22

17.6K 1.6K 352
                                    

Mark telah bersiap untuk pemanasan sebelum menjatuhkan diri ke dalam kolam air. Ia tidak tahu kemana perginya Haechan. Wanita itu hanya meminta izin untuk pergi ke dapur. Entah berenang atau tidak, Mark tidak memaksa Haechan. Biarlah wanita itu melakukan sesuatu semaunya disini.

Merasa sudah cukup untuk pemanasan, Mark perlahan memasukkan kakinya ke dalam kolam. Pengaruh musim gugur membuat suhu kolam menjadi dingin. Tapi tak apa, pertahanan Mark sudah kebal terhadap rasa dingin sebab lama tinggal di Toronto yang mana kalau musim dingin suhu mencapai angka minus 20.

Jadi jangan heran kalau Mark menyebutkan bahwa cuaca saat ini sangat mendukung untuk berenang. Disisi lain ia menyukai musim dingin, berenang adalah kegemarannya.

Sebelum masuk ke bagian yang lebih dalam, Mark menyesuaikan suhu tubuhnya terlebih dulu dengan suhu kolam. Selepasnya ia semakin menenggelamkan dirinya. Kebetulan kolam ini hanya sebatas dada nya jadi ia harus menekuk kakinya jika ingin tubuhnya tenggelam seluruhnya. Saat kehabisan nafas, Mark langsung memunculkan dirinya kepermukaan air.

Tangannya mengusap wajahnya kasar lalu menyugar rambutnya. Menghalau air yang mengalir ke daerah wajahnya. Tak perlu berlama lagi, Mark mulai berenang. Mendapatkan enam putaran Mark berhenti di sisi utara kolam.

Mata tajam Mark menangkap sepasang kaki jenjang yang berdiri tepat di hadapannya. Matanya perlahan mengikuti garis kaki hingga akhirnya bertemu dengan mata sang pemilik kaki.

Sialan.

Sialan.

Sialan.

Dalam hati Mark selalu mengumpat tak senonoh. Ia menelan ludahnya kasar. Sesuatu terbangun di dalam dirinya. Nafsunya bagaikan singa yang baru saja mendapatkan daging yang sangat segar.

Tepat di depan matanya Haechan berdiri menggunakan bikini two piece berwarna putih. Begitu tipisnya sehingga Mark yakin kalau bikini itu tidak ada gunanya menutup aset-aset miliknya.

"Kau akan mengajariku berenang bukan? Kajja, aku siap." tantang Haechan yang sebenarnya gugup setengah mati. Ia sangat sadar telah membangunkan seekor singa buas. Mundur pun tidak mungkin. Ia sudah kepalang basah. Mark pun tak akan melepaskan hidangannya begitu mudah.

Haechan berjalan anggun menjauhi Mark. Hal itu tidak luput dari tatapan Mark. Pria itu seolah tidak ingin mengalihkan tatapannya dari Haechan barang sedetikpun.

Kaki jenjangnya menuruni tangga satu persatu dengan hati-hati. Cukup terkejut karena suhu kolam yang dingin. Namun Haechan terus melanjutkan aksinya. Belum sampai di anak tangga terakhir Haechan menghentikan langkahnya. Tidak mungkin ia terus turun sebab kalau ia nekat, ia yakin akan tenggelam.

Mark mendengus lalu menghampiri Haechan. Ia melihat wanita itu tengah menggodanya. Dapat ia ketahui dari gerak-gerik seduktif yang dilakukan oleh wanita itu.

Sejak kapan Haechan berani terang-terangan menggodanya, hm?

"Kau menggodaku?" tanya Mark dengan tangan yang sudah bertengger di pinggang ramping Haechan.

"Aku? Menggodamu? Yang benar saja. Aku hanya ingin meminta kau untuk mengajariku berenang, Oppa."

Haechan bahkan dengan sengaja memanggil Mark dengan sebutan 'Oppa' yang masih jarang Haechan gunakan. Jadi apa namanya kalau bukan menggoda?

"Saat ini aku tidak suka bermain-main, Chan." suara Mark semakin memberat.

"Memangnya siapa yang bermain-main, hm?" tanya Haechan.

Mark menarik tubuh Haechan semakin mendekat hingga menempel sepenuhnya pada dirinya.

"Omo!" pekik Haechan ketika dada atas dan wajahnya terkena cipratan air kolam.

Vad [END]Where stories live. Discover now