54. Rumput laut lava?

6.2K 931 93
                                    

Masa-masa ujian sekolah adalah masa dimana banyak nyawa dipaksa berkumpul dalam satu raga untuk menuangkan segala prestasi terpendam mereka yang akan dibanding-bandingkan dengan murid lainnya hari ini.

Di musim dingin ini, semua murid sibuk dalam hening. Mereka mencoba sihir baru dan mengulang sihir lama, dengan semangat dan berlomba-lomba untuk menjadi yang utama. Kecuali Niura, gadis itu terlihat paling tidak tertarik dan meyakini bahwa semua hari itu sama. Tidak ada kejutan lagi seperti hari dimana kelahirannya kembali, lalu.

"Xiao Li! Gunakan tongkatmu dengan benar!"

Terlihat pandangan seluruh murid di kelas tertuju pada Niura. Memandangi gadis yang terus menerus dimarahi oleh gurunya, Master Luo.

"Ck!" Niura berdecak dalam diamnya, memutar-mutar tongkatnya hingga sebuah cahaya biru muncul di langit-langit dan mengundang bulir-bulir air yang beterbangan. Entah apa namanya, terlihat seperti embun yang terbawa gravitasi.

Blooom

Niura menjatuhkan tongkatnya asal ketika seluruh bulir air yang mengapung bebas di udara itu menyatu dan membentuk air yang lebih besar. Air itu tidak akan jatuh kecuali disentuh, karena itu, Niura menjatuhkan tongkatnya.

Master Luo mengamatinya dengan jelas, memandangi pergerakkan suhu yang menurun, mungkin karena musim dingin. Jika ia pikirkan, muridnya yang bernama Xiao Li itu berbeda karena kemampuan belajarnya langsung dengan cara praktik, bukan materi. Ia tahu karena saat ia menerangkan suatu pelajaran baru, gadis itu pasti akan terlihat mengantuk. Namun, saat ia membawa gadis itu ke lapangan, bukan kata 'hebat' lagi yang bisa ia ungkapkan. Melainkan luar biasa!

"Jadi, jelaskan mengapa air membeku?" tanya Master Luo untuk mencoba mendalami seberapa pandainya murid bernama Xiao Li itu.

Niura menaikkan satu alisnya, bukankah aneh seorang guru bertanya seperti itu di musim dingin? "Tentu saja karena ikatan suhu yang mengalir drastis," jawabnya santai tanpa mempedulikan perubahan raut wajah guru dan teman sekelasnya. beberapa lama kemudian ia mengangkat satu jarinya, lalu menyentuh gumpalan air yang mulai membeku itu.

Tes

Air yang menyatu, merangsang, dan membeku itu langsung buyar. Bongkahannya pecah menjadi butiran salju. Saat ia memerhatikan perubahan wajah orang di sekitarnya, ia mengeluarkan napas kasar. Bodoh!

"Jangan heran, aku memiliki dua elemen selain air, yaitu api. Jadi, tolong kondisikan muka kalian," lontarnya sedikit mengesalkan.

Master Luo mengangguk memahami. Yah, benar ucapan gadis itu. Saat ia hendak mengambil salju tersebut, tiba-tiba gelagar seperti ledakkan menggema membuatnya menutup telinga.

Duar!

Master Luo memandang Niura tajam, ia yakin ....

"Petir. Tolong sesekali pikir 'kan terlebih dahulu. Aku tahu kau akan menyalahkanku atas perbuatan yang tidak kubuat, jangan hanya karena aku murid yang paling tidak bersemangat dan kau selalu menyalahkanku," ujar Niura berhasil membungkamnya. Ya, sebenarnya ia baru saja akan membentak gadis itu karena dia satu-satunya yang berelemen dua, walauoun bukan petir.

"Baiklah, kali ini maafkan gurumu ini. Ingat, ini masih waktu ujian dan kau harus jaga tata kramamu, atau nilaimu akan hangus hanya karena ucapan tak bermutumu."

Niura memutar bola matanya malas, selama sebulan pula ia bertahan seperti ini. Menurutnya, kelas sosial penelitian adalah kelas terbahagia karena dimana setiap harinya murid-murid di sini puas menonton acara gratisan. Menonton gurunya yang tiada henti memarahi Niura yang bahkan hanya diam saja.

Niura itu rajin bermalas-malasan. Jadi, sebenarnya dia itu rajin, hanya malas saja.

Niura mengernyitkan alisnya setelah kejadian gelagar petir itu. Tidak! sepertinya bukan hanya dia, melainkan seluruh murid. Mereka semua merasakan aroma aneh di indera penciuman mereka, seperti aroma bunga.

Princess of Rainbow Element [Repost]Onde histórias criam vida. Descubra agora