Istri yang Tak Dianggap

1K 80 2
                                    

Betty ke luar dari rumah dengan mengenakan dress batik bercorak warna cerah. Dress itu menampilkan lekuk tubuhnya yang besar penuh gumpalan lemak sebab tampak tidak muat.

Bibir dengan gincu warna merah menyala, wajah putih bertabur bedak tebal terlihat tidak senada dengan warna leher sawo matangnya.

Farid yang tengah duduk di atas motor matiknya berdecak jijik kala melihat tampilan istrinya yang terlihat norak.

"Maaf lama dandannya, Mas," kata Betty tersenyum seraya menghampiri Farid.

Helem sudah terpasang di kepala, kemudian Betty mendudukan dirinya di atas motor dengan posisi menyamping. Motor yang ditumpangi pun hampir bergoyang hebat karena menopang beban berat tubuh Betty yang jumbo.

'Body kek gajah sih!' cibir Farid dalam hati sambil mensetarter motornya, lalu melaju lambat membelah jalanan.

Laju motor tiba-tiba berhenti di sebuah minimarket tak jauh dari lokasi hajatan.

Betty mengerutkan dahi heran. "Ko berhenti, Mas? Mau belanja dulu?"

"Nggak. Aku mau kamu turun dulu." Farid berucap tanpa menoleh ke belakang.

"Baiklah," kata Betty menuruti perintah Farid.

Farid menatap Betty lalu berkata, "Bet, kamu diem di sini dulu ya. Kita berangkatnya pisah-pisah."

Betty merasa heran dengan keputusan Farid. "Kenapa kita nggak berangkat bareng aja, Mas?"

Bodoh dan polos. Itulah diri Betty. Ia hanya tidak menyadari bahwa perlakuan Farid yang ingin datang ke pesta pernikahan sendirian menandakan bahwa Farid memang tidak ingin datang bersamanya. Alasannya?

Gengsi dan malu. Namun, Betty tidak menyadari hal itu.

"Kamu turuti aja perintah aku. Kalau aku suruh kamu tunggu di sini, ya jalani aja." Farid berujar datar.

Akhirnya Betty harus menuruti keinginan Farid dengan pasrah. Maklum, saking cintanya pada Farid, Betty rela-rela saja.

Farid kembali memacu motor Vario-nya dengan cepat, meninggalkan Betty yang mematung di depan minimarket.

Hanya butuh waktu beberapa menit Farid sampai ke lokasi. Suara gemuruh sound sistem terdengar nyaring. Memakirkan motor, lalu masuk ke area tenda hajatan yang cantik dengan dekorasi dipenuhi bunga-bunga.

Farid naik ke atas pelaminan. Saling lempar senyum kala Rama-sahabat Farid-menyadari kehadirannya.

Keduanya saling bersalaman.

"Selamat atas pernikahannya ya, Rama," ucap Farid dengan senyuman.

"Makasih Bro."

Sementara Mila, sang mempelai wanita celingak-celinguk mencari seseorang. Sebelah alisnya terangkat heran. "Mana Betty? Ko nggak ada?"

Farid menggaruk pelipis kanannya yang tak gatal. "Anu ... Betty ... ada urusan bentar. Nanti dia datang ko," balas Farid berdusta.

"Oh, kirain aku kalian berangkat bareng," kata Mila yang dibalas senyum tipis Farid.

Setelah berbincang singkat, Farid segera menuju area perasmanan dan mengantri. Lantas, mendudukan diri di kursi tak jauh dari panggung hiburan yang tengah memainkan musik dangdut.

Di saat Farid tengah asyik menyantap makanan, tiba-tiba tiga orang pria datang mendudukan diri di sampingnya. Seorang dari mereka menepuk pundak Farid, refllek ia menoleh.

"Gimana kabarnya?" tanya pria tersebut dengan cengiran lebar.

"Hendro, Rizki, Hari ..." Farid terbengong. Ia tidak menyangka akan bertemu dengan teman satu kelasnya yang lain. Ketiganya jauh merantau ke luar kota.

BERUBAH CANTIK UNTUK BALAS DENDAMWhere stories live. Discover now