"Apa kau tau Randagio Caffe?"
"Cafe yang berada di district 9 itu?"
"Ya, yang memiliki 8 chef rupawan"
"Aku pernah dengar, tapi belum pernah kesana"
"Kalau begitu, ayo kesana"
"Sekarang?"
"Eoh"
"Baiklah"
*
"Permisi, toilet sebelah mana?"
"Toilet?
"Ne"
"Oh kalau nona ingin ke toilet, silahkan anda ikuti jalan ini...lalu belok ke kiri. Pintu paling belakang berwarna merah, disana toiletnya"
"Aaah terimkasih sudah menjelaskan"
"Ne, sonnim"
"Kalau begitu permisi"
"Silahkan"
...
...
...
"Oh nona, maaf. Anda mau kemana?"
"Aku ingin ke toilet"
"Toilet? Toiletnya disebelah sana nona"
"Huh? Tapi kata pelayan di depan, toiletnya di sebelah sini"
"Pelayan?"
"Ne"
"Nona, mungkin pelayan kami salah memberi petunjuk kepada anda. Toilet kami ada di sebelah sana, bukan disini"
"Begitukah?"
"Iya"
"Kalau begitu aku minta maaf"
"Tidak, tidak masalah. Seharusnya saya yang meminta maaf karena membiarkan pelayan kami menunjuk arah yang salah"
"Tidak...tidak apa2, kalau begitu saya permisi
"Silahkan"
"..."
"Changbin-a, ada apa?"
"Eoh, hyung"
"Kenapa kau berdiri disini?"
"Itu...tadi ada salah satu pelanggan yang hampir membuka pintu ini"
"Eh, bagaimana bisa?"
YOU ARE READING
Back Door
FanfictionPintu belakang itu begitu banyak memyimpan misteri. Namun sepenasaran apapun dirimu, kau tak boleh membukanya! Jika tidak, kau akan mendapatkan konsekuensi buruk yang mungkin tak terpikirkan oleh nalarmu. Ini bukan sekadar larangan melainkan peringa...