Vampire Painter

652 139 17
                                    

"Aku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku.. Sedikit kecewa dengan karyamu."

Pemuda bersurai perak itu menundukkan pandangannya, mata hazelnya menyorot sendu sepatunya di bawah sana.

"Rasanya tidak realistis. Maksudku, lukisan ini tidak memberikanku kesan yang berarti. Aku tidak tau apa maksud dari goresan dan graduasi warna yang kau toreh di sini. Kau mengerti maksudku, kan?"

Si pria tua berjubah hitam menjuntai ke lantai itu sekali lagi menenteng kanvas yang telah dibingkai itu. Lalu melirik ke arah si pemuda manis di hadapannya itu lalu hembuskan nafas lirih.

"Felix, aku tau kau harus beristirahat sejenak. Tenangkan pikiranmu dulu lalu lanjutkan melukis di lain hari," ujarnya lembut. Felix mendongak, berikan tatapan kesalnya. "Jangan remehkan kemampuanku, Paman."

Pria itu menaruh kanvas itu di atas meja persegi berwarna silver di hadapan mereka. Bahu Felix di pegangnya dengan tatapan menajam pasti ke titik itu, "Dengarkan aku."

"Aku tidak mau melihat keponakanku jatuh sakit atau lebih parahnya stress karena hal sepele seperti ini, aku-"

"Jangan bilang ini sepele. Karena hidupku bergantung dengan pekerjaan sialan ini. Aku rela meluangkan waktu hanya karena dan untuk mencukupi kebutuhan. Kalau kau tidak mau menerima karyaku kali ini tak apa, aku bisa membuatnya di lain hari."

Felix menghempas paksa pegangan si pria tua dari pundaknya dan bergegas pergi sambil membawa hasil lukisannya.

Pria tua itu tersenyum miris menatap kepergian Felix dengan hati kesal. "Andai saja anak itu mau mendengarkanku."

🌙 LILISEOON 🌙

"Hah.. Aku harus melukis apa lagi?"

Pemuda manis itu duduk dengan lesu di hadapan sebuah kanvas yang masih polos. Otaknya memikirkan hal acak sementara wajahnya menampakkan mimik tak bersemangat.

Kuas lukis yang digunakannya patah berserak di bawah kasur. Bukti betapa frustasi Felix kini. Bagaimana tidak? Sudah hampir tiga bulan dia tidak menghasilkan karya lagi. Ah ralat, tiga bulan sudah karyanya tidak diterima oleh pihak museum.

Felix itu rutin melukis dan memberinya pada pihak museum untuk dipajang. Ya, kesehariannya melukis dan merenung memikirkan objek lukisan apa lagi yang harus ia lukis.

Hampir tiap malam bahkan tiap saat, ia bertemu dengan kuas dan cat. Melukis sesuatu yang bahkan hanya bisa dibayangkan olehnya. Membuat kesan ilusi nyata di dalam lukisan sangat terasa.

Tapi, bakat itu menghilang tanpa jejak.

Bahkan ia tak ada pikiran untuk melukis apa. Serasa otaknya tidak bisa digunakan dengan semestinya lagi.

Hari demi hari ia terus kekurangan berat badan hanya karena masalah ini. Kunci utama adalah istirahat, tapi otaknya seakan tak memberi jeda untuknya. Ia selalu teringat dengan lukisan yang belum rampung atau ide yang tak bisa terealisasikan.

NIGHT & MAGICWhere stories live. Discover now