19

5K 279 20
                                    

Pagi ini mau tak mau Gara harus bangun dan berangkat lebih pagi dari biasa. Gina menyuruh Gara untuk menjemput dan  mengantarkan Aishwa ke sekolah, lalu mengajak Aishwa ke rumahnya selepas pulang sekolah. Dengan langkah gontai dia berjalan menuju parkiran sembari menenteng tasnya dengan sangat malas.

Tak memerlukan waktu lama dia sudah sampai di depan rumah Aishwa. Gara diam menunggu Aishwa keluar, dia tidak mau masuk ke dalam untuk menyapa atau hanya sekedar bercanda gurau saja dengan Rajendra atau Farhan. Dia terlalu malas untuk melakukan itu.

Gara asyik memainkan benda pipih di tangannya, namun tak berselang lama pintu gerbang terbuka dan menampilkan sosok perempuan cantik dengan pakaian seragam putih birunya berjalan menunggu angkutan umum lewat. Gara tersenyum tipis melihat Aishwa. Gara turun dari mobil dan berjalan menghampiri Aishwa.

"Selamat pagi," sapa Gara berdiri di samping Aishwa.

Aishwa kaget mendapati seseorang yang berdiri di sampingnya tiba-tiba lalu menyapanya dengan sangat lembut. Aishwa masih takut dengan Gara, walaupun Gara sudah bersikap manis akan tetapi ketakutan Aishwa malah semakin besar. Apalagi ketika tragedi malam itu terlintas dipikirannya. Aishwa selalu berharap tidak akan lagi kejadian itu terulang.

"Pagi," jawab Aishwa singkat dengan tangan yang mulai gemetar.

Gara berdehem pelan mencoba memulai percakapan diantara dirinya dan Aishwa. "Gue denger lo lagi ngandung anak gue ya?" tanya Gara masih hati-hati.

Deg!

Jantung Aishwa berpacu lebih cepat dari biasanya, entah kenapa dirinya sangat takut ketika Gara menanyakan hal itu kepadanya. Aishwa menundukkan kepalanya sembari meremas ujung tali tasnya.

Gara yang menyadari gelagat ketakutan dari Aishwa pun langsung terkekeh kecil. "Astaga Wa. Ngapain jauh-jauh sih?" tanyanya ketika Aishwa menggeser tempat berdirinya sedikit agak jauh dari Gara.

"Aishwa duluan kak," ujar Aishwa hendak pergi sebelum akhirnya ditahan oleh lengan kekar Gara seperti biasanya. Namun, kali ini sangat lembut. Tidak ada kekerasan yang diberikan oleh Gara kepada Aishwa.

"Gue antar lo ke sekolah!" Tak mau dibantah Gara pun langsung menubruk Aishwa masuk ke dalam mobilnya tanpa memperdulikan ucapan Aishwa sedikitpun.

"Kak—" Kalimat Aishwa dipotong oleh Gara. Gara membukakan pintu mobil untuk Aishwa dengan senyuman yang menyertainya. Tak lupa mempersilakan Aishwa untuk duduk di dalam mobil sport berwarna putih miliknya.

"Silakan," ujar Gara sangat lembut jauh dari Gara yang Aishwa kenal sebelumnya.

Bukannya senang, justru Aishwa malah semakin takut dengan sikap Gara yang tiba-tiba berubah pada dirinya. "Aishwa ber— ."

Gara menempelkan jari telunjuknya di bibir ranum Aishwa. "Shut! jangan nolak ya, biar gue anterin lo ke sekolah. Gue harus pastiian bahwa anak gue baik-baik aja," potong Gara tadi menjelaskan.

Aishwa menegang mendengar perkataan Gara barusan. 'Anak gue' jujur Aishwa sangat senang mendengar Gara mengakui anak yang kini sedang dikandungnya. Namun, tetap saja ketakutan masih menyelimuti diri Aishwa terhadap Gara.

Gara tersenyum saat Aishwa berani dirinya, lalu duduk di kursi penumpang mobil itu. Dengan tangan yang masih gemetar Aishwa memberanikan diri duduk di kursi penumpang mobil Gara. Tidak ada pemberontakan sama sekali saat ini.

Tiba-tiba Aishwa menegang ketika Gara memajukan tubuhnya ke arah dirinya. Posisinya sangat dekat bahkan hanya tinggal beberapa cm lagi yang tersisa. Aishwa memejamkan matanya takut. Takut Gara akan berbuat macam-macam lagi padanya. Dan ternyata, Gara memasangkan sealbet kepada Aishwa.

Kesucian yang ternodaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang