7

21.9K 1.8K 115
                                    

Haechan menurunkan dress yang ia pakai. Ini bahkan tak layak disebut dress jika potongannya saja beberapa centi dari pusat tubuhnya. Dulu saat masih menjadi seorang penari striptis ia memang terbiasa dengan baju seksi, namun tidak separah ini.

Ia yakin kalau ia menunduk sedikit saja bisa dipastikan kain di bagian belakang terangkat dan memperlihatkan seluruh pusat tubuhnya.

Sepanjang jalan mulut Haechan tidak berhenti merutuki Mark yang menyuruhnya berpenampilan seperti ini. Baru kali ini pria itu meminta hal gila. Padahal jika memang pria itu lapar, dengan senang hati Haechan akan membuat makanan yang lezat. Tanpa harus menggunakan ini.

Kebetulan sekali keadaan mansion sangat sepi. Jadi, Haechan tak perlu malu. Biasanya terdapat beberapa pengawal berbaju hitam yang berdiri di beberapa titik tertentu. Namun malam ini mereka seperti hilang entah kemana.

Bukankah ini momen emas Haechan supaya bisa kabur dari penjara mewah ini? Tapi kenyataan menyadarkan Haechan dari khayalannya. Tidak mungkin Haechan semudah itu keluar dari jeratan Mark Jung.

Sampai di ujung tangga, Haechan melihat Mark sedang duduk sendiri di salah satu sofa. Pria itu sibuk bermain ponsel yang ada di genggamannya.

Tampan, sangat tampan. Batin Haechan tanpa sadar menjeritkannya.

Hingga Mark memergoki Haechan yang tengah menatapnya. Dan wanita itu langsung gelagapan seperti maling yang tertangkap basah.

Masih di posisinya, Mark mengamati tubuh Haechan dari ujung kaki sampai dengan kepala wanita itu. Mark akui, Haechan memiliki bentuk tubuh yang sangat indah. Walau sesungguhnya banyak yang lebih indah, tetapi di mata Mark hanya bentuk tubuh Haechan lah yang paling indah.

Perlahan Mark bangkit dari duduknya. Ia memasukkan ponsel genggam ke dalam saku celana piyama nya. Kakinya melangkah menghampiri dimana wanita itu berdiri.

Tatapan mata keduanya saling terhubung. Memancarkan gairah yang berkobar di masing-masing indera penglihatan mereka.

Kaki panjang Mark berhenti melangkah. Jarak mereka hanya tinggal setengah meter. Mark menyelami bola mata jernih Haechan.

Posisi mereka saat ini sejajar. Sangat menguntungkan mereka sebab Haechan yang tingginya hanya sebahu Mark, kini sama. Dengan bantuan stiletto yang ia pakai dan ketinggian satu anak tangga.

Mark semakin mengikis jarak antar keduanya. Ujung bibir mereka saling bersentuhan dan Mark menekannya. Awalnya hanya kecupan. Tapi kecupan itu dengan perlahan berubah menjadi lumatan yang menggairahkan.

Haechan meremas kaos hitam yang digunakan oleh Mark. Meminta pria itu melepas tautan mereka dan memberikannya kesempatan untuk bernafas.

Terpaksa Mark melepaskannya daripada Haechan pingsan. Pandangannya masih mengarah kepada wanita itu. Menarik. Pipinya yang bersemu merah mengintip di balik helai-helai rambut panjangnya.

Malu. Haechan malu dan entah kenapa perasaan di hatinya membuncah. Ia tidak mengerti dengan perasannya sendiri. Ia sengaja tidak menyibak rambutnya agar Mark tidak melihat pipinya yang merah.

"Jangan sembunyikan itu dariku," Mark meraih dagu Haechan dan mengarahkannya supaya kembali berhadapan dengan wajahnya.

"Sial Haechan sejak kapan bibir ini menjadi candu untukku. Tidak hanya bibirmu, tapi seluruh tubuhmu Haechan."

Mark kembali melahap bibir berbentuk hati itu. Lenguhan tertahan yang lolos dari mulut Haechan semakin membakar gairahnya. Ia menginginkan Haechan sekarang.

Tangan kekar Mark berhenti tepat di kedua bongkahan pantat sintal Haechan. Wanita itu memekik ketika Mark menggendongnya. Posisi seperti koala membuat pusat tubuhnya bersentuhan tepat sekali dengan kejantanan Mark.

"Jangan disini, Markh–"

"Tenanglah, disini hanya ada kita berdua. Bersiaplah Lee, sebentar lagi aku akan menghancurkamu."

"Markhh~"

•••

Dengan perasaan kesal Haechan meletakkan dua piring yang berisi makan malam untuk mereka. Iya, mereka. Haechan menjadi lapar setelah menghabiskan bersesi-sesi percintaan panas. Bahkan Haechan hampir pingsan karena tidak kuat menahan lapar sekaligus dahsyatnya kenikmatan yang diberikan oleh Mark.

Penampilannya berubah drastis. Saat ini ia memakai kaos hitam yang sebelumnya dikenakan Mark. Dress yang ia pakai bernasib naas, sebab Mark merobeknya. Sementara pria itu bertelanjang dada. Memamerkan betapa indahnya pahatan-pahatan tubuh pria itu. Tidak berlebihan namun terlihat sangat menggoda.

Percayalah bahkan Haechan sudah tidak lagi memakai apapun di bawah sana. Untung kaos itu kebesaran dan panjangnya hampir sama dengan panjang dress.

"Makanlah." ucap Haechan ketus. Tinggal lama bersama Mark membuat keberaniannya terkumpul.

Di tempatnya Haechan sudah melahap beberapa sendok sebelum kegiatannya terhenti karena Mark masih menatapnya datar. "Kau tidak ingin makan? Baiklah, biar aku habiskan saja."

Mark mengangkat satu alisnya memandang gerak-gerik Haechan. Wanita itu bangkit dari duduknya. Berjalan ke tempat Mark, dan tanpa izin wanita itu mendudukkan tubuhnya di pangkuan Mark.

"Kau tidak akan kenyang jika hanya menatapku saja. Buka mulutmu!"

See, ucapan dan perlakuan Haechan berbanding terbalik. Ia justru berniat menyuapi pria itu.

Tidak tahu dorongan dari mana asalnya, Mark mematuhi ucapan Haechan. Padahal sebelumnya ia tidak pernah mematuhi ucapan siapapun kecuali orang tuanya. Ia membuka mulutnya dan melahap makanan yang diberikan Haechan.

"Anak pintar." ucap Haechan tanpa sadar. Dulu ia terbiasa mengucapkan itu kepada adik-adik pantinya yang berbuat baik dan mematuhi aturan.

"Kau makan juga."

"Ne?"

"Kau makan juga," ulang Mark.

"Setelah kau selesai makan. Aku akan melanjutkan makanku." elak Haechan. Ia kembali menyodorkan sendok berisi makanan ke depan mulut Mark.

"Makan, Haechan." perintah Mark dengan nada arogannya.

Jadi, sendok itu berbalik arah dan masuk ke dalam mulut Haechan. Mereka makan bergantian. Pipi chubby milik Haechan kembali mengeluarkan warna merah samar. Ia teringat kalau hal ini sama saja berciuman secara tidak langsung.

Mereka melanjutkannya hingga piring bagian Mark kosong. Tersisa piring milik Haechan. Namun Mark mulai enggan dan Haechan pun sudah merasa kenyang.

Saat Haechan hendak mengambil piring-piring tersebut dan mencucinya, Mark melarangnya.

"Biarkan maid yang membereskannya esok." Haechan menganggukkan kepalanya patuh.

"Mark, aku tidak nyaman. Di bawah sana terasa dingin." rengek Haechan. Tapi setelahnya Haechan menyadari rengekan yang keluar dari mulutnya.

Mark tersenyum miring, "Dingin?"

"Eum t–tidak. A–ku hanya bercanda. Ya, aku tidak serius mengatakannya." Haechan ingin menegakkan tubuhnya, namun kalah cepat dengan tangan Mark yang sudah melingkar erat di pinggangnya.

"Kau merasa dingin? Kalau begitu, malam ini tidurlah bersamaku."


















maaf kalo ga dapet feel nya ya </3

tbc.

Vad [END]Where stories live. Discover now