"one day, suddenly the light did not come. people forgot how to say good things."
— dreamcatcher, scream.
×××
"ma! changbin bilang kan adik perempuan, bukan malah adik laki-laki!"
saat itu mama sedang mencuci tomat di wastafel ketika putra semata wayangnya yang bernama changbin datang sambil berteriak-teriak. kedua tangan si putra bersilang di depan dada, sedang muka tunjukan ekspresi paling kesal yang ia bisa. mama menoleh sekilas, kemudian terkekeh pelan sembari menaruh keranjang kecil yang penuh dengan tomat tersebut di sebelah kompor. "memang kalau adik laki-laki kenapa, bin? kan lucu, manis pula. anaknya penurut loh. sudah kamu ajak kenalan belum?" mama bertanya seakan tak peduli kalau changbin sekarang benar-benar sedang murka.
"mana mau! dari tadi dia cuma mainan sama bonekanya." sahut changbin. bocah itu melangkah mendekati meja makan. ambil sepotong buah pir yang sudah terkupas bersih, lantas masukkan ke dalam mulutnya untuk ia makan. oh, lihat lah. raut wajahnya langsung berubah seketika karena rasa manis dari sari buah pir mengaliri kerongkongannya.
mama menghela napas pelan. ia sebenarnya sudah menduga changbin akan marah karena keinginannya untuk mempunyai seorang adik perempuan tidak bisa terpenuhi. tapi mau bagaimana lagi, ketika kakinya menapaki area panti asuhan kemarin sore, perhatiannya tak bisa lepas dari sesosok anak kecil dengan rambut pirang indah yang duduk melamun di kursi taman. sendirian.
namanya felix. atau lengkapnya lee felix. anak berumur lima belas tahun itu adalah satu-satunya korban selamat dalam pembunuhan berantai yang terjadi di kota dystopia setahun lalu. seluruh anggota keluarganya tewas terbunuh dengan cara paling sadis. mendengar cerita tersebut dari pemilik panti saja sudah cukup buat mama mual-mual. sungguh malang nasib si anak bernama felix ini. tidak heran felix tumbuh menjadi pribadi yang tertutup seperti sekarang. terlebih anak-anak panti seusianya tak ada yang mau menemani. mama rasa, membawanya pulang kerumah dengan status orang tua baru bukan masalah besar.
urusan changbin, itu bisa ditangani. mama yakin, perlahan, putranya pasti akan menerima kehadiran felix dan mau menganggapnya sebagai bagian dari keluarga. suaminya pun sependapat dengannya.
dan dugaan mama memang tak pernah salah. baru dua jam lalu changbin protes tak terima, kini si bocah dengan hidung mancung itu sudah anteng menonton tv bersama felix. keduanya duduk di sebuah sofa panjang. ada setoples keripik singkong yang menjadi jarak antara changbin dengan felix. mama hanya menggeleng pelan sebelum berlalu masuk ke dalam kamar, membiarkan dua anak-anak itu menghabiskan waktu berdua. setidaknya untuk saling terbiasa.
beberapa menit, layar tv yang sebelumnya menayangkan siaran kartun kucing, kini berganti menjadi iklan yang sama sekali tidak menarik. changbin berdecak. ia menoleh menatap felix yang masih diam pada posisinya. dalam hati ia bertanya-tanya; apakah tidak pegal? atau, apakah tidak gerah? felix sedari kemarin terus menerus memakai pakaian yang terlihat sangat tidak nyaman. kalian tahu? persis seperti pangeran dari dongeng kerajaan. hanya saja, ini versi seramnya.
أنت تقرأ
NIGHT & MAGIC
قصص الهواة[1st Changlix Projects] - - 𝐒𝐮𝐚𝐭𝐮 𝐡𝐚𝐫𝐢, 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐦𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐚𝐩𝐚. 𝐒𝐚𝐭𝐮 𝐩𝐞𝐫𝐬𝐚𝐭𝐮 𝐤𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐮𝐚 𝐩𝐞𝐦𝐮𝐝𝐚 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐚𝐮𝐫𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚 𝐦𝐮𝐥𝐚𝐢 𝐭𝐞𝐫𝐩𝐮𝐭𝐚𝐫 𝐦𝐞𝐫𝐚𝐬𝐮𝐤𝐢 𝐚𝐥�...