5

26K 1.7K 84
                                    

🔞⚠️

Haechan memejamkan matanya ketika sebuah benda asing yang panjang dan berurat mulai memasuki lubang miliknya. Ia menggigit bibirnya demi mengurangi rasa sakit yang mendera di selatan tubuhnya.

"Don't bite your mouth,"

Mark mencium bibir Haechan dalam. Tangannya membawa tangan halus Haechan untuk memeluk lehernya. Tidak disangka-sangka seorang Haechan memiliki tubuh yang sangat halus dan mulus. Entah kenapa tubuh Mark seakan mendamba tubuh Haechan.

Tubuh Mark menegang saat ia tersadar ada sesuatu yang menghalangi jalan masuknya. Ia pikir gadis itu sudah tidak virgin lagi karena pekerjaannya yang seperti itu. Ia melepas ciuman panasnya. Berniat mencabut penisnya yang baru masuk setengah meski hasratnya sudah berada dititik paling atas.

Mengerti gerak-gerik Mark, dengan cepat Haechan melingkarkan kakinya di pinggang Mark. Tangannya memeluk erat pria itu sampai membuat pria itu sedikit terkejut.

"Just do it." ucap Haechan pelan persis di telinga Mark.

"Jangan salahkan aku jika aku melakukannya dengan kasar."

Tanpa menjawab, Mark langsung melesakkan kejantanannya ke dalam vagina Haechan dengan sekali sentakan kuat. Ia bisa merasakan sesuatu mengalir di bawah sana bersamaan dengan ringisan kuat wanita di bawahnya.

"Akhhhh!!!"

Haechan memeluk erat tubuh Mark melampiaskan rasa sakitnya. Ia tidak berani untuk melukai tubuh pria itu. Memangnya ia siapa dengan beraninya melukai tubuh keturunan Jung?

Merasa tubuh Haechan sudah menerima dan sedikit rileks, Mark mulai menggerakkan pinggulnya perlahan. Memicu kenikmatan terpendam yang bersembunyi dalam diri Haechan.

"Ssshhh,"

Desahan kecil keluar dari bibir plum Haechan. Mereka kembali menyatukan bibir mereka ke sebuah ciuman panas dengan lidah yang saling melilit.

Sungguh Mark baru merasakan sensasi nikmat yang benar-benar nikmat. Sebelumnya ia sering kali berganti jalang untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Tetapi tidak senikmat ini. Bahkan dulu saat ia seks bersama Shuhua juga tidak senikmat ini.

Begitu juga dengan Haechan. Mark adalah pria pertamanya. Seseorang yang dicintainya sekaligus dibencinya. Meski ia terpaksa, namun jujur sekarang ia sangat menikmatinya. Rasa nikmat ini tidak bisa Haechan definisikan oleh kata-kata.

"Ouchhh, yesshh too deephhh, Markh~"

"Yass dear, say my name."

Gerakan Mark semakin cepat. Desahan milik Haechan sudah tidak karuan. Mulut Mark bermain-main di payudara pink Haechan. Menyedot puting merah jambu yang tidak mengeluarkan asi setetes pun.

Gila. Haechan sudah tidak mampu menerima serangan seperti ini. sebentar lagi Haechan akan mendapatkan orgasme keduanya. Mengerti Haechan akan sampai, Mark menggenjot keras hingga menyentuh titik kenikmatan Haechan berkali-kali.

"Nghhhh Markhh!!"

Haechan mencium bibir Mark ganas sebagai rasa pelampiasan. Nikmat benar-benar nikmat sekali. Pria di atasnya juga seolah mengerti dan menurunkan intensitas genjotannya. Membiarkan Haechan merasakan orgasmenya.

Mark membalikkan posisi mereka tanpa melepas tautan tubuh mereka. Mark yang berada di bawah sedangkan Haechan duduk di atasnya. Kini di mata Mark, Haechan berkali-kali lipat lebih cantik dan sangat menggairahkan.

Mengikuti instingnya, Haechan meletakkan tangannya di dada bidang Mark. Hingga kedua payudara besarnya terapit oleh lengannya sendiri. Badannya ia gerakan ke atas bawah mengikuti cengkraman Mark pada pinggulnya.

Haechan merasakan posisi ini membuatnya lebih puas. Ia menggenjotnya dengan cepat. Secepat yang ia bisa. Mark juga membantunya dari bawah. Sampai Mark akan mencapai titik puncaknya, ia membanting Haechan agar kembali di bawahnya.

Mark menggerakkan pinggulnya cepat dan keras. Haechan sampai menggelengkan kepalanya ke kanan dan kiri serta jemarinya meremas seprai putih milik Mark.

"Di luarrhhh Mark, di luarhhh!!!" racau Haechan.

"Kau tidak akan pernah merasakan tidak enaknya seks jika membuangnya di luar, Haechan." desis Mark disertai dengan geraman kuatnya.

Mark segera mencabut miliknya dan mengocoknya. Lelehan benihnya bertebaran di atas vagina dan perut wanita itu. Mereka berdua puas. Ah tidak, sangat puas. Haechan masih mengatur nafasnya. Ia baru tau kalau seks semelelahkan ini.

Pria itu beranjak dari ranjang dan memakai kembali kimono yang sempat ia buang. Sebelum benar-benar memasuki kamar mandi, Mark mengatakan sesuatu kepada Haechan.

"Pergi dari kamar ini sebelum aku keluar." ucap Mark tanpa berniat memandang Haechan yang sudah hampir menangis.

Harga dirinya seakan menghilang kemana perginya saat Mark mengucapkan kalimat itu. Ah sepertinya Haechan lupa kalau harga dirinya ia berikan secara cuma-cuma karena video sialan.

Dengan menahan rasa nyeri di vaginanya, Haechan memunguti bajunya yang berserakan. Selesai memakainya, ia berlalu meninggalkan kamar ini dan kembali menuju kamarnya untuk beristirahat dan tentunya untuk menangisi kehidupannya.

•••

Pagi harinya Haechan merasakan tubuhnya remuk redam. Ingin rasanya ia membolos kuliah namun hari ini ada presentasi di mata kuliah Mr. Bang. Jadi mau tidak mau ia harus berangkat demi nilai dan nama kelompoknya.

Haechan pergi ke kampus dengan diantar oleh Pak Moon, salah satu supir di mansion Jung. Sesampainya di kampus, Haechan langsung menuju ke kelasnya. Ia tidak berniat kemana-mana. Vaginanya masih terasa nyeri untuk berjalan jauh.

Di depan lift, tak sengaja Haechan berpapasan dengan gerombolan Mark. Pria itu, Haechan tidak bertemu dengannya tadi pagi. Aura dominan sangat terasa ketika mereka berempat ikut mengantre menunggu lift. Sebenarnya mereka tidak perlu mengantre karena sudah dijamin kalau mahasiswa lain pasti dengan senang hati memberikannya terlebih dahulu untuk mereka.

Tapi tidak dengan Haechan. Ia tetap memasuki lift tersebut. Haechan menekan tombol penahan pintu lift, agar pintu tidak otomatis tertutup saat mahasiswa lain memasuki kotak besi itu. Tapi kenyataannya adalah Haechan sendiri. Benar-benar tidak ada mahasiswa lain yang masuk dengannya.

"Yak! Kau tidak lihat huh kalau Mark akan menggunakan lift nya?!" ucap salah seorang mahasiswi di luar lift.

Mark, Lucas, Jeno, dan Hendery memasuki lift tersebut seperti tidak ada masalah. Lagipula mereka juga tidak meminta diperlakukan seperti itu.

"Hei kau! Keluar!" teriak mahasiswi lainnya.

Haechan yang tidak ingin bermasalah, hendak keluar dari lift tersebut. Namun seseorang menyingkirkan jari Haechan yang menekan tombol lift sehingga otomatis pintu lift tertutup.

Orang itu adalah Mark. Yang berdiri tepat di sampingnya. Pipinya memanas karena mengingat kejadian semalam. Namun setelahnya raut mukanya berganti menjadi sendu.

"Chogiyo, apakah kau seorang mahasiswi disini?" tanya Lucas yang mendapatkan kernyitan heran dari Hendery.

Haechan yang merasa pertanyaan itu untuknya, segera menganggukan kepalanya.

"Ah kita satu departement tetapi aku tidak pernah melihatmu. Kau yang pasif atau memang aku yang terlalu populer?"

Bisa-bisanya Lucas masih bisa menyombongkan dirinya di dalam lift.

Haechan tak menjawabnya. Ia gugup dan tidak tau apa yang harus ia jawab. Bunyi dentingan lift membuat Haechan merasa lega. Buru-buru ia meninggalkan keempat mahasiswa populer itu agar tidak menjadi bahan gunjingan mahasiswa lain saat melihat dirinya satu lift dengan idola-idolanya.

Tanpa Haechan sadari, ada sepasang mata selalu mengawasi gerak-gerik Haechan.
















tbc.

Vad [END]Where stories live. Discover now