9. Istimewa

236 21 2
                                    

Tandai jika ada typo
Selamat membaca♡
.
.
.
.
.

Matahari sudah  setengah terbenam di ufuk barat. Pemandangan langit yang berwarna orange, yang biasa disebut senja tampak begitu menawan. Apalagi jika menyaksikannya di pantai.

Senja yang begitu indah itu dilewati Nezuko dan Muichirou dengan permainan kejar tangkap. Nezuko yang berlari dan Muichirou yang harus menangkap.

Keduanya berlarian di bibir pantai sambil tertawa riang. Beberapa pasang mata yang melihat, memasang tatapan iri yang begitu ketara. Mereka berdua, Nezuko dan Muichirou terlihat begitu serasi. Layaknya sepasang kekasih. Walaupun hubungan keduanya hanya sebatas sahabat, tak lebih.

Ditengah permainan keduanya, Muichirou menghentikan langkahnya. Pemuda itu berdiri dengan napas tersenggal-senggal. Kepala Muichirou terasa sakit. Tadi siang, ia tak sempat makan hingga menjelang sore. Ia hanya sempat makan jajanan ringan dan sebotol air mineral 600ml saja.

"Suka boleh bego jangan." Celetuk seseorang dari arah samping kanan Muichirou. Pemuda itu menoleh mendapati Sabito berjalan mendekat ke arahnya.

Muichirou tak peduli. Ia masih sibuk mengatur napasnya. Sedikit melirik ke depan, Muichirou mendapati Nezuko yang masih terus berlari tanpa menengok. Sejenak ia bersyukur, Nezuko tak menyadari keadaannya.

"Kenapa sih lo nggak peduli sama diri lo sendiri? Selalu Nezuko yang jadi prioritas lo. Pikirin diri lo sendiri, bodoh!" Sabito sedikit berujar kasar ke Muichirou.

Hal itu tak digubris oleh Muichirou. Karena Sabito tak mengerti apapun. Tak mengerti alasannya menyukai Nezuko. Yang Sabito tahu hanya sebatas, Muichirou yang menyukai Nezuko diam-diam. Sudah hanya itu.

"Lo nggak ngerti apa-apa." Balas Muichirou sengit.

Sabito berdecih lalu membuang muka ke arah samping. "Terserah gue nggak peduli."

Muichirou kembali melirik ke depan, rupa-rupanya Nezuko sedikit berlari ke arahnya dan Sabito. Dalam hati Muichirou mengumpat. Pasti Nezuko penasaran dengan obrolannya bersama Sabito. Muichirou melirik ke arah Sabito kemudian berbisik pelan. "Sab, ntar kalo lo ngerasain cubitan di perut lo, balik badan lo ke belakang terus angkat Nezuko."

Langkah Nezuko semakin cepat. Membuat jarak keduanya semakin dekat. Muichirou meruntuki respon Sabito yang lambat akan kode darinya.

"Please." desis Muichirou.

Sabito awalnya ingin bertanya, namun kode dari Muichirou sudah terlanjur dilakukan. Sabito memilih menurut dan melakukan sesuai permintaan Muichirou. Berbalik kemudian mengangkat Nezuko di pundak seperti karung beras.

Tanpa disadari Sabito dan Nezuko, Muichirou menggigit bawah bibirnya kuat-kuat. Demi menjadikan bibir pucatnya kembali memerah dan tampak baik-baik saja.

Nezuko yang berada dalam gendongan Sabito tentu saja meronta minta diturunkan.

Muichirou tersenyum tipis ke arah Nezuko, kemudian mencubit kedua pipi gadis itu seraya mengatakan, "Kena."

"Turunin gue. Mui curang ih! Pake bantuan."

"Kan nggak ada peraturan yang ngelarang gue buat pake bantuan."

"Lo curang, Mui. Licik."

"Bukan licik, tapi cerdik."

"Dasar Mui kampret!"

Sabito akhirnya menurunkan Nezuko usai gadis itu mengumpati Muichirou. Selepas diturunkan, Nezuko tak henti-hentinya menghentakkan kaki ke pasir dan cemberut. Gadis itu sedang kesal pada Muichirou. Sabito tak menggubris decakan sebal Nezuko, Sabito lebih memilih mengamati topeng Muichirou.

Fall | Muichirou X NezukoWhere stories live. Discover now