III.

1.9K 250 8
                                    

Happy Your Reading.

*

Makan malam membosankan, ada Jin Goo hanya saja tidak ada yang dibicarakan. Aliya hanya sibuk mengaduk-aduk makanannya tanpa peduli Jin Goo yang mencuri pandangannya. Aliya tidak peduli. Apa semua akan baik-baik saja setelah pertengkaran mereka waktu itu. Jelas tidak.

Aliya punya sisi buruk dimana dirinya akan dendam jika disakiti dan itu sangat lama hilangnya. Jadi nikmati saja kediamannya. Dasar suami menyebalkan.

"Ingin jalan-jalan?" Aliya mendongak menatap Jin Goo, tatapan tidak minat yang Aliya tunjukkan. Jalan-jalan? Tumben ?

"Tidak" setelahnya Aliya memutuskan pandangannya pada Jin Goo, Aliya malas sungguh. Apa lagi jika mengingat pertengkaran mereka waktu itu.

"Aliya Oppa akan pergi ke Jepang 1 minggu kau Benar-benar tidak mau jalan-jalan" Aliya tersenyum remeh dan menantap Jin Goo, tatapan mencemooh untuk sang suami.

"Kenapa sekarang Oppa peduli. Biasanya Oppa pergi tanpa pamit, ini 1 minggu kemarin 1 bulan langsung pergi saja. Cih jangan bertingkah seolah merasa bersalah. Bersikap biasa saja, dan ya jika berniat pergi tidak usah kembali sekalian. Setidaknya aku tidak terjebak dalam situasi menyebalkan ini. Istri penghias rumah. Itu memuakkan" Kata-kata Aliya benar-benar menohok Jin Goo, sungguh Aliya tidak tanggung-tanggung

Mengabaikan jika Jin Goo akan sakit hati, Aliya terlalu lelah dengan semuanya. Memilih berlalu meninggalkan Jin Goo sendiri. Masa bodoh.

*

Aliya tidak kembali ke kamar. Sibuk di halaman belakang sambil melihat taman. Jam sudah menunjukkan waktu dini hari dan Aliya masih diam. Jin Goo berangkat tadi, sempat pamit hanya saja Aliya tidak peduli. Rasa sakit Aliya masih mendarah daging.

"Nyonya" itu Jimin, jika memanggil dengan suara terkejut pasti Jimin. Siapa lagi jika bukan Si Supir Kagetan itu. " Nyonya belum tidur?"

"Kau buta? Lihat mataku masih lebar seperti ini" Jimin menggaruk kepalanya yang tidak gatal, bener juga sih. Kenapa dirinya seperti orang bodoh saat berhadapan dengan Aliya. Astaga.

"Oh saya permisi Nyonya..."

"Temani Aku"

"Hah?"

"Temani aku. Kau tuli?" Ketus Aliya dan Jimin akhirnya pasrah lalu duduk disisi Aliya. Tidak enak juga menolak. sepertinya Aliya dalam masa hati yang buruk.

"Nyonya tidak ke... ehh! Nyonya" Jimin jelas kaget saat Aliya memeluk tubuhnya, mengeratkan pelukanya pada pinggangnya.

"Biarkan seperti ini. setidaknya aku bisa merasakan pelukan laki-laki yang bukan keluarga" Jimin serba salah, antara tidak enak dan malu. Aliya istri orang dan memeluk dirinya. Jika Jin Goo melihat bisa mati mereka.

Tapi Aliya dalam keadaan yang buruk, biasanya wajah jail Aliya yang terlihat ini? Benar-benar sendu.

"Apa aku tidak berhak Bahagia Jim? Kenapa harus seperti ini? Aku tidak minta banyak. Hanya waktu dan kasih sayang. Hanya itu, apa memang sangat sulit" oke sekarang Jimin benar-benar iba pada Aliya, wanita ini mengemis kasih sayang dari sang suami. Jika dilihat Aliya tidak kurang apapun.

Cantik. Tapi kenapa Jin Goo seperti itu?

"Apa memang lebih baik jika aku mati?"

"Nyonya tidak baik berbicara seperti itu. Kehidupan adalah anugerah dan tidak seharusnya nyonya mengatakan itu? Semua akan membaik dengan seringnya waktu. Saya jamin"

Aliya mendongak, menantap Jimin yang juga menunduk. Keduanya saling menantap. "Bisa Kau berikan kasih sayang itu? Kasih sayang yang tidak aku dapatkan dari laki-laki lain?"

Jimin bingung dengan kata-kata Aliya. Sungguh bagaimana menjawab ini? Sama saja cari petaka. "Nyonya...."

"Sekali saja.. Chupp.."

Bibir keduanya bertemu dan Jimin melotot luar biasa. Aliya mencium dirinya. Sungguh?

"Kali ini saja. Buat aku jadi seorang istri? Jika dengan meninggalkan semua itu terwujud aku akan lakukan"

*

Aliya sudah gila, mengabaikan semuanya dan terus saja menuruti kegilaanya. Aliya terlalu rindu dengan kasih sayang laki-laki. Bayangkan saja. Menikah tanpa tau dapat apapun. Sungguh.

Dan masalahnya sekarang Jimin yang menghindar. Jimin selalu bersikap datar setelah insiden ciuman itu. Jimin tidak gila dengan bermesraan dengan istri orang. Jimin punya harga diri, meskipun dirinya orang tidak punya apapun tapi merebut istri orang juga bukan hal yang benar. Jimin tidak akan melakukan itu.

Jimin menjadi datar dan jarang membantah, selalu menuruti keinginan Aliya tanpa protes dan Jimin tidak sepolos dulu, Jimin jadi dingin sekarang.

"Jim?"

"Maaf Nyonya saya bekerja" ini sudah terjadi dari 1 bulan yang lalu dnn Aliya mulai bosan dan jengkel lagi. Emosi jelas. Apa memang semua laki-laki menolak dirinya.

Lalu apa gunanya ini?

"Baiklah" Aliya memutuskan kembali kekamar, harinya benar-benar buruk. Tidak ada satupun yang cocok dengan dirinya. Sungguh.

*

"Nyonya tidak keluar makan beberapa hari ini Tuan" Jin Goo pulang dari luar kota, hanya saja mendengar kabar dari sang Kepala Pelayan laki-laki itu jelas khawatir. Ulah apalagi yang Aliya lakukan?

Memang sudah 3 hari ini Aliya tidak keluar dari kamar. makan saja diantar dan itupun tidak disentuh, hanya air saja yang berkurang dan makanannya bersih. Beberapa pelayan mencoba membujuk hanya saja tidak ada yang berhasil.

"Aku akan bicara dengannya Ahjumma" Jin Goo menuju atas, jelas menyusul Aliya. Sementara dari balik tembok Jimin memperhatikan Jin Goo, menarik nafas dalam-dalam dan menatap pintu kamar Aliya.

"Maafkan saya Nyonya" jelas ini juga karena Jimin yang menolak Aliya waktu itu. Aliya bahkan tidak menjahili dirinya lagi. Aliya tidak melakukan apapun. Selalu diam dikamar.

Jimin tidak mau jadi perusak rumah tangga orang. Tidak mau.

*

"Aliya?" Suara Jin Goo menggema di telinga Aliya. Jelas mendengar dengan baik, tapi Aliya memilih diam dan menantap luar. Balkon terbuka dengan udara yang masuk kedalam ruangan ini. Mata Aliya kosong, sungguh menyedihkan.

"Kenapa dengan mu?" Aliya abai, tidak bereaksi apapun. Diam bak patung tak bernyawa. "Aliya?" Sungguh Jin Goo baru melihat Aliya yang seperti ini. Aliya tidak pernah sediam ini sebelumnya.

"Jangan Buat Oppa khawatir Aliya. Kau kenapa?" Jin Goo menarik pundak Aliya, membuat wajah mereka berhadapan dan keduanya berpandangan.

"Katakan?"

"Siapa aku?" Jin Goo tidak mengerti, menantap Aliya dengan bingung.

"Apa aku benar-benar istrimu atau orang asing?" Air mata Aliya sudah jatuh dulu, menatap Jin Goo dengan nanar.

"Aliya?"

"Alisha atau Aliya? Siapa istrimu?" Jin Goo menantap tidak percaya pada Aliya. Sungguh apa ini?

"Kenapa kalian mempermainkan aku seperti ini? Kenapa kalian membohongi aku sejauh ini? Aku bukan Alisha dan aku bukan istrimu" Aliya menjerit kuat, mengabaikan wajah kaget Jin Goo, sungguh dirinya seperti dibohongi.

Seberapa jauh mereka menyusun skenario ini?

"Kau?"

"Aku bukan Alisha Oppa. Aku Aliya, kami berbeda" Aliya melemah, suaranya hilang, tubuhnya merosot ke lantai. Sungguh drama apa ini? Sejauh apa dirinya dipermainkan.

"Kenapa kalian melakukan ini? Kalian menghancurkan hidupku. Aku bukan barang?" Tangis Aliya semakin kencang dan Jin Goo semakin diam tidak bisa membalas semua ini. Sungguh, bagaimana bisa Aliya tau? Kebohongan mereka.

"Katakan Oppa? Siapa aku?"

Tbc.

With Him! ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang