#O2 • The Secret Color of The Universe

796 193 32
                                    

-- detik terus berjalan, berganti menjadi menit, berubah menjadi jam. hingga tak terasa sudah dua bulan terlewati dengan penuh sukacita. changbin kini mulai mengakui kalau ia jatuh cinta pada felix, sejak awal perbincangan mereka di bawah pohon apel pun sebenarnya changbin sudah tertarik, namun gengsi untuk jujur. lantas bagaimana dengan felix? tidak jauh, pemuda bintang itu pun mulai berdebar tiap kali changbin berdekatan dengannya, pipinya akan merona jika changbin melontarkan kalimat manis, melakukan skinsip dengannya. apakah felix jatuh cinta? benar. tapi ia masih ragu, felix masih harus memastikan apakah yang gahyeon ucapkan dua bulan lalu adalah benar atau salah.

sore ini, setelah kelas terakhir keduanya selesai, felix meminta changbin untuk menemaninya di taman kota. tentu langsung changbin sanggupi. mereka duduk di rerumputan hijau sembari bersandar pada pohon mangga besar yang ada di pinggiran taman, menghadap langsung pada sungai kecil yang tampak sejuk untuk dilihat. felix menghela napas berat, kepalanya sakit sekali sebab tadi sempat kena marah dosen karena kecerobohannya yang lupa membawa bahan presentasi. ia butuh tumpuan, dan changbin paham akan hal itu.

"kalau lelah, paling enak itu berbaring." changbin menepuk pahanya, bermaksud menyuruh felix untuk membaringkan tubuhnya, dan jadikan paha changbin sebagai bantalan.

yang lebih muda tidak menolak, tidak juga bersuara. ia hanya menuruti apa yang changbin ucapkan sebab biru segar lah yang terlihat, tanda kalau changbin tulus mengatakannya. sebelah tangan changbin terulur, surai halus felix ia elus dengan lembut, sedangkan manik menatap felix yang juga tengah menatapnya. satu detik, dua detik, tiga detik, kontak mata belum terputus. keduanya masih sama-sama saling tatap, menyelami netra kembar masing-masing, semakin jatuh lebih dalam, ketika dirasa jantung berdegup sangat kencang, changbin terkekeh pelan, begitu pun dengan felix yang tak kuasa menahan senyuman.

"kenapa?" tanya changbin sembari berusaha keras sembunyikan senyumannya.

merah muda lagi.

felix tertawa ringan, "kamu yang kenapa." balasnya tak mau kalah.

untuk sejenak, keduanya sibuk bergurau. kalimat-kalimat manis yang changbin ucapkan menyapa langsung rungu si pemuda bintang, felix jelas tak bisa berbohong kalau ia tersipu malu. pipinya memerah, menjalar sampai telinga. bibirnya tak henti-henti meminta changbin untuk berhenti—sebelum ia meninggal karena jantungnya lepas dari tempatnya—namun changbin abaikan, bahkan saat felix merengek pun changbin malah tertawa puas.

begitu seterusnya hingga lima menit usai, mereka baru menarik napas guna menetralisir debaran masing-masing yang menggila.

"besok tanggal tiga puluh satu." ucap changbin disela-sela jeda yang tengah berlangsung.

"lantas?"

"kamu ada waktu?"

felix mengangguk, "ada. memangnya kenapa, hyung?"

"ada pesta halloween di pusat kota, mau datang tidak? hitung-hitung penyegaran otak." jelas changbin.

"oh, hyung sedang mengajakku berkencan kah?"

"aku serius, felix..."

"aku juga serius..."

changbin berdecak, "jadi intinya mau atau tidak?" ia kembali mengulangi pertanyaannya.

"tidak ada alasan untuk menolak."

"ughh.. aku mencintaimu."

NIGHT & MAGICWhere stories live. Discover now