Part 15- REUNITED

42 3 0
                                    

Seperti biasa, Lee Yeong selalu terbangun lebih dulu dari Raon, dan mendapati istrinya itu masih meringkuk di pelukannya. Lee Yeong tersenyum lega karena apa yang dialaminya semalam bukanlah mimpi. Dia pun merenggangkan pelukannya untuk bisa melihat wajah Raon lebih jelas. Dia mulai membelai wajah istrinya sambil menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah Raon, kemudian mengecup kening Raon dengan lembut. Hal itu membuat Raon terbangun dari tidurnya.

"Pagi, Raon-ah," sapa Yeong saat Raon membuka matanya, dan dibalas Raon dengan senyuman.

"Apakah ini sudah pagi?" tanya Raon dengan suara yang masih mengantuk.

"Hmm," jawab Yeong dengan tangan sambil membelai pipi Raon. "Kau ingin bangun?"

Raon menjawab dengan menggelengkan kepalanya. "Aku masih ingin seperti ini dulu."

"Baiklah," jawab Yeong tanpa melepas tatapannya dari mata Raon. Selama beberapa detik, mereka hanya saling bertatapan, tidak ada yang bicara. Sampai akhirnya, Yeong mulai berbicara.

"Terima kasih," ucap Yeong.

"Untuk apa?" tanya Raon.

"Karena bersedia memaafkanku dan tidak meninggalkanku."

"Aku yang seharusnya minta maaf karena telah mengabaikanmu. Padahal kau sudah meminta maaf padaku."

"Tapi, sebenarnya apa yang terjadi padamu semalam? Karena wajahmu tampak sangat cemas," tanya Yeong penasaran.

Raon pun menceritakan kejadian kemarin di rumah sakit.

"Aku tidak ingin bernasib seperti wanita itu. Aku tidak mau jika tiba-tiba harus kehilanganmu dan kita belum berbaikan," jelas Raon. Yeong pun terharu mendengar cerita Raon. Dia segera memeluk Raon untuk meyakinkannya.

"Kamu tidak akan kehilangan aku, Raon-ah. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu," kata Yeong lembut.

"Aku tahu."

"Sekarang apa yang akan kita lakukan di hari Minggu ini?" tanya Yeong sambil melepas pelukannya.

"Aku rasa kita perlu sarapan pagi. Seingatku semalam kita belum makan malam," ucap Raon karena merasakan ascaris-ascaris dalam perutnya sudah berdemo minta makan.

Yeong tertawa mendengar pernyataan Raon dan merasakan lapar juga pada perutnya. Dia baru ingat semalam mereka belum sempat makan malam, karena sesaat setelah Raon pulang, dia langsung membawa istrinya itu ke kamar dan tidak keluar lagi sampai sekarang. Apalagi yang mereka lakukan semalam sepertinya telah menguras banyak energi.

"Baiklah kalau begitu sepertinya kita harus bangun sekarang. Tapi sebelum itu, tidakkah ada morning kiss untukku?" tanya Yeong menggoda.

Raon pun tersenyum, kemudian memejamkan matanya yang langsung disambut Yeong dengan mencium bibirnya dengan mesra.

"Kau ingin mandi bersamaku?" tanya Yeong lagi setelah melepas bibir Raon. Yang tentu saja disambut dengan wajah kesal Raon.

"Apa semalam masih kurang cukup?!" bentak Raon.

"Kau sudah berapa malam mengabaikanku? Kalau dibayar semalam saja masih belum cukup," protes Yeong.

"Perutku lapar. Aku tidak mau bercanda denganmu lagi," sambar Raon sambil beranjak dari tempat tidur. Tapi tangan Yeong masih menahannya.

"Ayolah. Hanya mandi saja. Aku janji tidak akan melakukan apa-apa," kata Yeong sambil membuat tanda V dengan dua jarinya. Tapi Raon tahu Yeong pasti berdusta. Sama seperti saat mereka bulan madu dulu.

"Aku bilang tidak," sahut Raon sambil melayangkan bantal ke wajah Yeong.

Saat ini Raon sedang menyiapkan sarapan, sementara Yeong mandi. Perlu usaha keras bagi Raon untuk membuat Yeong masuk ke kamar mandi dan mengunci pintunya dari luar. Karena kalau tidak, maka Yeong akan keluar lagi dari kamar mandi dan masih berusaha menyeret Raon masuk ke kamar mandi dengannya. Namun, tanpa sepengetahuan Yeong, Raon pun membuka kunci pintu itu. Dia tidak mau suaminya kedinginan karena terkunci di kamar mandi. Raon senyum-senyum sendiri jika mengingat tingkah manja suaminya. Beberapa menit kemudian, tiba-tiba ada tangan yang memeluk pinggangnya dari belakang. Raon mencium aroma wangi segar sabun mandi Yeong.

"Kau sudah selesai menyiapkan sarapan?" bisik Yeong di telinga Raon.

"Sebentar lagi. Lepaskan aku. Aku belum mandi. Nanti badanmu kotor lagi," kata Raon sambil berusaha lepas dari pelukan Yeong. Tapi Yeong tidak berniat melepaskan pelukannya.

"Tidak masalah. Bagiku, kau masih wangi," jawab Yeong sambil mencium leher Raon. Tentu saja itu membuat Raon geli.

"Yeong... Lepaskan! Nanti telurnya gosong!"

"Kalau gosong, nanti bisa buat lagi," sahut Yeong yang masih membenamkan wajahnya di leher Raon. Raon pun sudah kehilangan kesabarannya.

"Chagiya, apa kau ingin penggorengan ini pindah dari atas kompor ke atas kepalamu??" ancam Raon. Yeong pun kalah. Dia tahu istrinya jika sudah kesal, maka Raon tidak pernah main-main dengan kata-katanya. Yeong pun langsung melepas pelukannya dan menjauh dari Raon.

"Ehm, sepertinya aku perlu menyiapkan meja," alasannya.

Selesai memasak, Raon pun mandi sementara Yeong yang menyiapkan meja makan. Selesai mandi dan berganti baju, Raon segera keluar kamar untuk sarapan bersama Yeong. Namun, dia mendengar Yeong sedang berbicara serius di ponselnya.

"Katakan saja padanya, dia ingin jujur atau dia ingin bernasib seperti direktur Park," ucap Yeong dengan suara rendah dan dingin. Berbeda sekali dengan suara saat berbicara dengan Raon tadi. Raon sedikit bergidik, tapi dia berpikir posistif. Mungkin sedang ada masalah di kantor, pikir Raon. Tidak lama, Yeong pun mengakhiri pembicaraannya. Dia pun melihat Raon yang keluar dari kamar.

"Kau sudah selesai?" tanya Yeong pada Raon dengan suara yang kembali hangat.

"Hoh. Apa ada masalah di kantor?" tanya Raon khawatir.

"Biasa di kantor. Bukan masalah besar. Jangan khawatir. Ayo makan," ajak Yeong.

Hari itu Yeong sengaja melarang ahjuma untuk datang. Dia ingin menghabiskan waktu berdua saja dengan Raon hari ini, tidak ada yang mengganggu. Usai sarapan, Yeong dan Raon membersihkan rumah bersama, kemudian mereka berkebun, berbelanja dan memasak makan siang, walaupun rasanya pas-pasan tapi bagi mereka tetap nikmat karena dilakukan dengan penuh cinta. Lalu mereka menonton tv bersama sambil makan buah, sampai mereka tertidur di sofa sore itu. Malam harinya Yeong mengajak Raon makan malam di luar, kemudian jalan-jalan sebentar sambil makan snack jalanan.

Karena lelah, Raon pun tertidur di mobil saat perjalanan pulang. Dengan hati-hati Yeong membawa tubuh Raon ke kamar dan membaringkannya di tempat tidur. Yeong pun memandangi wajah istrinya sejenak. Tatapannya bahagia sekaligus sedih. Sepertinya waktunya sudah tidak banyak lagi. Telepon tadi pagi menunjukkan pergerakan direktur Kim dan Yoon Sung yang lebih cepat dari perkiraannya. Padahal Yeong sudah berusaha menumpas dan menyingkirkan kaki tangan mereka. Sayangnya, sampai sekarang Yeong belum tahu rencana pamannya itu. Yeong pun mengecup kening Raon pelan supaya tidak mengganggu. Dia sangat mencintai Raon dan akan melakukan apapun untuk melindunginya supaya Raon tidak terluka seperti di masa lalu. 

LOVE REINCARNATION (BoYoo Fanfiction)Where stories live. Discover now