lihat. Dan sejak aku mendengar pertengkaran kalian dikamar" itu sudah lama, dan Aliya ingat.

"Dan saat aku menggodamu kenapa kau tidak bereaksi?" Tanya Aliya aneh.

"Aku menjaga status Istri orang"

Tbc.

With Him! ☑️Where stories live. Discover now