Dugaan

3.1K 701 80
                                    

Kenapa ya, perasaan Kita makin gak enak?

Ini sudah jam delapan malam, anak-anak kos terus melapor dan mengatakan bahwa wasap [Name] benar-benar aktif terakhir kali saat pagi.

Mereka berada di kamar masing-masing, sementara Kita dan Akagi menunggu di pendopo. Ren yang seharusnya mengambil order-an pun harus menonaktifkan aplikasi ojolnya untuk malam ini. Tentu saja semua penghuni kos kalut, mengingat hanya [Name] sendiri satu-satunya perempuan di kosan dan gadis itu sama sekali tak bisa melindungi dirinya sendiri.

Ponsel Kita tiba-tiba berdering dan penelponnya adalah [Name].

"Shin, itu mbak [Name] nelpon!"

Lantas Kita menjawab panggilan tersebut, mengaktifkan speaker ponsel.

"Halo?"

"M-Mas, tolongin aku!"

Baik Kita dan Akagi saling beradu pandang. Keduanya mulai bingung sekaligus terkejut, apalagi mendengar suara sang gadis yang ketakutan juga ngos-ngosan seperti sedang berlari.

"Mbak, kamu dimana sekarang?"

"S-Saya arah kosan tapi saya takut langsung masuk ke sana soalnya ada yang ngikutin!"

Akagi pun langsung menghubungi Ren yang menunggu di depan kos. Lelaki yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai ojol itu pun menerima panggilan dari Akagi, lantas menghidupkan motornya dan melaju mencari keberadaan [Name].

"Kamu stay di hape, ya? Kang Ren lagi nyusul kamu."

"Iya, mas ..."

"Bukannya bagus kalau mbak [Name] langsung ke kosan? Biar kita gebukin si stalker rame-rame!" ucap Akagi seraya menepuk kedua tangannya.

"Gak bisa," Kita menggeleng. "Gimana kalau nanti orang itu malah sering ke kosan dan ngincar mbak [Name]? Sekarang kita juga gak tahu kenapa dia diikutin gini."

"Bener juga." Lelaki itu meletakkan ponselnya yang masih terhubung dengan Ren dan kembali berbicara. "Kang, kalau udah naikkin mbak [Name] ke motor jangan kemana-mana."

"Loh, kenapa?"

Akagi menoleh pada lawan bicaranya lalu tersenyum miring. "Tuh," Ia berucap seraya menggerakkan kepalanya, menunjuk guna dagu dan Kita melihat sisa anak penghuni berdiri di depan pagar kosan. "Tadi gue langsung ngasi tau mereka juga, terus mereka langsung turun deh."

"Tenang aja, mas Kita! Kami gak bakalan keras-keras, kok." Atsumu berucap sembari menampilkan jarinya memberi isyarat "oke".

"Saya gak percaya sama kata-kata kamu, Tsumu."

Mendengar itu membuat si pirang tersentak. Di belakangnya, teman-temannya menahan tawa karena si ketua kosan tidak mempercayainya. Atsumu memanyunkan bibir, menggenggam kedua tangannya dan diangkat sejajar dada layaknya perempuan yang marah.

"K-Kami serius!"

"Dahlah, banyak omong lo." Suna mendorong si pirang. "Cepet bantuin kang Ren, cepet juga balik ke kosan."

"Bener!" Ginjima berucap seraya mengangguk. "Salim sama mas Kita dulu deh, biar gak kenapa-kenapa di jalan."

Mereka pun pamit dengan mencium tangan ketua kosan. Akagi menggeleng melihat tingkah mereka yang kadang-kadang tidak jelas (apalagi Atsumu) tapi masih patuh dengan senior mereka.

"Hati-hati kalian."

"Siaap!" Mereka berseru, kecuali Suna tentunya, melangkah meninggalkan kosan dan menyusul keberadaan Ren serta [Name]. Ngomong-ngomong mereka hanya bertiga, Osamu ditinggal di kosan sebagai juru masak dan membantu menyiapkan air hangat. Toh, dia juga tidak berminat ikut dalam perkelahian.

Kos-Kosan! [✓] || InarizakiWhere stories live. Discover now