20. Festival Servia

Comenzar desde el principio
                                    

"Permisi, Nona, Pangeran ... kami mendapat perintah untuk memberi tahu kalian bahwa, kalian harus bersiap-siap hari ini untuk mengunjungi festival, tetapi sebelum itu, kalian harus menemui junjungan kalian dulu, kami permisi ...." Kedua pria itu berpamitan lalu pergi setelah mengucapkan hal tersebut.

Yi Jian menatap Kangjian penuh pertanyaan, "Apakah kau mengenalinya?" tanyanya diangguki oleh pangeran Kangjian.

"Tentu saja, dia adalah prajurit ayahku," jawabnya sombong.

Niura bangun dari duduknya, ia berdiri menatap ketiga anggota kelompoknya serius, "Kalian bawalah hanfu merah dan cadar, setelah itu kalian ikut denganku menuju air terjun, kita akan bersiap di sana!" Tegasnya berwibawa, mereka bertiga mengangguk patuh, lalu mulai menyiapkan pakaian sesuai perintah Niura, kecuali pangeran Kangjian yang kebingungan.

Niura yang mengetahui hal itu menepuk keningnya, "Dan kau," ucapnya menatap Kangjian, "Kau pergilah keluar, kakak dan adikmu sedang makan di sana," lanjutnya santai. Kangjian membelakkan matanya, ia segera berlari keluar untuk menemui saudara-saudaranya.

Liwei kembali tertawa melihat tingkah konyol pangeran yang satu ini, tadi malam dia berpesan kepada semua orang untuk tidak ingin membangunkannya, namun sekarang? Ia malah kesal karena tidak dibangunkan. Entah mengapa jika Liwei memikirkan Kangjian, perasaannya menjadi berbeda, ia semakin pusing saja.

"Xiao'er, apakah kau melihat cadarku?" tanya Yi Jian yang sedang kebingungan mencari cadarnya. Niura menatap ke atas tenda dengan santai. Yi Jian mengikuti arah pandang Niura ke atas, melihat cadarnya menggantung cantik di sana.

"Siapa yang menggantung cadarku disana?" tanya Yi Jian kesal, Niura mengangkat kedua bahunya menandakan ia tak tahu, atau pura-pura tak tahu.

Yihua membantu Yi Jian mengambil cadarnya, "Pangeran Jiazhen yang meletakkannya di sana," jawabnya diselingi kekehan jika mengingat kejadian tadi pagi.

"Mengapa kau biarkan?" Yi Jian mengepalkan tangannya, kesal.

"Dia mengatakan bahwa siapapun yang mencegahnya, maka mereka tidak mempunyai hak untuk menginjak bumi," saut Liwei sambil melipat hanfunya.

"Sudah-sudah ... ikut aku," selah Niura jengah. Ia keluar memimpin mereka menuju air terjun yang tak jauh dari tenda. Saat di depan, ia melihat keempat pangeran yang sedang tertawa ria sembari memakan daging panggang. Saat Xiuhua menatapnya, Niura pura-pura tak melihatnya lantas melanjutkan perjalanannya.

***

Huh! Lelah sekali. Mereka berempat kini telah berendam di sungai jernih dengan air terjun di atasnya, air terjun yang menjulang ke atas, ditambah bebatuan besar yang berceceran di sekitar sungai. Bebatuan itu dijadikan mereka untuk duduk dan berpijak, bahkan untuk tempat menaruh pakaian mereka.

Semak-semak tebal dengan belukar mengelilingi sekitar mereka menambah kesan aman. Mereka semua menjadi tidak takut berlebihan jika ada yang mengintip.

Niura membiarkan dirinya diguyur dinginnya air terjun pagi. Sedikit sakit, memang. Namun rasa segar mengalahkan semuanya. Yihua sedikit mendorong Niura dari tempatnya, ia juga ingin merasakan guyuran air terjun yang mengenai langsung punggungnya.

"Argh!" Tiba-tiba saja kepala Niura terasa sakit walaupun sekejap. Semua yang tengah melakukan ritualnya masing-masing mendadak menghentikan kegiatannya dan menatap Niura bingung.

Merasa ada seauatu yang tidak beres,
mereka semua akhirnya menghampiri Niura cemas.

"Ada apa dengan kepalamu?" tanya Yi Jian bingung. Niura menggeleng. Tiba-tiba saja suara wanita terdengar jelas di otak Niura.

Princess of Rainbow Element [Repost]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora