Eight

17 1 0
                                        

Warning!

Mature part!

If you can't take it. Skip this part and leave it okay? I warn you.

***

Jill memilih untuk pergi tanpa sepengetahuan Martin setelah meletakan surat pengunduran diri nya yang Ia bawa di dalam tas. Kemudian bergegas pergi menyusul Samuel dengan supir yang sudah menunggu dan dua bodyguard yang ikut.

Lihat, bahkan Samuel sudah mempersiapkan dua bodyguard dan juga supir yang akan mengantarkan menuju ke tempat Samuel tanpa bisa kabur lagi. Kau benar-benar mengambil keputusan bodoh Jill.

Begitu sampai, Jill terpesona dengan bangunan yang ada di depannya. Penthouse ini lebih kecil dari Mansion yang pernah Jill masuki saat bersama Samuel waktu itu. Begitu masuk ke dalam, ada banyak furnitur mahal yang melengkapi penthouse.

Tidak heran, uang yang dihasilkan Samuel sebagai pemilik agensi model papan atas tentu sangat lah banyak. Satu hal yang kini Jill pikirkan. Untuk apa Ia berada di sini?

Dan satu lagi, penthouse ini terasa lebih sepi. Tidak ada maid yang menyambut seperti saat di mansion Samuel. Hanya ada supir tadi di luar dan dua bodyguard yang tidak ikut masuk. Juga, benar apa yang orang katakan, bahwa rumah adalah gambaran dari pemiliknya. Dan penthouse ini adalah gambaran dari Samuel yang sebenarnya.

"Sudah puas dengan rasa kagum mu?"

Suara itu mengejutkan Jill dari kekaguman dan kebingungannya. Ia menoleh dan mendapati Samuel tengah berdiri dengan setengah kemeja yang sudah terbuka 3 kancing teratas nya. Dan berdiri dengan memasukkan kedua lengannya ke dalam saku celana.

"S-sir..."

Samuel berjalan mendekat ke arah Jill. Menggendong gadis itu masuk ke dalam kamar tanpa banyak bicara. Sepertinya Jill akan berhadapan dengan singa yang baru saja terbangun. Samuel melempar Jill ke atas kasur tanpa peduli gadis itu mengaduh kesakitan.

Ia melepas kemejanya dan mengungkung tubuh Jill di bawah tubuh besar nya. Samuel menggigit bahu Jill pelan.

"Kau tahu, aku begitu tidak suka melihat seragam sialan ini berada di tubuhmu, Jill?" ucap Samuel menatap tajam mata Jill yang tampak menciut ketakutan.

"S-sir.." ucap Jill gugup.

Samuel bangkit berdiri dari tubuh Jill, ia duduk bersidekap dan tidak melepaskan pandangan tajamnya dari Jill. "Explain."

"Maaf... Aku, hanya... Um berniat memberi surat pengunduran diri terakhir ku, Sir."

Samuel tetap diam.

"Aku bersumpah, itu terakhir kalinya aku bekerja disana," jelas Jill lagi.

"Dan kau membiarkan lelaki lain mengikutimu sampai masuk ke dalam toilet?" tanya Samuel dengan nada tajam.

Tepat sekali pertanyaan itu langsung menghunus Jill tanpa ampun. Bagaimana menjelaskan nya.

"A-aku tidak membiarkan dia mengikuti ku dengan sengaja, dia hanya sedikit paranoid setelah apa yang terjadi sebelumnya di bar. Maafkan aku..." Jelas Jill dengan nada yang semakin pelan.

Jujur saja, Jill merasa ketakutan dengan kemarahan Samuel. Ia tidak menyangka bahwa Samuel akan sebegitu marah seperti sekarang ini. Maksudnya siapa dirinya yang hanya sebatas "rekan kerja" saja bagi Samuel.

"Kau ingat apa yang sudah kita bicarakan sebelumnya mengenai pekerjaanmu?" Tanya Samuel dengan sorot mata tajamnya. Jill hanya bisa mengangguk pelan dengan tertunduk karena tidak berani menatap mata Samuel.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 29, 2024 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Commanding Euphoria [On Going]Where stories live. Discover now