Chapter 16

1.2K 101 12
                                    


"Bilang aja kalo cemburu, gausah bete-bete gitu"






"KITA PUTUS" ucapku dengan penuh penekanan lalu meninggalkannya pergi begitu saja.

Aku pun mencoba untuk mencari kak Shanju, tapi Aurora menahan lenganku dan tiba-tiba ada dihadapanku, aku tak menyadari bahwa sedari tadi dia mengejarku.

"Loe mau apa lagi sih?" teriakku cukup keras membuat semua orang melihat ke arahku.

"Gre, maaf karna aku gak bisa kamu percaya" ucapnya dengan santai setelah apa yang dilakukannya tadi.

"Gue udah kasih kepercayaan gue sepenuhnya ke elo Ra, gue udah nempatin diri loe di tahta paling tinggi di hati Gue, gue selalu setia sama loe meski banyak godaan yang dateng di hubungan kita, tapi loe hancurin semuanya dalam sekejap" ucapku tepat dihadapan wajahnya.

"Jangan pernah tunjukin muka loe di depan gue lagi, kita udah selesai" ucapku lagi sebelum pergi meninggalkannya yang kini masih mematung.

Aku berjalan mencari di mana kak Shanju berada sembari mengusap kasar air mata yang terus saja keluar dari pelupuk mataku.

"Shania kamu kenapa?" tanya kak Shanju yang kini melihatku sedang menangis.

"Kak hiks aku hiks mau pulang aja hiks hiks" ucapku sambil sesenggukan.

Dia terlihat sangat khawatir melihatku menangis, dia mengusap air mataku lalu menuntunku untuk keparkiran.

"Rumah kamu dimana?" tanya kak Shanju yang kini masih fokus menyetir.

"Anterin aku ke taman kompleks Melati aja kak" jawabku sambil menatap kosong ke arah jalanan.

"Aku mau nenangin diri di taman kak" ucapku sebelum dia bertanya lagi mengapa aku memintanya untur mengantarkanku ke taman.

Setelah 15 menit berlalu kita pun sampai di taman.

"Kamu mau kak Shanju temenin?" tanya kak Shanju yang kini membukakan pintu untukku.
Aku hanya menggeleng, bahkan untuk mengucapkan sebuah kata pun rasanya sulit.

"Sini deh" ucapnya dan membawaku kepelukkannya.

"Kamu kalo ada masalah bisa cerita sama kakak, aku bakal selalu ada buat kamu. Anggap aja aku ini kakak kamu"
Ucapnya disela pelukan kita, rasanya nyaman saat dia memelukku dan aku merasakan suatu ikatan yang aku tak mengerti.

"Makasih kak"

"Iyah, kalo gitu kak Nju pamit dulu. Kamu hati-hati yah" ucapnya sebelum pergi meninggalkanku.

Aku pun memilih untuk duduk di salah satu bangku tersebut, meratapi kebodohanku yang mudah dibohongi oleh Aurora. Aku mengusap wajahku kasar sebelum menengadahkan wajahku keatas dan memejamkan mataku.

"Merem aja cantik, heran akutuh" ucap seseorang yang kini mengagetkanku, akupun langsung membuka mataku dan mendongak keatas.

"Huftttt" aku menghembuskan nafas kasar mencoba menetralisir rasa kesalku agar tak kulampiaskan pada orang lain.

"Mata kamu sembab, kamu habis nangis?" tanya orang itu sembari memegang pipiku sambil membungkukkan badan karna dia sedang berdiri dihadapanku sekarang.
Air mataku lolos, mengalir membasahi pipiku. Aku tak sanggup memendam rasa sakir ini, aku bisa melihat jelas ke khawatiran dari matanya.

Aku langsung berdiri lalu memeluknya, menumpahkan tangisku dibahunya. Dia sempat tersentak kaget saat aku memeluknya secara tiba-tiba tadi, tapi sekarang dia sedang sibuk mengusap punggungku, seakan memberi isyarat bahwa dia akan selalu ada untukku.

Setelah aku merasa tenang akupun melepaskan pelukanku, lalu menariknya untuk ikut duduk disampingku.
Dia menghadapkan badannya ke arahku, menarik bahuku untuk ikut menghadap ke arahnya.

My Liltle Unguable ( Pending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang