14. confused

8.6K 2.3K 485
                                    

Helaan napas keluar dari bibir mungil beomgyu. Tangannya memegang kenop pintu tanpa ada niat membukanya. Setelah memutar kenop, mungkin ada satu hal yang harus dia hadapi. Siapa lagi kalo bukan kakaknya, yeonjun.

Tapi cepat atau lambat beomgyu harus membuka pintu besar ini dan berhadapan dengan yeonjun.

Pintu sudah terbuka, terlihat rumahnya kosong melompong.

Mungkin kak yeonjun ada di belakang.

Beomgyu mengendap-ngendap berjalan ke arah tangga. Dia celingukan kesana-kemari untuk menghindari yeonjun yang saat ini entah ada di mana.

"Dari mana kamu?"

Suara dingin milik yeonjun menginterupsinya. Dengan tubuh kaku, Beomgyu yang hendak membuka pintu kamarnya kini beralih pada pintu kamar sebelah—kamar yeonjun.

Beomgyu mendapati kakaknya tengah melipat tangan sambil menatapnya tajam.

"Habis keluar."

"Kenapa ga pamit?" tanya yeonjun dengan nada kelewat ketus.

Sang adik sudah panas dingin, dia bahkan meremat ujung bajunya. Beomgyu menunduk, dia tidak berani menatap mata kucing yeonjun yang semakin menajam.

"Choi beomgyu, jawab."

Yang lebih muda mengangkat kepalanya, menatap sang kakak yang masih menatapnya tajam.

"Aku udah pamit, kakak ga liat kertasnya?" elaknya.

Yeonjun mengangkat satu tangannya—menunjukkan satu lembar kertas lusuh yang berisi tulisan tangan beomgyu.

"Kenapa ga pamit langsung?"

"Tadi kan kakak nganter papa ke bandara."

"Chat kakak dulu kan bisa."

Sudut kanan bibir beomgyu terangkat, "Beomgyu ga mau ganggu momen ayah-anak."

Yeonjun tertegun melihat senyum adiknya. Senyum itu tidak cocok untuk wajah polos beomgyu. Lagi pula apa apaan tadi, ucapan beomgyu sangat sarkas.

"Kamu—"

Sang kakak menghentikan kalimatnya saat melihat beomgyu yang mengangkat dagunya seolah bertanya 'apa'—namun di sini bahasa tubuh itu di nilai menyebalkan dan kurang sopan.

Dia menggeleng pelan melihat tingkah adiknya yang super aneh. Di mana beomgyu yang lugu dan penurut itu.

"Lagian kenapa juga pamitan, ga ada yang peduli sama aku. Iya kan?"

Beomgyu tertawa hambar, manik matanya menatap yeonjun yang tengah kebingungan. Sang adik berjalan ke arah kakaknya, berdiri tepat di hadapan yeonjun lalu menggerakkan tangannya di sana.

"Aku sekarang paham sama cara kerja keluarga ini. Ibaratnya kayak langit malam, choi yeonjun yang bersinar terang bak bintang,"

"—dan choi beomgyu yang jadi langit malam, gelap dan ga ada seorang pun yang lihat."

Putra bungsu keluarga choi menepuk pelan bahu sang kakak sebelum melengos pergi ke kamarnya. Dia tidak peduli reaksi yeonjun yang tertegun tadi. Beomgyu hanya mengungkapkan perasaannya selama ini.

Iya, diam diam dia iri dengan kehidupan kakaknya.

Yeonjun mengetuk pintu kamar beomgyu dengan lembut, berharap di bukakan oleh pemiliknya. Namun usahanya tidak membawa hasil, pintu kayu itu masih tertutup rapat dan dikunci dari dalam.

Senyap - taegyuWhere stories live. Discover now