BOSS || 22

5.8K 509 81
                                    

Yena perlahan membuka matanya yang terasa begitu berat. Setelah membuka matanya Yena melihat sekeliling. Ia langung melihat botol infus yang tergantung di sampingnya.

Yena melihat selang infus itu hingga tangannya. Lalu ia melihat sosok Juyeon yang tengah terlelap sambil menggenggam tangannya yang tertancap jarum infus.

Yena ingat, terakhir kali ia melihat Juyeon ciuman bersama wanita lain di parkiran. Yena langsung melepaskan tangan Juyeon dari tanganya lalu mengubah posisinya menjadi duduk. Pergerakan Yena membuat Juyeon terbangun.

"Sayang udah sadar?" Tanya Juyeon dengan matanya yang sayu, sepertinya ia masih belum sadar seutuhnya dari tidurnya.

Yena diam enggan menjawab. Tiba-tiba Yena mual, dan muntah. Juyeon panik langsung berdiri dan menekan tombol darurat di atas brankar Yena.

"Sayang, kamu gapapa?" Tanya Juyeon sambil mengelus punggung Yena.

"Mual, huekk" Yena kembali muntah.

Tak lama kemudian dokter dan perawat datang ke ruang rawat Yena.

"Pasca operasi mual dan muntah itu hal biasa, itu efek dari anestesi" ujar Dokter pada Juyeon.

"Dok, perut saya terasa kram" sahut Yena pada dokter.

"Itu efek yang wajar anda alami pasca kuret. Mungkin nanti akan merasa nyeri dan akan mengalami pendarahan ringan selama beberapa hari. Anda harus menggunakan pembalut dan nanti akan saya resepkan obat pereda nyeri jika dibutuhkan" ujar Dokter itu.

"Kuret? Kenapa saya melakukan kuret?" Tanya Yena.

Dokter itu terlihat bingung, lalu memandang Juyeon. "Anda hamil, karena kecelakaan anda mengalami pendarahan hebat dan anak anda tidak bisa diselamatkan. Karena itu anda melakukan proses kuret" jawab Dokter.

Yena mematung. Otaknya masih belum bisa mencerna semua kata-kata yang barusan dokter ucapkan.

"Satu jam lagi, cobalah untuk berdiri dan berjalan perlahan. Untuk mencegah penggumpalan darah di sekitar kaki. Mohon dibantu nanti ya pak" ujar Dokter itu pada Yena sekalian pada Juyeon.

Juyeon mengangguk. Setelah itu sang dokter pamit untuk keluar. Perawat membantu Yena mengganti pakaiannya dengan pakaian yang baru. Setelah selesai, semuanya keluar meninggalkan Yena dan Juyeon berdua di dalam ruangan.

Yena mengelus perutnya, lalu air matanya berderai. Mengingat beberapa jam yang lalu ada nyawa di dalam sana. Namun sekarang sudah tidak ada.

"Bahkan mama gatau kamu ada di sana. Sekarang kamu udah pergi. Maaf ya nak, karena emosi mama kamu jadi mengalami hal mengerikan seperti ini" monolog Yena yang terdengar oleh Juyeon.

Juyeon begitu menyesal. Bahkan Yena masih sempat menyalahkan dirinya. Juyeonlah satu-satunya orang yang bersalah di sini.

"Kamu gak salah, aku yang salah. Maafkan aku sayang" ujar Juyeon sambil menggenggam tangan Yena. Yena kembali menepis tangan Juyeon.

"Siapa cewek itu? Kenapa kamu berani ciuman sama cewek sedangkan kamu lagi sama aku!" Bentak Yena dengan suaranya yang keras. Membuat perutnya kembali sakit.

Yena meringis kesakitan memegang perutnya. Juyeon mengelus bahu Yena guna menenangkan rasa sakitnya. Sungguh, jika bisa Juyeon ingin memindahkan semua rasa sakit Yena pada dirinya.

"Kamu masih sakit, nanti aku jelasin. Kamu cuma salah paham sayang" ujar Juyeon.

"SEKARANG- Mmmpppp" Mau tak mau Juyeon harus membungkam mulut Yena dengan cara mencium bibirnya, jika Yena terus mengeluarkan emosinya dengan berbicara keras itu hanya akan menyakiti tubuhnya.

Boss || Lee Juyeon✔️ Where stories live. Discover now