Bon Voyage

556 112 8
                                    

Seharusnya Changbin tengah melipat tungkai angkuh seraya menyesap anggur mahal yang disajikan si Tuan rumah, akan tetapi apa daya dirinya malah terjebak pada legam hutan dengan jalanan aspal lurus seperti tidak berujung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seharusnya Changbin tengah melipat tungkai angkuh seraya menyesap anggur mahal yang disajikan si Tuan rumah, akan tetapi apa daya dirinya malah terjebak pada legam hutan dengan jalanan aspal lurus seperti tidak berujung. Tolong salahkan manusia brengsek bernama Hwang Hyunjin yang membatalkan janjinya sepihak dan lebih memilih berkencan dengan kekasihnya yang lugu. Manis tapi, terlalu manis untuk rela  jatuh pada tangan kotor Hwang Hyunjin.

Berbekal peta digital juga sejuta umpatan untuk sahabatnya, Changbin memutuskan untuk tetap pergi dengan dalih mengisi undangan kawan lama mereka. Pikirnya, sudah lama tidak bertemu juga rasanya tidak sopan menolak undangan apalagi yang diantar langsung sang pemilik acara.

Lokasi yang akan ditujunya memang jauh dari daerah perkotaan, akan tetapi Changbin tidak pernah menyangka jika akan sejauh ini. Dua jam lamanya ia menyusuri jalanan yang sama, benar-benar seperti tidak berujung. Jujur saja jika dirinya sudah mulai merasa cemas,  takut-takut bila ada hewan buas atau manusia jahat yang akan mencelakainya. Oh tidak!

Tanggal berapa ini? 4? Angka sial!

Layar ponsel Changbin mendadak redup kemudian gelap total. Tidak cukup sampai disana lima menit setelah, tiba-tiba mobilnya mendengungkan protes dan lebih memilih untuk tidak berpihak pada nasib baik sang majikan.

Tuan Seo, sia-sia saja anda memukul alat kemudi dengan sekuat tenaga karena itu tidak akan bisa memperbaiki keadaan. Cepat keluar! Buka kap mobilnya, dasar bodoh!

Hawa dingin begitu menggigit, kabut samar-samar terlihat. Tidak ada penerangan lain kecuali lampu mobil, layar ponselnya mati dan tidak ada pilihan lagi selain menunggu fajar atau keajaiban datang.

"Nikmati perjalananmu, Seo Changbin." Gumamnya sarkas.

Gema suara malam bersahutan, meledek Changbin yang masih berusaha meraba kabel-kabel mesin mobilnya sembari berharap usaha itu tidak akan melukai dirinya sendiri.

Srak!

Dengan cepat Changbin menoleh kearah suara itu berasal. Sebuah semak yang masih bisa ia lihat dengan samar bergerak ribut.

Changbin tidak akan menghianati dirinya sendiri jika ia mulai ketakutan, apalagi dingin semakin lekat. Bulu-bulu halus di tengkuknya bersiaga, Changbin mencengkram pinggiran mobil kuat.

"Jangan bercanda." Changbin meragu, matanya mungkin kembali bermasalah. Seekor kupu-kupu emas yang bersinar begitu terang hinggap pada punggung tangannya. Sayap-sayap cantiknya mengepak pelan, Changbin mengernyit. Apa kupu-kupu ini malaikat maut yang hendak mencabut nyawanya? Ah, terlalu cantik pikirnya.

Sejenak kemudian dirinya kembali meremang saat hembusan hawa dingin melewati leher belakangnya. Kali ini disusul dengan hembusan-hembusan lain. Changbin yakin telinganya masih sehat dan baik-baik saja. Ia masih bisa dengan benar membedakan mana suara hembusan angin malam dan suara deru nafas seseorang. Tengkuknya diusap, kali ini punggung tangannya yang terasa begitu dingin. Seketika Changbin berbalik untuk kemudian menemukan sepasang manik keemasan yang menyilaukan sebelum semuanya kembali gelap dan lebih gelap lagi.

NIGHT & MAGICWhere stories live. Discover now