27

14K 1.4K 116
                                    

Di dalam ruangan Mark, Jeno hanya duduk dan diam. Mark yang sedang mengerjakan sesuatu pun juga diam. Tidak berminat untuk membuka mulutnya sama sekali. Aura dingin yang dihasilkan oleh kedua pria itu mampu membekukan siapapun yang seandainya masuk ke dalam ruangan tersebut.

Oleh karena itu persahabatan mereka dinetralkan oleh Lucas yang periang dan Hendery yang hangat. Bayangkan kalau saja apa yang terjadi kalau mereka hanya sahabatan berdua.

"Jaemin hamil."

Pandangan Mark teralih ke Jeno, "Lalu?"

"Aku akan menikahinya."

"Baguslah." Mark kembali ke dunianya sendiri. Begitu juga dengan Jeno. Mereka tidak pernah berbasa-basi. Lagipula suasananya seperti ini sudah biasa bagi mereka.

Sejujurnya Mark sedikit memikirkan perkataan Jeno mengenai kehamilan Jaemin. Benaknya bertanya, apakah Haechan akan hamil juga? Kegiatan bercinta mereka sangat sering. Peluang untuk membuat Haechan hamil pasti sangat besar. Mark juga memantau wanita itu tidak mengonsumsi pil pencegah kehamilan lagi.

Pintu diketuk seseorang dari luar. Membuat kedua pasang tatapan tajam mengarah ke pintu putih tulang itu. Tak perlu menunggu jawaban, orang itu dengan santai membukanya.

"Hello Jung!" sapa Jaemin. Mark hanya berdeham. Matanya menatap Haechan yang berjalan menuju ke arahnya.

"Ada apa?" tanya Mark dengan tatapannya melembut.

"Eum Oppa, jadi aku bersama Jaemin akan pergi ke panti saat ini juga. Tapi kami tidak ingin di antar oleh supir." ungkap Haechan. Mark menaikkan salah satu alisnya.

"Tolong katakan 'iya' Mark. Biarkan aku bahagia hari ini. Kau tahu? aku seharian ini tidak bahagia," rengek Jaemin. Mark sudah terbiasa dengan Jaemin yang selalu dramatis.

"Do I look like I care?"

"Bastard." umpat Jaemin.

"Jen-" Jaemin berhenti merengek ketika menyadari kalau dirinya sedang kesal kepada Jeno. Wanita itu membuang mukanya.

"Ke panti untuk apa?"

"Hanya ingin bermain." Haechan yang jarang pernah berbohong serasa terintimidasi oleh pertanyaan Mark. Sehingga tubuhnya bereaksi gugup.

"Pergi bersama Eric atau tidak sama sekali." final Mark. Jeno yang mendengarnya pun tersenyum tipis. Setidaknya Jaemin akan langsung menurut jika Mark yang mengatakannya.

"Tapi, Eric tidak ada di mansion." Haechan masih berusaha mencari alasan.

"Aku bisa menghubunginya saat ini juga."

Bahu Haechan melemas, ia tidak tahu lagi apa yang harus di ucapkan lagi. Ia memang sangat tidak berbakat untuk berbohong. Sama halnya dengan Jaemin yang terdiam. Namun bibir wanita itu mengerucut.

"Tapi izinkan aku bersama Haechan untuk membeli odeng!" sahut Jaemin.

"Aku akan menyuruh Yeji dan Lia untuk membelinya."

"Jangan! Aku ingin membelinya sendiri. Karena aku sebelumnya sudah meminta namun tiba-tiba ada seorang eksekutif muda yang berubah menjadi praktisi kesehatan, melarangku untuk membelinya." sindir Jaemin kepada Jeno. Semoga saja pria itu merasa.

"Siapa yang akan menyetir?"

"Tentu saja aku!"

"Dengan kondisi berbadan dua? Memangnya Jeno mengizinkan?" Mark melirik Jeno yang masih tenang.

Baik Jaemin dan Haechan pun terkejut dengan pertanyaan dari Mark. Mereka sudah tahu otomatis rencana Jaemin gagal bukan?

"A-apa? K-kau tahu aku sedang mengandung?" tanya Jaemin terbata. Mark tidak menjawab namun menatap mata Jaemin, yang berarti pria itu mengiyakan pertanyaannya.

Vad [END]Where stories live. Discover now