VINGT SEPT

664 100 16
                                    


MINJOO POV

Tersenyum. Pria itu tersenyum.

Aku tidak mungkin salah melihatnya. Bukan jenis senyuman yang menggila karena istrinya diculik di depan mata. Bukan pula jenis senyuman yang menuntut pembalasan. Tapi jenis senyuman yang sangat kukenal.

Senyuman kepuasan.

Apa yang sebenarnya terjadi?

"Kau butuh minum?"

Aku tidak mengangkat kepalaku yang sedaritadi menunduk menatap lantai sambil memeluk lutut dengan tertutupi selimut yang diberikan padaku. Tapi aku tahu siapa yang menawarkanku.

"Tidak," ketusku.

"Kau yakin? Suaramu serak," ejeknya.

"Kenapa kau melakukan ini?"

Mataku meliriknya dengan putus asa saat ia menjawabku dengan kata-kata yang dapat membuatku menangis di tempat.

"Karena bayarannya benar-benar istimewa."

Ada apa dengan para mafia ini? Hanya karena demi uang, apakah segalanya tidak berarti lagi? Dan yang lebih parah, aku terlibat di dalamnya. Kutahu kekuatan uang tidak terkalahkan di dunia ini, tapi tetap saja hal itu terlihat salah. Uang bukan segalanya, bukan?

"Padahal Yujin mempercayaimu.. aku juga. Apakah semuanya palsu?"

Ia tersenyum polos, "Bukankah aku aktor yang lihai?"

"Dan mungkin ada perubahan dalam skenariomu? Karena kau sudah menyusup jauh sebelum aku tinggal di mansion Yujin."

"Begitulah," jawabnya terlihat tidak peduli. "Tapi tidak masalah. Dengan begini tugasku lebih cepat selesai dengan membawamu pergi."

"Kau mau membawaku kemana?" tanyaku memalingkan pandangan. Menatapnya hanya akan membuatku mengingat kebodohanku yang menyangka jika ia orang yang normal di antara semua penghuni mansion itu.

Yena mengangkat bahunya, "Kau akan tahu nanti. Ada seseorang yang ingin sekali bertemu denganmu."

Aku mengernyit, "Siapa?" Yang pasti bukan Chaewon-oppa bukan?

"Kau akan tahu nanti."

Kedua tanganku terkepal di bawah selimut, "Tidak ada bedanya sekarang atau nanti."

Ia kembali tersenyum sambil mengusap dagunya, "Kau benar. Tapi aku lebih memilih jika kau tahu nanti saat kita sudah sampai."

Aku melengos, berusaha menahan airmata yang hampir merebak di balik pelupuk. Aku tidak tahan lagi menatapnya, wajahnya tidak sedikitpun menunjukan apa yang selama ini ia perlihatkan. Ia bukan benar-benar pria baik yang selama ini kukira, seperti yang Yujin dan lainnya kira.

Tunggu. Benarkah Yujin mengiranya seperti yang kukira? Pria itu mengatakan jika ia tidak mempercayai satu orang pun di dunia ini. Bahkan orang-orang yang bekerja untuknya. Mungkin ia tersenyum karena sudah menebak hal ini akan terjadi?

Dan jika itu benar, apakah Yujin bermaksud untuk mengorbankanku?!

Kepalaku pusing. Yena benar, aku butuh minum. Tubuhku masih belum pulih berkat stamina Yujin yang seperti monster itu dan diculik dalam keadaan nyaris telanjang di bawah hujan. Tidak heran jika aku tidak memiliki tenaga untuk berpikir saat ini.

Oh, Yujin.. aku menyebut namanya dalam hati beberapa kali, seolah hal itu bisa membuatnya dengan ajaib datang di sini sekarang juga. Seakan pria itu dapat mendengar panggilanku, alih-alih mengorbankanku seperti sekarang ini.

Tanpa terasa, air mataku lolos dan jatuh tanpa bisa kutahan lagi. Aku terisak, tidak berusaha untuk menutupinya atau menahannya. Kupeluk tubuhku yang kedinginan dari balik selimut yang tidak begitu tebal atau tipis, kurasakan kemeja milik Yujin yang basah di tubuhku, membayangkan jika itu adalah dirinya untuk memeluk dan menenangkanku.

Marry the DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang