Chapter 17

1.2K 101 6
                                    

"Ini perintah dari pacar dan nggak boleh nolak"

Selamat membaca💖












Vienny Pov

Aku berjalan menyusuri jalanan, memasuki setiap kantor dan menanyakan adakah lowongan disana.
Aku masih berjalan gontai mencari pekerjaan yang tak kunjung aku dapatkan.
Aku berhenti tepat di depan salah satu club and bar, aku berfikir apakah aku harus bekerja di dalam club.
Namun akhirnya aku urungkan dan terus berjalan, aku memutuskan untuk melamar di salah satu kafe yang cukup mewah dan akupun di terima kerja di kafe tersebut setelah aku di wawancara.

Kafe disini memiliki desain yang sangat klasik namun tak menurunkan kesan modern, cocok lah untuk para kaula muda yang sedang lelah dan ingin menikmati suasana yang nyaman saat makan dan berkumpul, tempat ini begitu artistik dan aku sangat menyukai hal-hal yang berbau artistik.

Aku mulai mengerjakan tugasku sebagai seorang pelayan yaitu mengambil makanan di pantry dan mengantarkannya ke pelanggan.

Sedari aku mengantarkan makanan tak henti-henti orang-orang memperhatikanku, apa yang salah denganku akupun tak tau.

"Ini kak makanannya selamat menikmati" ucapku ramah sambil tersenyum manis ke pelanggan.

"Vinn" ucap orang tersebut memanggilku, bagaimana dia bisa tau namaku.
Aku tak bisa melihat wajahnya karna dia memakai masker dan juga menutupi kepalanya dengan hodie lalu memakai kacamata hitam.

Dia pun membuka kacamata, hodie dan juga masker secara berurutan. Aku terkejut setelah melihatnya, dia adalah Lidya orang yang dulu pernah mengisi relung di hatiku sebelum akhirnya dia pergi karna ayahnya tidak mensetujui hubunganku dengannya, menyetujui hubungan yang dianggap tabu di negaraku ini.
Aku tak mengerti apa yang ayahnya ucapkan padanya hingga dia memilih pergi untuk meninggalkanku.
Dia masih sama seperti dulu dengan rambutnya yang indah saat di gerai, sorot matanya yang tajam yang dulu selalu membuatku luluh.
Semuanya masih sama, senyumnya yang dulu selalu menjadi candu untuk selalu kulihat.

"Ini bener kamu?" tanyanya yang kini tengah berdiri dan memegang kedua tanganku.
Air mataku tumpah, tak sanggup lagi menahan semuanya. Rindu yang sudah sangat membuncah yang tertumpuk beberapa tahun.
Aku pun menghamburkan tubuhku untuk memeluknya, tak memerdulikan tatapan semua pengunjung yang tertuju ke arahku.

"Kamu kemana aja lidi kemana aja? Kenapa pergi gitu aja? Tega banget sama inyi" ucapku yang kini terisak sambil memeluk tubuhnya.
Aku tak pernah membencinya karna meninggalkanku karna aku tau itu pasti karna paksaan dari ayahnya.
Walaupun aku kecewa dan tersakiti karna dia memilih pergi untuk meninggalkanku, tapi aku yakin dia juga pasti tersakiti karna pilihannya sendiri.
Kita sama-sama terluka disini jadi aku tak ingin egois untuk menyalahkannya karna meninggalkanku.

"Maafin aku nyi, aku akan jelasin semuanya ke kamu" ucapnya pelan yang kurasa juga dia tengah menangis.

Dia memanggilku dengan sebutan Inyi, sedangkan aku mempunyai panggilan kesayangan untuknya yaitu Lidi.

"Lid maaf tapi aku harus kerja" ucapku lalu melepaskan pelukannya.
Tapi dia menarikku kembali ke dalam pelukannya.

"Ini kafe aku Nyi jadi kamu gak perlu takut, sekarang aku udah kembali kesini dan aku udah nepatin janji aku untuk buka kafe" ucapnya yang kini memelukku lagi.

Skip*

Sekarang aku berada di ruang kerja Lidya, ruangan ini tepat dilantai dua kafe.

Aku sedang duduk di sofa yang tersedia di ruangan ini, sedangkan Lidya sedang duduk dibawah sofa tepat di karpet yang tebal.
Dia meletakkan kepalanya tepat di kedua kakiku, aku mengelus kepalanya.

My Liltle Unguable ( Pending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang