VINGT QUATRE

1K 103 23
                                    

"Kau curang."

Minjoo mengenal sifat suaminya. Pria itu akan melakukan apapun untuk mendapatkan keinginannya, dan mungkin saja Yujin melakukan sesuatu pada koin tersebut untuk memenangkan pertaruhan mereka.

Tidak, ia tidak akan menuruti permintaan pria itu begitu saja. Dua minggu akan terasa bagaikan berada dalam penjara kenikmatan bersama pria itu, bisa-bisa ia tidak diijinkan untuk berjalan-jalan di pulau untuk melihat keindahannya alih-alih melayani suaminya di ranjang.

Yujin mengangkat alisnya tersinggung, "Kau menuduhku?"

"Ya. Kau pasti melakukan sesuatu pada koin itu dan aku menolak untuk menuruti kemauanmu!"

"Kau melihat sendiri, aku tidak menyentuhnya sejak melemparkan koin tersebut dan menutupnya dengan tanganku," balas Yujin membela diri.

"Koin itu, pasti koin tipuan," Minjoo menyipitkan matanya. "Benar kan? Seperti yang digunakan oleh para pesulap."

Mata Yujin melengos, "Tidak. Apa kau berpikir aku sengaja menyiapkan koin ini untuk pertaruhan konyol kita?"

"Ya!"

Yujin mengangkat bahunya, memasukkan kembali koin itu pada kantongnya kemudian mengeluarkan dompetnya yang secara mengejutkan tidak setebal perkiraan Minjoo. Dompet berbentuk kotak terlipat dua berwarna cokelat itu mendarat di tangan Minjoo.

"Kalau begitu kau yang mencari koin untuk pertaruhan kita dan ini akan menjadi yang terakhir," ujar Yujin terlihat sangat yakin.

Tidak perlu dua kali berpikir bagi Minjoo untuk mencari koin di dalam dompet Yujin yang memang sesuai dugaannya, memiliki beberapa lembar uang bernilai besar hingga terkecil dan kartu kredit tersimpan rapi di dalamnya. Tidak ada foto atau apapun lagi selain itu, hingga Minjoo menemukan koin berwarna silver berukuran lebih besar daripada koin sebelumnya.

Merasa puas dengan pilihannya, Minjoo memperlihatkan koin tersebut pada Yujin yang mendapat anggukan setuju dari sang suami sembari mengambil kembali dompetnya namun tidak dengan koin yang baru saja ia pilih.

"Aku yang akan melempar koinnya," ucap Minjoo.

Yujin tersenyum mengejek, "Kau bisa?"

Ia ragu jika ia bisa. Sebagai seorang anak rumahan yang dilindungi serta membantu usaha keluarganya, Minjoo tidak pernah pengalaman melempar koin sebelumnya karena tidak ada yang mengajarkan hal itu padanya selama ini.

Tapi ia tidak boleh terlihat ragu saat ini. Demi dua minggu impiannya, Minjoo mengangguk dengan keyakinan setengah-setengah. Yujin masih tersenyum mengejek padanya, melipat kedua tangan dan mempersilahkan Minjoo memulai.

"Silahkan. Masih dengan pilihan yang sama dengan sebelumnya," ucap Yujin.

Minjoo mengambil nafas dalam-dalam sebelum ia meniru cara Yujin melemparkan koin sebelumnya, memposisikan koin diantara jari telunjuk dan jempol, Minjoo menyentakkan koin itu ke udara namun berakhir mengenai atap kamar yang kemudian terpelanting di lantai hingga mengeluarkan suara cukup keras.

Mata Minjoo bergerak melirik Yujin takut-takut, melihat reaksi suaminya yang ternyata berusaha untuk menahan tawa selagi mengambil koinnya.

"Seharusnya kau belajar kalau apapun yang kukatakan selalu benar," sindirnya masih menahan geli.

"Kau tidak selalu benar," tandas Minjoo keras kepala. "Tidak ada yang seperti itu."

"Ah ya, kau benar. Tapi jika menyangkut dirimu, aku pasti selalu benar. Seperti pertaruhan ini yang akan kumenangkan jika aku ingin menguasai dirimu selama dua minggu penuh," Kata Yujin sambil melemparkan koin di tangannya hingga terlempar di udara.

Marry the DevilWhere stories live. Discover now