🔅#3🔅

2.9K 306 88
                                    

Senja turun dari angkot, lalu berjalan memasuki gerbang sekolahnya. Beberapa siswa yang dilaluinya tampak membicarakan dirinya. Entah itu memuji atau menghujat, Senja tak peduli.

Bagi Senja, orang-orang hanya bisa menilai dan menyimpulkan dari luar. Mereka tidak tahu kehidupan seperti apa yang gadis itu jalani. Dan Senja tak mau repot-repot membungkam mulut mereka.

Gadis itu berbelok, namun tubuhnya tiba-tiba ditabrak seseorang.

"Ehh, sorry. Gue gak sengaja," ucap pemuda ber-nametag Abian Syahreza yang menabrak Senja.

Senja hanya menatap pemuda itu malas, lalu melanjutkan langkah.

"Senja," panggil pemuda itu. Senja berhenti berjalan, namun tidak membalikkan badan.

"Jingga udah dateng belum?" tanya Abian.

Senja menghela nafas, lalu melanjutkan langkahnya tanpa menjawab pertanyaan Abian.

Perlu di ketahui, Abian Syahreza atau yang sering dipanggil Abi itu adalah pacar Jingga. Dan seseorang yang dulu paling Senja cinta.

Ya, Dulu Senja mencintai Abian. Ia selalu berusaha mendekati pemuda itu dan memberikan perhatian. Tapi Abian justru mencintai Jingga, dan memacarinya.

Sakit. Untuk ke sekian kalinya Jingga merebut apa yang seharusnya menjadi milik Senja.

Tapi ya sudah lah, Senja tak mau mengingat hal itu lagi. Toh perasaannya untuk Abian sekarang sudah hilang, dan gadis itu tak mau lagi mengenal cinta.

Senja memasuki kelas, lalu duduk di bangkunya. Sudah ada Nafisha disana, tampaknya gadis itu sedang menyalin tugas entah dari siapa.

"Hai, Ja," sapa Nafisha melirik Senja sekilas lalu kembali melanjutkan kegiatannya.

"Ahh, selesai juga," ucap Nafisha merenggangkan otot-otot nya yang terasa kaku. "Nih, lo pasti belum ngerjain kan," lanjutnya memberikan buku tugasnya kepada Senja.

Senja menerima buku itu, lalu mengeluarkan buku tugas miliknya. Nafisha memang paling mengenal Senja, tapi Senja nya saja yang selalu bersifat dingin pada gadis itu. Mereka sudah menjadi teman sebangku selama dua tahun lebih ini, Walau Senja terkesan tertutup tapi Nafisha mengetahui semua hal tentang kehidupan gadis itu. Entah itu dari cerita singkat Senja ataupun ia mencari informasi sendiri.

"Bonyok lo gimana?" tanya Nafisha. Senja yang mendengar itu menghentikan tulisannya, beralih menatap Nafisha sebentar.

"Ya gitu," jawab Senja seadanya lalu melanjutkan menulis.

"Lo hebat tau, Ja. Kalo gue jadi lo, mungkin gue udah depresi atau nekat ngebunuh Jingga," ucap Nafisha dengan tertawa di akhir kalimatnya.

"Nanti gue kasih dia sianida," ujar Senja santai, lalu menutup bukunya dan menyerahkan buku Nafisha.

"Anjim, sadis juga lo," ucap Nafisha tertawa.

Senja bangkit dari duduknya, hal itu membuat Nafisha menaikkan sebelah alisnya bingung. Lalu Senja berjalan keluar kelas.

"Ehh, Mau kemana lo?" tanya Nafisha.

"Beli sianida," jawab Senja tanpa menoleh.

"Anjim... Ikut dong," ucap Nafisha lalu berlari menyusul Senja.

"Guys... Kalo ada guru, bilang kita di UKS ya," ucap Nafisha sebelum benar-benar keluar kelas.

"Siap, Naf," ucap Adit, si ketua kelas.

"Good, lopyu dit," ucap Nafisha yang membuat Adit melayang seketika.

Gadis itu kemudian berlari kembali mengejar Senja yang sudah cukup jauh disana.

Senja Tanpa Jingga (End)Where stories live. Discover now