Cuaca di luar masih cukup buruk. Musim gugur kali ini membuat suhu semakin dingin. Dan di sini lah Jill. Gadis itu menyeret kopernya keluar dari peron. Mencari taxi dan langsung pergi menuju rumah sakit di mana ayahnya di rawat.
Jill berlari mendekati ibunya yang tengah terduduk di ruang tunggu bersama dengan kakak perempuan nya.
"Mom," panggilnya sambil menyeret koper.
Mendengar itu ibunya menatap Jill dan berdiri, "Jill, ayahmu," gumamnya dengan berlinang air mata.
Jill memeluk erat ibunya. Ia mengusap punggung ibunya menenangkan. Sedangkan kedua kakak perempuannya sibuk dengan anak-anak mereka yang masih kecil. Mata mereka juga sembab.
"Bagaimana keadaan, Dad?" tanya Jill.
Maria menarik Jill ke dalam ruangan. "Mom ingin bertanya sesuatu," gumam ibunya. Jill merasa pasokan udara di sekitarnya mulai menguap.
"Kenapa mom?"
"Apakah kau masih menyimpan uang kuliah mu?"
Jill mengangguk. "Ya, aku masih menyimpan nya."
Maria menghela napas lega, seolah ia telah menemukan jalan keluar yang melegakan. Lain dengan Jill yang merasa berbeda.
"Ayah mu membutuhkan biaya untuk operasi jantung. Dan kami tidak bisa membiayai itu. Uang Mom habis untuk melunasi hutang dan biaya berobat ayahmu. Sedangkan kau tahu sendiri bagaimana kondisi perekonomian kedua kakak mu yang tak berbeda dengan Mom," jelas Maria, matanya menerawang.
"Lalu?" tanya Jill. Jantungnya berdegup kencang.
Maria kembali menatap Jill, ia meraih tangan Jill dan menggenggam nya. "Mom memintamu untuk berhenti kuliah. Dan meminjam uang mu untuk biaya operasi ayahmu,"
"Mom!" bentak Jill. "Aku sudah merelakan banyak hal untuk mu. Apa selama ini tidak cukup?! Aku tidak bisa berhenti."
Maria membelalakkan matanya terkejut ketika Jill membentaknya. "What's wrong with you, Jill?!" bentaknya lagi.
Jill memalingkan wajahnya.
"Apa kau akan membiarkan ayahmu mati begitu saja?! Tidak adakah rasa belas kasihan dalam dirimu? Setidaknya kau harus tahu diri untuk membalas budi pada orang tuamu!" hardik Maria tajam.
"Aku masih bisa memberikan uang tabunganku dan hasil gaji ku bekerja. Aku juga bisa melelang semua lukisanku," jelas Jill.
Maria menatap tajam putri bungsunya. "Apa yang kau harapkan dari masa depan sebagai seniman hah?! Bahkan lukisan lukisan mu itu tidak dapat membiayai kuliah dan hidupmu kan?" balas Ibunya. "Jika saja kau menuruti mom dengan mengambil kelas memasak atau menjadi model mungkin hidup kita juga akan tercukupi! Mom tidak harus pusing membiayai kuliahmu juga pengobatan ayahmu," sesal Maria.
"Mom! Enough, I have to go," Jill menggeret kopernya keluar dan pergi dari rumah sakit. Ia sungguh tak sanggup mendengar semua makian Ibunya.
Meninggalkan Ibunya yang kembali terisak, kakak nya masuk untuk menenangkan Ibunya.
Hidup dengan banyak tuntutan sama sekali tidak bisa membuat Jill bebas. Bahkan setelah kepindahannya pun ia masih selalu mendapat tekanan. Sedari dulu Maria sangat tidak menyukai keputusan Jill mengambil jurusan seni dan memprioritaskan hobi melukisnya dari pada memasak atau modeling.
Jill hanya ingin menjalani hidup yang ia sukai. Mengambil keputusan untuknya sendiri. Lagipula ia melakukan ini semua bukan untuk dirinya sendiri. Setidaknya ia hanya berusaha membuktikan. Tapi apa yang akan ia buktikan jika menuruti keinginan Maria untuk menyerah begitu saja.
CITEȘTI
Commanding Euphoria [On Going]
ChickLitJill Elishabeth hanyalah seorang mahasiswi yang baru saja memasuki dunia perkuliahan. Dia juga hanya seorang gadis manis yang begitu naif. Begitu mendambakan kisah cinta seindah cerita novel. Senang melukis dan juga penggemar cerita erotis sejak sek...
![Commanding Euphoria [On Going]](https://img.wattpad.com/cover/239557276-64-k344220.jpg)