18

5K 247 10
                                    

Gara memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah kedua orang tuanya menuju teman yang sebisa mungkin membuat dirinya tenang. Tempat yang dia pilih adalah sebuah club malam yang biasa dia singgahi di saat dirinya sedang ada masalah seperti ini. Tak lupa, Gara juga mengajak Tara untuk ikut bersama.

Gara meneguk gelas kecil yang berisi sebuah alkohol itu, dia tersentak karena ada seseorang yang mengagetkannya dengan suara yang cukup keras. Gara menatap tajam sang pelaku, Tara.

"Sialan!" umpat Gara kembali meminum alkohol di tangannya.

"Ada masalah apa lagi lo?" tanya Tara ikut duduk di kursi depan bar bersama Gara.

"Aishwa hamil." Dua kata yang keluar dari mulut Gara yang langsung membuat Tara melebarkan mulutnya tak percaya.

Tara kembali duduk mencari posisi nyamannya. "Kok bisa bocah itu hamil?" Tara menatap Gara serius.

"Anak-anak yang lain termasuk gue itu pada pake pengaman, terus kenapa dia bisa hamil?" tanya Tara lagi yang masih belum direspon oleh Gara. "Kecuali ... lo—," lanjutnya langsung dipotong oleh Gara.

"Ya, gue nggak pake. Gue lupa," jawab Gara sekena.

"Terus sekarang gimana?" Pertanyaan yang terlontar dari mulut Tara hanya mendapat gelengan dari orang di sebelahnya.

Gara masih setia dengan pikirannya yang berkecamuk oleh permintaan Rajendra yang meminta tanggung jawabnya dan juga permintaan sang mama untuk menikahi Aishwa. "Rajendra minta gue tanggung jawab," ujar Gara memutuskan keheningan diantara mereka di tengah kerasnya suara musik di ruangan tersebut.

"Terus? Lo bakal tanggung jawab?" Kini Tara memutarkan kursinya agar menghadap ke arah Gara yang sedang menatap gelap kecil di tangannya serius.

"Bokap sama nyokap gue tahu," balas Gara masih dengan tatapan datar andalannya.

"Kenapa mereka bisa sampai tahu?" Lagi dan lagi Tara terus bertanya upaya menuntaskan rasa penasarannya.

"Si Rajendra nelpon gue pas gue di rumah."

***

Aishwa masih betah dengan air mata yang sedari tak berhenti menetes. Dia sangat kecewa kepada dirinya sendiri. Dia sudah mempermalukan keluarganya, terutama mendiang sang mama yang telah melahirkannya. Aishwa sangat terpukul, dia tak pernah berharap akan mengandung sebuah janin diusianya yang masih muda. Apa yang harus Aishwa jelaskan kepada teman-teman dan sekolahnya nanti?

Aishwa mengelus perutnya yang masih datar. Memikirkan bagaimana nasibnya nanti. Dia sangat takut tidak bisa menjaga anaknya di kemudian hari. Tidak hanya itu, Aishwa juga takut kalo sang papa benar-benar akan menggugurkan anak yang tak berdosa di dalam kandungannya itu.

Tok! Tok! Tok!

Pintu kamar Aishwa terbuka memperlihatkan seorang laki-laki bertubuh tinggi masuk ke dalam kamar Aishwa dengan seorang anak kecil di dalam gendongannya. Aishwa masih tak bergeming dengan pikirannya. Dia tidak sadar ada seseorang selain dirinya berada di dalam kamar yang sama.

Rajendra menurunkan Atin dari gendongannya, dia membiarkan Atin pergi menemui kakaknya. Rajendra menatap nanar keadaan Aishwa sekarang, dia kecewa karena telah merusak masa depan adiknya sendiri yang tak berdosa. Rajendra kecewa pada dirinya sendiri yang telah rela menjual adik kandungnya demi mendapatkan sebuah uang yang tidak halal.

"Akak!" teriak Atin berlari ke arah Aishwa yang sedang menangis. Aishwa yang merasa ada yang memanggil namanya dengan cepat menghapus air matanya kasar. Aishwa menatap Atin yang sedang tertatih-tatih berlari ke hadapannya. Aishwa tersenyum simpul, dia dengan sigap menangkap Atin dan membawanya ke pangkuan Aishwa.

Kesucian yang ternodaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang