Pamit

824 177 7
                                    

Aku mengemaskan baju-bajuku ke dalam tas ransel, menarik ritsleting dan menaruhnya di dekat pintu. Agak berat emang, tapi lebih baik daripada aku bawa tas banyak-banyak, toh cuma perjalanan beberapa hari. Tak hanya menyiapkan tas, aku juga memastikan kamarku rapi dan bersih selama ditinggal untuk pulang sebentar. Kuingat handukku masih di jemuran, membuatku keluar dan bergegas ke tempat menjemur--tak jauh dari rumah kakak kos.

Saat aku mengambil handukku--yang bau matahari--aku berjalan ke arah kamar dan berpapasan dengan Mas Suna. Pakaiannya masih rapi juga tas ransel yang ia sampirkan ke satu bahu, kayaknya baru pulang dari kampus.

"Dih, baru mau mandi," ejeknya tiba-tiba sembari menggosok hidung, membuatku mengernyit.

"Enak aja! Aku dah mandi ya," jawabku, tak terima dengan tuduhan Mas Suna.

"Aku cium bau kambing daritadi."

"Mas Suna kali abis dari kandang kambing."

"Sembarangan."

Aku tertawa, diikuti Mas Suna yang ikut tertawa karena kami saling mengejek.

"Baru pulang, mas?" tanyaku.

"Iya, tapi siang balik lagi ke kampus." Ia menjawab. "Kamu? Baru mau mandi?"

"Ih, udah dibilang udah mandi juga!"

Aku tak terima karena dibilang belum mandi cuma gegara pegang handuk, padahal aku selalu mandi setiap subuh--biar segar. Kulihat lelaki ini malah tertawa juga, senang ngejek aku kayaknya.

"By the way, mumpung sekalian ketemu." Ia menyimpan ponselnya ke dalam saku celana, tampak serius menatapku. "Aku mau minta maaf."

"Minta maaf? Kenapa?"

"Yah, kamu dah pasti dengar soal taruhan UTS aku sama Tsumu."

Ah ya, aku dengar dan saat aku tahu itu membuatku sakit hati. Aku bukan barang, kenapa juga dijadiin bahan taruhan?

Sempat aku curhat sama Mas Kita, cukup cerita aja. Selebihnya aku gak mau dia atau orang lain terlalu ikut campur. Aku sendiri juga ingin mendengar pernyataan tentang "taruhan" itu dari mereka, tak disangka Mas Suna yang membuka pembicaraan terlebih dulu. Meski mau jujur, aku sudah melupakan hal itu dan fokus untuk pulang ke rumah.

"Oh itu ...."

"Ya, keterlaluan, sih. Makanya aku mau minta maaf."

Aku mengangguk. "Iya, aku maafin kok."

Mas Suna tersenyum padaku. "Makasih, [Name]."

"Sama-sama."

"Btw lagi, ini serius gak ada kuliah?"

"Aku?" Aku bertanya sembari menunjuk diriku.

"Enggak, si kambing," ketusnya. "Ya, kamu lah."

"Dih," responku, tidak terima karena dibilang kambing lagi. "Kebetulan aku gak ada kelas sampai senin jadi aku mau pulang."

"Pulang?"

"Iya, pulang," jawabku, mengangguk lagi. "Pulang ke rumah."

"Eh, tapi nanti balik lagi kesini 'kan?"

Mendengar pertanyaan Mas Suna juga suaranya yang agak panik membuatku mengiyakan ucapannya dalam kebingungan. Ya pasti aku bakal balik ke sini, tapi kenapa nada bicaranya kayak gitu?

"Oh. Kapan pulangnya?"

"Hari ini."

"Ohhh."

"Kalau gitu aku balik ke kamar dulu ya, mas. Bentar lagi mau naik bus."

Kos-Kosan! [✓] || InarizakiWhere stories live. Discover now