06• Hukuman ☪︎

ابدأ من البداية
                                    

───── ◦'𖥸'◦ ─────

Sudah hampir 15 menit laki laki itu menunggu Naura membuka mata. Laki laki jangkung itu masih setia menemani Naura di UKS walau di lubuk hatinya paling dalam dirinya sangat bosan dan hendak meninggalkan Naura sendirian disini.

Namun ketika mengingat ancaman dari seseorang, membuatnya mau tak mau harus menunggu gadis penyakitan ini.

Laki laki itu melirik jam bundar yang lingkar sempurna di lengan kirinya. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan lebih 10 menit.

Sangat bosan dengan keheningan di UKS, ditambah bau obat obatan yang seharusnya ia hindari, laki laki itu memutuskan untuk bermain dengan benda pipih yang baru saja ia ambil dari kantong celananya.

Merasa ranjang UKS sedikit bergerak, dan ekor matanya melihat tangan Naura terangkat mengucek matanya sendiri, laki laki itu menyimpan kembali ponselnya dan berkata, "Udah baikan?"

Gadis itu tampak terlonjak kaget melihat wajah dingin nan datar yang selalu memenuhi pikirannya.

"K-kak Gibran?" Beo Naura. Kedua bibir gadis bulan itu tampak tertarik keatas membentuk sebuah lengkungan senyuman yang manis.

'Berarti, yang gendong gue kesini kak Gibran dong' batin Naura bersorak senang.

"Jangan ge-er. Bukan gue yang gendong lu" ucap Gibran seolah mengetahui apa yang Naura pikirkan.

Bak ditusuk oleh ribuan pisau, dihantam batu karang yang tajam berkali kali. Hati Naura mencelos merasa sakit di ulu hati nya. Jika bukan Gibran, lalu siapa lagi?.

"O-oh. Terus siapa?" Tanya nya hati hati.

Kalo laki berwajah tembok Itu tampak menghela nafas panjang lalu menghembuskannya dengan kasar. "Ga--"

"NAURAAA!!"

Sial! Mengapa dua kunyuk yang menjelma menjadi sahabat Naura datang sembari berteriak kencang. Tak tau kah kalau disini mereka di UKS?.

Gibran berdecak kasar lalu melenggang pergi meninggalkan ketiga gadis yang menatap nya tak percaya. Ia harus pergi ke taman belakang, menghirup banyak banyak udara segar setelah hampir setengah jam berdiam diri di ruangan yang baginya bak neraka dunia.

Sungguh, ia sangat benci UKS dan rumah sakit atau ruangan yang berbau obat obatan.

"Wah wah. Ketos apaan tuh, gak tanggung jawab banget" cibir Luna.

"Wah, minta baku hantam tuh laki. Ganteng tapi gak tanggung jawab" timpal Dea.

Naura mengulas senyum tipis sembari menatap kedua sahabatnya yang mendumel tak jelas. "Udah lah, dia kan ketos, mungkin ada pekerjaan yang belum dikerjain" sahut Naura berusaha positif thinking.

Padahal mereka tak tahu bahwa hati Naura seperti di remas kuat. Baru 1 hari pacaran, sudah merasakan luka di hatinya. Naura memang pandai menyembunyikan luka lara nya, pandai berakting, dan pandai mengatur mimik wajah untuk tetap tersenyum.

"Aish. Lo mah selalu gitu Na. Gue kan jadi terhura" ujar Dea lalu memeluk Naura.

"Eewwhh lebay Lo!" Celetuk Luna.

Gadis berwajah sedikit tomboy itu menatap tajam perempuan yang baru saja mencibirnya. "Iri bilang karyawan!" Tukas Dea tak ingin kalah.

"Heh! Kalo ngomong ngena banget. Mau gue kutuk jadi jamet lo!"

"Halah halah sok sokan main kutuk kutuk. Tuhan aja malu punya hamba kek lo"

"Sembarangan lo ya--"

About Nauraحيث تعيش القصص. اكتشف الآن