2.2

6.7K 644 5
                                    


Terhitung sudah 5 tahun Jeno dan Mark menikah, banyak sekali hal baru terjadi dalam hidup mereka.

Hana,bayi cantik itu kini tumbuh menjadi gadis kecil yang cantik dan cerdas, mirip sekali dengan almarhumah ibunya.

Haechan kini sibuk menjalani kehidupannya sebagai istri Jung Jaehyun dan juga menjadi ibu yang sangat baik bagi Ila.

Ila kini duduk di kelas 6 sd, anak pertama Jaehyun itu tumbuh menjadi gadis yang manis namun bermulut pedas karena didikan Haechan.

Renjun dan Jaemin kini memilih untuk tinggal di sebelah apartemen kakak Renjun, Jun.

Sedangkan ayah dan ibu Jeno memilih untuk pulang ke kampung halaman mereka untuk menghabiskan masa tua dengan berkebun dan membuka toko di depan rumah mereka.

Kembali ketempat Haechan,

Jeno menunduk saat Haechan menatapnya tajam,

Hari ini mereka bertemu di rumah Haechan, bonus Hana merengek ingin bertemu Ila. Jadilah mereka ada disini

"Gue gatau."

Haechan menghela nafas, lalu melipat tangannya didepan dada. Namja yang kini sudah berubah marga menjadi Jung itu menggeleng pelan

"Bisa-bisanya si bangsat itu ngasih lo surat cerai?."

Jeno menatap Haechan pasrah, dia benar-benar buntu.

"Seinget gue pas dia berangkat juga kita nggak ada tengkar apapun, bahkan dia masih janji sama gue buat ngajakin jalan setelah selesai urusannya."

Jeno mengusap wajahnya pelan, ada yang salah dari Mark.

"Lo tenang aja, gue bakalan nanya ke kak Jaehyun masalah ini." ucapan Haechan membuat Jeno menatap penuh harap padanya,

"Duh Jen lo jangan natap gitu, lo mau gue oleng lagi apa?." ucap Haechan yang membuat Jeno bergidik geli lalu melempar Haechan dengan kubis.




"Najis elah!."

.
.
.
.
.

Mark mengusap wajahnya pelan, dia kembali menatap laptop dihadapannya

"Bos! Laporan yang anda minta."

Mark menarik dokumen tadi lalu kembali membacanya, dia berdehem pelan berusaha kembali fokus

"Bos! Tuan Cho meminta untuk bertemu."

"Sekarang?."

"Iya, dan beliau bersama tuan Qian."

Mark menghela nafas berat, lalu menganggukkan kepalanya.

Gosh apa yang harus dia lakukan?

****

Jaemin menggerutu saat Renjun tiba-tiba saja menutup panggilan telepon darinya,

Seharusnya hari ini mereka berkunjung kerumah Jeno, tetapi karena suami super sibuknya itu tiba-tiba mendapat panggilan dari atasannya jadilah dia sendirian kali ini.

"Halo?."

"Kak!!."

"Nggak perlu teriak gitu, Ji..ada apa?."

"Anu..kakak sibuk?."

Jaemin mengerutkan keningnya saat dirasa Jisung berbicara seperti bisik-bisik.

"Enggak kok, lagi gabut malahan.. Kenapa?."

"Aku boleh kesana kak?."

"Boleh."

Tepat setelah Jaemin menutup sambungan telponnya, bel rumahnya berbunyi.

Jaemin bergegas menuju pintu utamanya dan membukakan pintu,

"Astaga! Cepet banget!?."

Jisung didepannya hanya tersenyum lebar, dia terlihat baru selesai kelas.

"Tadi pas nelpon udah sampe perempatan sana hehe."

Setelah menyuruh anak ayam itu masuk, Jaemin membuatkan minum serta mengeluarkan beberapa makanan untuknya.

"Tumben kesini? Biasanya sama Chenle."

Jisung terdiam mendengarnya, dia menatap Jaemin lurus.

"Itu kak yang mau aku omongin."

Jaemin mengerutkan keningnya bingung,

"Aku dijodohin sama Dad."

"Hah!?!."

****

Jeno baru saja selesai menidurkan Hana, dia berjalan menuju sofa.

Malam ini Jeno berharap Mark pulang karena dia akan membicarakan soal surat cerai tadi siang.

Jeno menghela nafas berulang kali, dia meremas kedua tangannya sendiri.

Dia takut, sangat takut sekarang.

Suara pintu terbuka membuat Jeno menoleh, dengan cepat dia berjalan menghampiri Mark yang terlihat kusut.

"Aku siapin air anget ya-

"Nggak usah, Jen.. Aku langsung mandi. Kamu tidur aja, udah malem. Aku capek."

Jeno merengut sebal, tapi tetap menurut pada Mark karena tidak mau suaminya itu marah.

"Mungkin besok." pikirnya.

.

Nyatanya tidak semudah itu, ketika Jeno terbangun di pagi hari Mark sudah bersiap pergi ke kantor.

"Aku harus pergi ke kota sebelah, aku berangkat dulu."

Jeno menunduk, dia kesal sekali sebenarnya. Tapi dia takut jika dia memaksa Mark untuk berbicara, mereka akan terlibat pertengkaran.

Jeno berjengit pelan saat Mark kembali masuk kedalam kamar mereka, dia sudah tersenyum senang mengingat Mark akan selalu mengecup keningnya.

Tapi nyatanya dia salah, Mark berdiri didepan pintu kamar dan menatapnya lurus

"Segera tandatangani surat itu, Jeno. Kita nggak punya banyak waktu."

Jeno menatap Mark yang juga menatapnya.


"Nggak."sahut Jeno cepat,


Hening

Mark menatap Jeno melas, dia ingin berbicara tetapi suara ponselnya memecah keheningan diantara mereka.

"Aku berangkat dulu."

Pagi ini kembali dibuka dengan Jeno yang lagi-lagi berusaha menahan air matanya.




Demi Hana,



Dan demi cintanya 









TBC

egoïstisch - 2Where stories live. Discover now